Hallo, Bestie. Assalamu’alaikum!
DAFTAR ISI
Buka
Ujian ini dimaksudkan untuk mengukur pemahaman kalian tentang aplikasi ontologis dan epistemologis dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Ujian ini bersifat take home exam, dan nikmatilah ujian ini dengan santai sambil menyeruput kopi panas dimanapun kalian berada.
Instruksi:
- Tontonlah film “Krakatoa: The Last Days” sampai tuntas!
- Perhatikan detail dialog-dialog di dalam film tersebut!
- Film bisa dilihat melalui slide berikut, atau tayangan youtube di bawahnya.
Soal:
- Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau!
- Jika dilihat dari perspektif epistemologis, bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
- Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau? Jelaskan dari perspektif ontologis dan epistemologis!
Della Adelia
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Nama : Della Adelia
NIM : 2310101018
Prodi : S1 Kebidanan
Kelas : A
izin mengirimkan jawaban🙏
1. Adapun pengetahuan ontologis yang berkembang mengenai tanda-tanda akan munculnya bencana gunung berapi, diantaranya:
1. Para masyarakat pribumi percaya akan roh gunung yang terpendam di dalam lautan, ketika roh gunung marah ia akan keluar dan menghancurkan laut. (adegan wanita pribumi memberikan pendapat kepada tuannya yang sedang meneliti gunung dan adegan pegelaran wayang malam sebelum terjadinya bencana)
2. Merasakan berbagai perubahan yang terjadi, seperti bumi sering bergetar, hewan bersikap tidak seperti biasanya (ayam tidak bertelur), abu yang terus menerus keluar dari gunung. Mereka terus mencari tahu kenapa hal tersebut terjadi hingga akhirnya mereka menyadari di dalam gunung mengalami pergerakan dan akan segera keluar. (adegan anak kecil wanita belanda merasakan bumi bergerak, adegan ibu dari anak tersebut ingin membeli telur ayam, adegan gunung mengeluarkan uap namun di abaikan)
3. Adapun tanda-tanda akan munculnya gunung berapi yang disaksikan oleh saksi mata, air surut secara cepat, matahari di tutupi abu (adegan air mengalami penyurutan yang drastis dan disaksikan warga, adegan uap semakin tinggi)
Pada saat bencana telah terjadi saksi mata yang selamat di dalam kapal melihat cahaya aneh yang kemudian diketahui bahwa cahaya tersebut berasal dari gas-gas dan abu yang bercampur sehingga menghasilkan letupan listrik. (adegan sebelum kapten di kapal laoundun memerintahkan untuk membuang abu-abu yang jatuh mengenai kapan ke laut)
2. Berikut proses terbangunnya Ilmu Pengetahuan dari pengalaman manusia tentang vulkanologi:
Mereka yang awalnya merasa aman karena gunung tersebut berjarak 30 mil dari daratan, melalui bencana tersebut mulai mengumpulkan berbagai informasi ‘kenapa hal ini bisa terjadi?’, seperti menemukan batu apung di pinggir pantai sisaan dari bencana, mencari pengetahuan tentang gunung-gunung berapi lainnya dan menyamakan dengan apa yang terjadi. Seperti yang tertulis di dalam buku “Serangan” akhir tahun 416, dengan gemuruh besar, gunung meletus berkeping-keping, dan tenggelam ke dalam bumi, dan membanjiri daratan. (adegan orang yang jaraknya 60 mil dari gunung penasaran akan berbagai hal diantaranya bentuk batu apung yang memiliki kemiripan dengan batu apung yang dikeluarkan dari gunung Krakatau dan di temukan anak kecil, abu gunung yang kian meninggi dan bumi yang semakin bergetar)
Hingga pada akhirnya, laut di sekitar gunung surut dalam jangka waktu yang singkat. Tak lama kemudian disusul dengan dentuman yang kuat. Setelah terus menerus meletus selama 20 jam dapur magma Krakatau kosong. Dengan ruang kosong tersebut, gunung mulai runtuh dan meninggalkan ledakan yang sangat dahsyat hingga terdengar 3000 mil di Australia. Jutaan ton abu dan batu apung tertumpah kelaut yang memicu tsunami dan lebih menghancurkan. Ombak setinggi lebih dari 10 meter mengangkat mercusuar dari fondasinya, menghancurkan seluruh garis pantai. Gunung runtuh melepas hembusan longsor abu dan batu terakhir.
Seluruh catatan rinci akan saksi mata mengenai siklus letusan pertama kali dalam sejarah tercatat dengan rapi di Catatan Johanna Beijerinck, Karya Rogier Verbeek yang pada saat ini menjadi dasar dari vulkanologi modern.
MURNI KURNIA_2310101033
1. Munculnya Gunung Krakatau
penyebab atau pemicu utama adalah terjadinya ledakan besar yang merupakan aktivitas vulkanik dari dalam gunung itu sendiri. Krakatau dikenal dunia karena letusan yang sangat dahsyat pada tahun 1883. Awan panas dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004, tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan Samudra Hindia. Suara letusan itu terdengar sampai ke Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II.
