Dalam konteks Indonesia yang merupakan masyarakat multi-etnis, tentunya setiap suku bangsa di negeri ini memiliki beragam kuliner yang sangat bervariasi. Negeri ini terbentang dari Sabang sampai Merauke, dengan kondisi alam yang beragam, dan hasil alam yang beragam pula. Atas dasar itu, mereka mengembangkan teknologi pengolahan pangan yang beragam pula.
Meskipun demikian, dalam hal makanan dan pengolahan bahan pangan, masyarakat suku di Nusantara tidak steril dari pengaruh asing, seperti pengaruh penyebaran agama, perdagangan, dan kolonialisme. Artinya, dalam makanan yang kita konsumsi sehari-hari sesungguhnya terdapat multikulturalisme. Ada lapisan-lapisan sejarah, ideologi, wacana, dan berbagai praktik kebudayaan yang tertanam dalam makanan kita, sehingga tidak ada yang “asli” atau “pribumi” dalam makanan kita.