Objek sains adalah alam semesta itu sendiri, tetapi alam yang bagaimana? Sudut pandang tentang alam secara garis besar bisa kita kelompokkan dari 4 sisi, yaitu alam dilihat dari sisi unsur penyusunnya (substansi), sisi sifatnya (kualitas), sisi prosesnya dan sisi ukurannya. Setelah sebelumnya dibahas dari sisi unsur penyusunnya, kita lanjutkan ulasan ringkas kali ini dengan membahas objek sains dari sisi sifatnya (kualitas).
Secara garis besar pandangan manusia terhadap alam semesta sebagai objek pengamatan terbedakan ke dalam dua pandangan, yaitu pandangan materialisme dan pandangan spiritualisme.
PANDANGAN MATERIALISME / NATURALISME
Pandangan ini menganggap objek sains hanyalah dari sifat material saja, sehingga alam semesta hanya diihat dari sisi materi (kebendaan) yang dapat diindera saja termasuk manusia itu sendiri. Pandangan ini melazimkan bahwa hal yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi, semua hal terdiri dari materi dan semua fenomena alam merupakan hasil interaksi material.
Paham materialisme juga bisa disebut naturalisme, yang tidak mengakui keberadaan entitas-entitas non-material seperti ruh, jin, syetan, malaikat, dan kekuatan di atas atau di luar alam (alam ghoib). Sehingga, bagi mereka Tuhan dan alam akhirat (Surga – Neraka) itu tidak ada. Semua fenomena alam dianalisis dengan analisis sifat-sifat materi dan interaksinya.
Materialisme menjadikan pancaindera sebagai satu-satunya sarana untuk mendapatkan ilmu melalui pengukuran. Ilmu dijadikan kesepakatan dalam peletakan hukum, menggeser peran agama. Cara pandang materialisme mereduksi total manusia, manusia baginya hanya dilihat menurut hukum-hukum alam seperti fisiknya, kimiawinya, biologisnya seolah-olah sama dengan ketika memandang objek hewan, tumbuhan dan benda alam yang lainnya.
Hingga, pikiran pun diterjemahkan sebagai aktivitas materi sensor saraf-saraf dengan pusat komandonya adalah otak. Bahkan, pembahasanan rasa cinta pun dibawa ke ranah materi, sering kita dengar ungkapan cowok/cewek matre…, hehe…itulah hembusan paham materialisme telah sampai jangkauannya ke dalam urusan perasaan.
PANDANGAN SPIRITUALISME / SUPERNATURALISME
Pandangan ini menganggap bahwa alam semesta tidak hanya dilihat dari sifat material saja, melainkan ada sifat non-materialnya yang mungkin jauh lebih penting. Pandangan ini percaya bahwa semua benda atau alam semesta dengan segala kejadian fenomenanya itu berjiwa dan merupakan perwujudan (manifestasi) kekuatan tertentu.
Para sarjana-sarjana barat menyebutnya dengan istilah animisme dan dinamisme serta mencitrakannya dengan makna yang buruk. Animisme dijelaskan sebagai sebuah kepercayaan bahwa semua benda dan kejadian alam itu memiliki jiwa (ruh), sedangkan dinamisme adalah kepercayaan bahwa ada manifestasi-manifestasi dari kekuatan tertentu dibalik semua dinamika semesta dan fenomenanya. Penjajah Belanda menuliskan sejarah kita dengan narasi bahwa konon nenek moyang kita adalah primitif yang menganut kepercayaan animisme dan dinamisme, benarkah itu? percayakah anda?
Berbeda dengan paham materialisme yang memandang batu, gunung, bumi dan lainnya dari sifat materialnya saja sehingga bebas mengeksploitasi alam tanpa kendali, paham spiritualisme memandang gunung atau bumi memiliki jiwa (ruh) yang juga memerlukan perlakuan tertentu sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sehingga upaya melestarikannya menjadi bagian penting dari kendali interaksi manusia dengan alam.
Sehingga alam semesta sebagai sebuah objek sains, tidak dipandang hanya dari sisi fisik jumlah (kuantitas) saja sebagaimana pandangan materialisme, melainkan juga dipandang sisi spiritualnya (kualitas) juga.
Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman;
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia (QS. Al Ahzab: 72)
Kalau sekiranya Kami turunkan Alqur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Alloh. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir (QS. Al Hasyr: 21)
Pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena Sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya (QS. Al Zalzalah: 4-5)
Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wassalam menjelaskan:
“Sesungguhnya yang diberitakan oleh bumi adalah bumi jadi saksi terhadap semua perbuatan manusia, baik laki-laki maupun perempuan yang telah mereka perbuat di muka bumi. Bumi itu akan berkata, “Manusia telah berbuat begini dan begitu, pada hari ini dan hari itu”. (HR. Tirmidzi no. 2429)