Selat Sunda
Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York.
Ledakan Krakatau ini sebenarnya masih kalah dibandingkan dengan letusan Gunung Samalas, Gunung Tambora, dan Gunung Toba di Indonesia, Gunung berapi Taupo di Selandia Baru dan Gunung Katmai di Alaska. Namun, gunung-gunung tersebut meletus jauh pada masa ketika populasi manusia masih sangat sedikit. Sementara itu, ketika Gunung Krakatau meletus, populasi manusia sudah cukup padat, sains dan teknologi telah berkembang, telegraf sudah ditemukan, dan kabel bawah laut sudah dipasang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa saat itu teknologi informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat.
Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut. Kemajuan tersebut sayangnya belum diimbangi dengan kemajuan di bidang geologi. Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan mengenai letusan tersebut. Getaran akibat letusan Gunung Krakatau terasa sampai ke Eropa.
2. epistomologi ilmu pengetahuan teteng volkanologi terbangun dari pengalaman bencana gunung krakatau
Dari 3.000 penduduk yang lari kedaratan tinggi lebih dari 1.000 korban tewas, banyak yang menderita luka bakar parah akibat abu dan batu. Selain dari letusan gunumg stunami juga memakan banyak korban. keseluruhan korban jiwa akibat letusan gunung Krakatau menewaskan lebih dari 36.000 orng tewas dan ada juga laporan mayat dan batu apung yg terdampar di pantai Afrika.
Dhean Nariswari_2310101044
1. Pulau gunung api Krakatau terletak di tengah-tengah selat Sunda dan berjarak 30 mil dari daratan.
Kehidupan masyarakat di sekitar gunung masih berjalan biasa sehingga pada bulan Mei 1883 mulai muncul tanda tanda awal akan meletusnya gunung Krakatau, seperti gempa gempa kecil sering terjadi, terdapat nya batu apung yang sampai ke pesisir pantai.
Pada 20 Mei, untuk pertama kalinya Krakatau mulai mengeluarkan asap yang sangat banyak.
Sepanjang Mei-Juni 3 kawah Krakatau terus mengeluarkan uap dan adanya ledakkan- ledakkan kecil.
Hewan-hewan bersifat aneh dan mulai pergi meninggalkan sekitara pesisir, kera-kera dan burung tidak tinggal di pohon, dan ayam tidak mau bertelur.
Letusan gunung Krakatau terjadi pada Minggu, 26 Agustus 1883.
2. Masyarakat pada saat itu tidak memperhatikan tanda tanda gejala akan meletusnya gunung Krakatau, mereka menganggap semuanya akan aman dan baik-baik saja dengan jarak Krakatau 30 mil dari daratan. Tetapi semua itu salah, letusan gunung Krakatau sendiri telah menelan lebih dari 36.000 korban jiwa.
Sehingga terbentuknya karya Roger Verbeek tentang Krakatau yang menjadi dasar dari vulkanologi modern yang memberi ilmuwan catatan rinci saksi mata dari seluruh siklus letusan. Krakatau itu sendiri nyaris tidak tersisa apa-apa. Tetapi pada tahun 1927, 300 m dibawah selat Sunda gunung itu meletus lagi seperti yang diramal Verbeek dalam tulisannya. Gunung baru akan terbentuk dengan kecepatan 5 m pertahun, orang Indonesia menyebut gunung ini dengan sebutan Anak Krakatau. Dengan statusnya gunung anak Krakatau yang aktif masyarakat diharapkan dapat menggunakan pengetahuan pengalaman nya dengan memperhatikan setiap tanda-tanda yang muncul pada anak Krakatau tersebut.
Chika Putri Vania
1. Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yang berkembang tentang tanda- tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau!
= ( tanda-tanda awal terjadinya gempa bumi, batu apung yang di temukan di pantai suatu pertanda apa yang terjadi di dalam gunung api, kemudian adanya asap yang banyak keluar dari dalam gunung.
terjadinya ledakan ledakan, hewan hewan juga bertingkah aneh, ayam tidak bertelur kera-kera dan burung tidak tinggal di atas pohon. setelah letusan besar terjadinya tsunami artinya bencana alam mendekat mengancam nyawa manusia. dampak dari letusan itu terjadi kerusakan alam, kehilangan nyawa. dampak ini memberikan wawasan tentang konsekuensi tanda tanda alam yang terlihat.
mereka pikir 30mil dari laut akan melindunginya dari ledakan krakatau, namun yang di lihat jauh dari permulaan atau perkiraan.)
2. Jika dilihat dari perspektif epistemologis, bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
=( setelah bencana krakatau terjadi para ilmuwan mulai melakukan penelitian untuk memahami penyebab erupsi gunung merapi, mereka mempelajari sempel batuan atau batu apung yang terlempar selama erupsi, serta mempelajari pola erupsi gunung merapi di seluruh dunia.
karya rogier verbeek tentang krakatau menjadi dasar vulkanologi modern yang member ilmuwan catatan rinci saksi mata dari seluruh siklus letusan pertama kali dalam sejarah.
pengalaman manusia dalam menghadapi bencana menjadi dasar pengembangan ilmu vulkanologi, pengalaman memberikan wawasan tentang tanda tanda awal, untuk mengatasi bencana alam di masa mendatang.
Nama : Chika Putri Vania
Nim : 2310101030
Yosi Eka Prasetyowati_2310101008_S1 Kebidanan Kelas A
1.Pengetahuan ontologis pada tanda tanda akan terjadinya bencana gunung krakatau pada aktifitas vulkanik mempunyai tanda tanda seperti : meningkatnya aktivitas gempa yg menjadi tanda awal, perubahan bentuk fisik pada gunung,subuh yang meningkat panas,saat hujan abu ada dampak positif negatif untuk lingkungan tanda yg dianalisis membuat ahli untuk mengantisipasi oleh potensi bencana gunung krakatau
2. Menurut perspektif epiternologi/ilmu pengetahuan membahas vulkanologi pada pengalaman manusia saat menghadapi gunung krakatau dapat melalui pengamatan,pengumpulan data,penelitian ilmiah,memprediksi akan adanya kejadian
Novi ayu trisnawati
1.Pengetahuan ontologis pada tanda tanda akan terjadinya bencana gunung krakatau pada aktifitas vulkanik mempunyai tanda tanda seperti : meningkatnya aktivitas gempa yg menjadi tanda awal, perubahan bentuk fisik pada gunung,subuh yang meningkat panas,saat hujan abu ada dampak positif negatif untuk lingkungan tanda yg dianalisis membuat ahli untuk mengantisipasi oleh potensi bencana gunung krakatau.peningkatan suhu di sekitar kawah gunung api krakatau. sumber air yang terletak di wilayah tersebut mendadak kering. Pohon-pohon yang tumbuh di sekitar area gunung krakataumenjadi kering dan mati. Sering terjadi getaran-getaran gempa, baik skala kecil hingga besar yang disertai suara gemuruh, subuh yang meningkat panas.
2. Menurut perspektif epiternologi/ilmu pengetahuan membahas vulkanologi pada pengalaman manusia saat menghadapi gunung krakatau dapat melalui pengamatan,pengumpulan data,penelitian ilmiah,memprediksi
Wiwik Setianingsih
1.Pengetahuan ontologis pada tanda tanda akan terjadinya bencana gunung krakatau pada aktifitas vulkanik mempunyai tanda tanda seperti : meningkatnya aktivitas gempa yangg menjadi tanda awal, perubahan bentuk fisik pada gunung,subuh yang meningkat panas,saat hujan abu ada dampak positif negatif untuk lingkungan tanda yang dianalisis membuat ahli untuk mengantisipasi oleh potensi bencana gunung krakatau
2. Menurut perspektif epiternologi/ilmu pengetahuan membahas vulkanologi pada pengalaman manusia saat menghadapi gunung krakatau dapat melalui pengamatan,pengumpulan data,penelitian ilmiah,memprediksi
devi amanda fitri
1.pengetahuan otologis yang berkembang antara lain krakatau memberikan pelajaran tentang bumi yang hidup dan terus berkembang .kelahiran dan kematian gunung api ,lalu kebangkitan kembali ekologi di tabula rasa adalah pokoknya
2.karya rogier verbeek tentang krakatau menjadi dasar vulkanologi modern yang memberi ilmuan catatan rinci saksi mata dari seluruh siklus letusan untuk pertama kali dalam sejarah letusan gunung itu memberikan dampak sangat jauh 20 ton balerang dilepas ke atmosfer yang menyebebkan pandangan senja luar biasa di planet dan menurunkan suhu global hingga abad ke 20
GALUH APRILIA HANDAYANI
Prespektif ontologis : Pada tanggal 26 Agustus 1883 pulau kecil Krakatau meletus, menghancurkan ratusan kota dan desa dalam waktu kurang dari 48 jam.
Akhirnya pada tanggalnya 20 mei Krakatau untuk pertama kalinya mengeluarkan asap dalam jumlah besar
Krakatau sendiri hampir tidak ada yang tersisa 12 mill persegi batuan padat telah hilang dalam waktu 48 jam, gunung berapi tidak meledak sendiri tetapi pada tahun 1927 dari 300 meter di bawah laut selatan Sunda terputus lagi.
Prespektif Epistemologis : Film ini dibuat dari catatan catatan saksi mata wawancara dikumpulkan oleh ahli geologi roger verbeek salah satu dari sedikit ilmuan yang menyaksikan letusan Pada tanggal 26 Agustus 1883 pulau kecil Krakatau meletus, menghancurkan ratusan kota dan desa dalam waktu kurang dari 48 jam.
Akhirnya pada tanggalnya 20 kei Krakatau untuk pertama kalinya mengeluarkan asap dalam jumlah besar
Sepanjang bulan Mei hingga Juni, kawah Krakatau terus mengeluarkan uap, gas tersebut menyebabkan warna biru dan hijau yang aneh pada matahari.
Masyarakat tidak terlalu peduli akan hal itu.
Krakatau sendiri hampir tidak ada yang tersisa 12 mill persegi batuan padat telah hilang dalam waktu 48 jam, gunung berapi tidak meledak sendiri tetapi pada tahun 1927 dari 300 meter di bawah laut selatan Sunda terputus lagi. Gunung berapi tumbuh dengan kecepatan 5 meter setiap tahunnya. Orang Indonesia menyebut nya anak Krakatau.
Maryam
Izin mengumpulkan tugas filsafat bapak atas nama Maryam Nim 2310101005
A. Pengetahuan Ontologis yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana Gunung Krakatau didasarkan pada pemahaman ilmiah tentang aktivitas vulkanik dan pengamatan sejarah erupsi sebelumnya.
Selain itu, juga melalui berbagai macam sudut pandng seperti:
Dari segi:
1. Mitos: Kepercayaan bahwa bencana letusan Krakatau disebabkan oleh kemarahan roh gunung
2. Agama: Kepercayaan akan takdir Tuhan
3. Logika: Berdasarkan tanda-tanda yang nampak dari perubahan lingkungan, seperti
(peningkatan aktivitas gempa, peningkatan aktivitas gas, temperatur, peningkatan hujan abu vulkanik, dan lain-lain).
4. Pengamatan: Hewan-hewan seperti Kera, dan burung-burung menjauhi lokasi gunung Krakatau menjelang terjadinya letusan.
Beberapa tanda-tanda yang menjadi perhatian tersebut menjadi sumber penting untuk memahami pola erupsi dan mengidentifikasi tanda² yang mungkin terulang.
B. Ilmu pengetahuan vulkanologi yang terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau melalui sudut pandang epistemologi:
Ilmu pengetahuan tentang vulkanologi dibangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau melalui serangkaian tahapan berikut:
1. Pengamatan dan Pengalaman: Awalnya, manusia mengalami erupsi gunung Krakatau dan membuat pengamatan tentang peristiwa tersebut. Pengalaman ini memicu pertanyaan tentang penyebab dan gejala erupsi gunung berapi.
2. Pengumpulan Data: Ilmuwan mulai mengumpulkan data melalui pengamatan langsung, catatan geologi, dan penelitian lapangan untuk memahami pola erupsi gunung berapi, gejala seismik, perubahan topografi, dan dampaknya pada lingkungan dan masyarakat.
3. Penelitian Ilmiah: Data yang dikumpulkan dijadikan dasar untuk melakukan penelitian ilmiah. Ilmuwan vulkanologi mempelajari proses geologi, geokimia, dan geofisika yang terlibat dalam erupsi gunung berapi. Mereka menggunakan metode ilmiah untuk menguji hipotesis dan teori tentang peristiwa tersebut.
4. Teori dan Model: Dari penelitian ilmiah, teori dan model tentang proses erupsi gunung berapi berkembang. Ini mencakup pemahaman tentang magma, tekanan di bawah permukaan, perubahan geologi, dan bagaimana erupsi dapat diprediksi.
5. Prediksi dan Mitigasi Bencana: Berdasarkan pengetahuan ilmiah, ilmuwan vulkanologi dapat membantu dalam meramalkan erupsi gunung berapi dan mengembangkan strategi mitigasi bencana. Mereka memberikan informasi yang berharga kepada pemerintah dan masyarakat untuk mengurangi risiko dan dampak erupsi gunung berapi.
Dengan demikian, ilmu pengetahuan tentang vulkanologi secara bertahap tumbuh dari pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung Krakatau dan proses ilmiah yang mengikuti pengamatan dan penelitian tersebut.
Sejarah pengalaman manusia tersebut yang kemudian bisa melahirkan ilmu pengetahuan melalui serangkaian penelitian dan pembuktian untuk pencegahan terhadap bencana letusan gunung di masa depan.
Yuyun Fatma Kusumawati
Mitos: Adanya letusan gunung Krakatau adalah roh gunung memecah belah daratan lalu menenggelamkannya ke laut,lalu dilahirkan kembali dari laut.
Religius: 1.) salah satu pemeran bernama johana mengatakan bahwa “walaupun kamu sudah di suatu bukit akan tetapi Tuhan tidak menghendaki.” artinya bahwa semua yang terjadi adalah sesuai kehendak Tuhan. 2.) J H idman kapten kapal Loudon mengatakan bahwa “Semua ini atas kehendak-Nya.”
Akal atau pemikiran logika: a.) Salah satu pemeran Johana mengatakan”kera-kera dan hewan lainya sudah tidak tinggal diwilayahnya,hal itu menandakan bahwa akan terjadi kejadian atau bencana yang lebih,terlebihnya gempa yang terjadi semakin bertambah.
b.) 416 dengan gemuruh besar gunung meletus berkeping-keping dan tenggelamnya dalam bumi,air laut naik membanjiri daratan.
Menurut observasi: Pemeran menyadari peta dari Krakatau bahwa curam dan dangkal ke tengah sebuah sumbu dan di dalam kawah tepat, satu gunung api dibangun dalam satu magma.
Pemikiran Epistemologi: Karya Roger Verbeek tentang Krakatau menjadi dasar dari vulkanologi modern. Yang memberi ilmuan catatan rinci saksi mata dari seluruh siklus letusan atau pertama kali dalam sejarah. Letusan gunung itu mempunyai dampak sangat jauh 20jt ton belerang di lepaskan ke atmosfer yang menyebabkan pemandangan senja seluruh planet dan kenaikan suhu global hingga abad ke 20
Siti Saroh
1.Menurut Pemikiran Ontologis
A. Mitos
Adanya letusan gunung Krakatau adalah roh gunung terlepas memecah buah daratan lalu menenggelamkan laut.
B. Religius
Tokoh Johana mengatakan “Kami sudah berada di bukit seharusnya kami merasa aman, tetapi Tuhan tidak mendengar”.Kapten kapal loudon juga mengatakan bahwa ” Ini adalah kehendak nya ” Artinya bahwa semua yang terjadi karena kehendak Tuhan, termasuk meletakkannya gunung Krakatau.
C. Akal/logika
“Beberpa tanda adanya gunung meletus adalah adanya gempa bumi, hewan- hewan turun kedaratan, sudah tidak mau di pohon lagi. ” Hal itu diucapkan oleh tokoh Johana
D. Observasi
Pemeran menyadari dan menunjukkan bahwa peta dari Krakatau curam, dangkal dan tengah tepat satu kaldera. Dari penelitian itu menjelaskan bahwa bukan 3 gunung berbeda melainkan 1 gunung api yang dibentuk oleh 1 dapur magma.
2.Menurut Pemikiran Epistemologi
Di dalam karya roger verbeek tentang Krakatau menjay dasar dari vulkanologi modern yang memberi ilmuan catatan rinci saksi mata dari seluruh siklus letusan untuk pertama kali dalam sejarah.
RANI CHOIRUN NISA
1. Menurut Louis O. Kattsoff, ontologi dibagi menjadi tiga bagian yakni ontologi bersahaja, ontologi kuantitatif dan kualitatif, serta ontologi monistik.
Disini saya akan menggunakan ontologi kualitatif sebagai berikut:
Pada tahun 1883 gunung Krakatau meletus menghancurkan 165 desa di pantai, dan menewaskan 36.000 jiwa dalam waktu +- 48 jam. Sebelum terjadi letusan ada tanda²yang muncul diantaranya:
1. Terjadinya gempa yang sangat dahsyat secara terus menerus
2. Gunung mengeluarkan asap
3. Mengeluarkan suara gemuruh
4. Mengeluarkan magma
5. Hewan²gelisah
6. Terjadinya tsunami
7. Perubahan pasang surut air laut yang sangat dasyat
2.Vulkanologi adalah cabang ilmu geologi yang mempelajari gunung merapi.
Indonesia merupakan negara yang dilewati oleh jalur Ring of Fire. Pengetahuan Vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia dikarenakan manusia pada masa itu merasakan dampak dari bencana gunung meletus, sehingga merek berfikir untuk mencari solusi untuk menyelamatkan diri dan mereka merasa penasaran dengan keadaan saat itu sehingga mereka menciptakan ilmu pengetahuan Vulkanologi dengan cara mengambil Sempel batu apung yang dikeluarkan oleh gunung saat letusan dahsyat terjadi,Pengukuran tinggi letusan (semburan asap/abu atau plume) gunung api menjadi penting sebagai salah satu ukuran untuk mengetahui tingkat letusan (Volcanic Eruption Index atau skala VEI).
Linda sari
Nice
Yulia Mutiara
1.- adanya getaran hebat dari gunung Krakatau yang menyebabkan air dilaut menjadikan tsunami
– adanya abu vulkanik yang menyembur ke atas sehingga terlihat
2. adanya ilmuan yang memeriksa catatan sejarah letusan Gunung Krakatau yang telah terjadi sebelumnya untuk memahami pola letusan dan dampak yang akan terjadi
Anisa S. Kadir
1. Pengetahuan Ontologis
gempa, keluarnya asap dan magma, semburan uap gas yang berwarna biru dan hijau, ledakan yang menyebabkan pasang surut air laut dan keluarnya bebatuan, ledakan yang besar hingga 3000 mil.
2. Epistemologis (Pengetahuan Vulkanologi)
mengeluarkan asap dalam jumlah besar, ledakan yang menandakan magma dibawah bumi sedang membuka jalan menuju permukaan, hewan yang menjauhi kawasan gunung, surutnya air laut, ombak tinggi yang menghancurkan seluruh garis pantai, 20juta ton belerang dilepaskan ke atmosfer
3. Sikap Laki-laki dan Perempuan
baik laki-laki maupun perempuan harus pandai dalam memantau lingkungan sekitar dan waspada akan bahaya yang bisa datang kapan saja. kekompakan dan kerja sama juga sangat dibutuhkan dalam situasi gawat seperti bencana krakatau, selain memantau akan bahaya yang mungkin terjadi, baik laki-laki maupun perempuan harus memahami akan tanda-tanda dari bahaya yang akan datang.
Melinda_2310101010_A_S1kebidanan semester 1
Assalamualaikum wr.wb
saya Melinda dari S1 kebidanan semester 1 Nim: 2310101010 kelas A izin mengirimkan komentar pada film The Last Days
=>Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau!
Dari perspektif ontologis, terdapat beberapa pengetahuan ontologis yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau. Berikut adalah:
Tanda-tanda alam : Masyarakat setempat merasakan tanda-tanda alam akan terjadinya letusan. seperti gempa bumi berbulan-bulan. kera-kera tidak berada di pohon, ayam tak bertelur serta perubahan pasang surut amat cepat yang tidak terduga sebelum terjadinya letusan Krakatau 1883
=>Jika dilihat dari perspektif epistemologis, bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
Pengamatan dan pengalaman manusia : Manusia telah mengamati dan mengalami letusan gunung berapi selama ribuan tahun. dalam film ini pengetahuan tersebut diketahui dari buku “Raja-Raja orang jepang” Pustaka Raja Purwa. sumber ini menjadi dasar para ilmuan di film tersebut untuk membangun pengetahuan tentang vulkanologi
Pengembangan teori : para ilmuwan mulai mengembangkan teori tentang vulkanologi. Mereka mencoba memahami bagaimana gunung berapi terbentuk dan menyimpulkan bahwa “itu bukan 3 gunung api berbeda.ini (satu)”. semua gunung api dibentuk oleh satu dapur magma.
Melinda putri Agustin
Apa yang dapat kamu simpulkan dari cerita
Apa penyebab terjadinya peristiwa Gunung Krakatau?
Fanisa Ahaya
*Pemikiran antologis
Salah satu pevvan mengatakan,kira-kira sudah tidak mau lagi u/hidup di pohon,hal itu merupakan pertanda akan adanya yag meratus.observasi peran menunjukan patai dari kerakatan curan dan di agkut latergah,sebuah sumbu baru,di dalam kawan ttepat,satu kaldera,ini bukan 3 gunung api berbeda tetapi 1 suatu gunung api gempa satu dapur magma.
*pemikiran epistemologi
karya rorger verbeek tetang krakatau menjadi dajar dari vulhanologi modern.yang memberi ilmian catatan saksi mata seluruh lihat letusan u/pertama kali dalam sejarah,letusan gunung itu mempunyai dampak sangat jauh 20jt.ton berperang di lepas ke atmosten yang menyebabkan penyelgara senja luar di seluruh pelend dan membuka suhu global hingga keedo.
Nandita Wahyuning Tyas _ 2310101021_ S1 kebidanan_ kelas A
1. Pengetahuan ontologis yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana Gunung Krakatau didasarkan pada pemahaman ilmiah tentang aktivitas vulkanik dan pengamatan sejarah erupsi sebelumnya.
Beberapa tanda-tanda yang menjadi perhatian dalam pemantauan Gunung Krakatau meliputi:
.Peningkatan Aktivitas Gempa: Peningkatan aktivitas gempa vulkanik dapat menjadi tanda awal erupsi. Gempa-gempa ini sering terjadi ketika magma mulai mendekati permukaan.
.Perubahan Bentuk Tubuh Gunung: Perubahan bentuk fisik Gunung Krakatau, seperti pembengkakan atau pergeseran, dapat menjadi tanda-tanda penting yang mengindikasikan peningkatan tekanan di dalam gunung.
.Peningkatan Aktivitas Gas: Peningkatan emisi gas vulkanik, terutama belerang dioksida (SO2), dapat menjadi indikasi aktivitas vulkanik yang meningkat.
.Peningkatan Temperatur: Peningkatan suhu di sekitar kawah atau aktivitas panas di permukaan dapat menjadi tanda-tanda erupsi yang mendekat.
.Deformasi Tanah: Pengukuran deformasi tanah dengan menggunakan GPS atau alat lainnya dapat mendeteksi perubahan dalam tekanan magma di bawah permukaan.
.Perubahan Aktivitas Fumarola: Fumarola atau lubang ventilasi gas vulkanik di sekitar kawah mungkin mulai aktif secara intensif sebelum erupsi.
.Peningkatan Hujan Abu Vulkanik: Jika terjadi erupsi, hujan abu vulkanik dapat menjadi tanda nyata yang dapat merusak lingkungan dan memengaruhi kesehatan manusia.
.Data Sejarah Erupsi: Studi data sejarah erupsi Gunung Krakatau adalah sumber penting untuk memahami pola erupsi sebelumnya dan mengidentifikasi tanda-tanda yang mungkin terulang.
2. Pembangunan Ilmu Vulkanologi
Dari perspektif epistemologi, ilmu pengetahuan tentang vulkanologi dibangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau melalui serangkaian tahapan berikut:
.Pengamatan dan Pengalaman: Awalnya, manusia mengalami erupsi gunung Krakatau dan membuat pengamatan tentang peristiwa tersebut. Pengalaman ini memicu pertanyaan tentang penyebab dan gejala erupsi gunung berapi.
.Pengumpulan Data: Ilmuwan mulai mengumpulkan data melalui pengamatan langsung, catatan geologi, dan penelitian lapangan untuk memahami pola erupsi gunung berapi, gejala seismik, perubahan topografi, dan dampaknya pada lingkungan dan masyarakat.
.Penelitian Ilmiah: Data yang dikumpulkan dijadikan dasar untuk melakukan penelitian ilmiah. Ilmuwan vulkanologi mempelajari proses geologi, geokimia, dan geofisika yang terlibat dalam erupsi gunung berapi. Mereka menggunakan metode ilmiah untuk menguji hipotesis dan teori tentang peristiwa tersebut.
.Teori dan Model: Dari penelitian ilmiah, teori dan model tentang proses erupsi gunung berapi berkembang. Ini mencakup pemahaman tentang magma, tekanan di bawah permukaan, perubahan geologi, dan bagaimana erupsi dapat diprediksi.
.Prediksi dan Mitigasi Bencana: Berdasarkan pengetahuan ilmiah, ilmuwan vulkanologi dapat membantu dalam meramalkan erupsi gunung berapi dan mengembangkan strategi mitigasi bencana. Mereka memberikan informasi yang berharga kepada pemerintah dan masyarakat untuk mengurangi risiko dan dampak erupsi gunung berapi.
ilmu pengetahuan tentang vulkanologi secara bertahap tumbuh dari pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung Krakatau dan proses ilmiah yang mengikuti pengamatan dan penelitian.
Dhea Arum Oktavia Ramadhani - 2310101035 - S1 Kebidanan - Kelas A
1. Ontologis adalah bidang pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat kebenaran segala sesuatu yang ada. Beberapa tanda-tanda akan munculnya bencana Gunung Krakatau meliputi:
a). Peningkatan Aktivitas Gempa
b). Perubahan Bentuk Tubuh Gunung.
c). Peningkatan Temperatur Menjadi Panas
d). Adanya Hujan Abu Vulkanik
2. Dari perspektif epistemologi, ilmu pengetahuan tentang vulkanologi dibangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau melalui serangkaian tahapan berikut:
a). Pengamatan dan Pengalaman tentang penyebab dan gejala erupsi gunung berapi.
b). Pengumpulan Data: Ilmuwan mulai mengumpulkan data melalui pengamatan langsung, catatan geologi, dan penelitian lapangan untuk memahami pola erupsi gunung berapi, gejala seismik, perubahan topografi, dan dampaknya pada lingkungan dan masyarakat.
c). Penelitian Ilmiah: Data yang dikumpulkan dijadikan dasar untuk melakukan penelitian ilmiah. Ilmuwan vulkanologi mempelajari proses geologi, geokimia, dan geofisika yang terlibat dalam erupsi gunung berapi. Mereka menggunakan metode ilmiah untuk menguji hipotesis dan teori tentang peristiwa tersebut.
d). Teori dan Model: Dari penelitian ilmiah, teori dan model tentang proses erupsi gunung berapi berkembang. Ini mencakup pemahaman tentang magma, tekanan di bawah permukaan, perubahan geologi, dan bagaimana erupsi dapat diprediksi.
e). Prediksi dan Mitigasi Bencana: Berdasarkan pengetahuan ilmiah, ilmuwan vulkanologi dapat membantu dalam meramalkan erupsi gunung berapi dan mengembangkan strategi mitigasi bencana. Mereka memberikan informasi yang berharga kepada pemerintah dan masyarakat untuk mengurangi risiko dan dampak erupsi gunung berapi.
Astri Anggraini Saputri_2310101041_S1 Kebidanan kelas A
1. Pengetahuan ontologis yang berkembang tentang tanda tanda akan munculnya bencana gunung krakatau berdasarkan pemahaman ilmiah. Beberapa tanda tandanya yang menjadi sorotan antara lain:
1. meningkatnya aktivitas gempa vulkanik yang menjadi tamda awal erupsi.
2. perubahan bentuk gunung krakatau.
3. meningkatnya gas vulkanik.
4. lubang ventilasi gas vulkanik sekitar kawah mulai aktif.
5. hujan abu vulkanik dapat menjadi tanda tanya yang dapat merusak lingkungan dan juga kesehatan.
2. Jika dilihat dari perspektif episternologis, ilmu pengetahuan tentang vulkanologi dibagun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung krakatau melalui tahapan berikut:
1. pengamatan dan pengalaman.
2. pengumpulan data.
3.penelitian ilmiah.
4. teori dan model.
5. prediksi dan mitigasi bencana.
LINDA _2310101043
1. Suhu di sekitar gunung naik. 2. Gunung sering mengeluarkan suara gemuruh yang terkadang juga disertai getaran atau gempa. 3. Mata air mengering.
2. a) Gempa-gempa letusan dan gempa vulkanik selama tiga bulan terakhir menunjukkan masih adanya suplai fluida dari kedalaman. Jenis fluida diduga didominasi oleh gas/uap air namun belum signifikan.
b) Pengamatan energi gempa berfluktuasi dan secara umum menunjukkan kenaikkan dalam dua hari terakhir, berkaitan dengan erupsi pada 30 dan 31 Desember 2019. Namun demikian, kenaikkan ini jauh lebih kecil dibandingakan dengan energi pada rangkaian erupsi Desember 2018 – Januari 2019. Fluktuasi pada grafik energi gempa mengindikasikan masih terjadinya migrasi fluida dengan intensitas relatif rendah. Migrasi fluida ini terdeteksi juga dari kenaikkan nilai tiltmeter menjelang erupsi.
Indah Indriani
1. Krakatau dikenal dunia karena letusan yang sangat dahsyat pada tahun 1883. Awan panas dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004, tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan Samudra Hindia.
Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York.
2. Dalam sejarah vulkanologi di Indonesiadiperkirakan sekitar 175.000 manusia tewas akibat bencana letusan gunung berapi sejak 400 tahun yang lalu. Pada periode yang sama, jumlah korban tewas akibat letusan gunung berapi di dunia sendiri sekitar 300.000 orang, yang berarti setengahnya adalah dari Indonesia (Woods & Woods, 2005: 3)Letusan gunung Krakatau 1883 sebagai salah satu letusan gunung berapi yang dahsyat dan berbahaya dalam sejarah bencana di IndonesiaLetusannya yang hebat telah meruntuhkan sebagian besar tubuh gunung berapi
Alya Dhiya Zahra / 2310101011 / A
1. Adanya letusan dari gunung krakatau yang terlihat dari kejauhan
2. Para ilmuwan epistimologi mungkin memeriksa catatan sejarah letusan gunung Krakatau yang telah terjadi sebelumnya untuk memahami pola letusan sebelumnya dan dampak nyaqpara ilmuwan epistimologi memungkin memeriksa catatan sejarah letusan gunung Krakatau yang telah terjadi sebelumnya untuk memahami pola letusan sebelumnya dan dampak nya
aulia ariyani_2310101009_S1 Kebidanan
1. • Pengetahuan tentang Aktivitas Vulkanik
• Pemahaman tentang Seismologi
• Pemantauan Geofisika
2. Kesadaran Risiko dan Kesiapsiagaan: Pengalaman dengan Krakatau telah meningkatkan kesadaran akan risiko bencana gunung berapi dan pentingnya kesiapsiagaan. Hal ini mencakup pembentukan rencana darurat, pengembangan sistem peringatan dini, dan pelatihan untuk penanggulangan bencana.
Kaylatunnufus
1.Dilihat dari perspektif ontologis, ada
beberapa tanda-tanda akan
munculnya bencana gunung
krakatau, yaitu:
-terjadinya gempa.
-gunung mengeluarkan banyak asap.
-binatang bertingkah aneh,seperti
kera dan burung meninggalkan
pohonnya.
-meningkatnya suhu (daerah
disekitar gunung menjadi lebih
panas.
-mengeluarkan banyak batu abu dan
batu apung.
-terjadinya longsor yang
menyebabkan tsunami.
2. Dilihat dari perspektif epistimologi, para ilmuwan memungkin memeriksa catatan sejarah letusan gunung Krakatau yang telah terjadi sebelumnya untuk memahami pola letusan sebelumnya dan dampak nya.
Rayi Galuh Hapsari
Menurut pengetahuan epistomologis : film ini dibuat dari catatan para korban yang selamat atau saksi mata dari peristiwa tersebut. Wawancara dikumpulkan oleh salah satu ilmuwan yang melihat letusan nya.
Menurut pengetahuan ontologis : pada 26 Agustus 1883, gunung Krakatau meletus, menghancurkan ratusan kota dan desa. Sampai sampai gunung tersebut nyaris tidak menyisakan apapun.
Gadis Retno Pinasti
nim : 2310101002
1. apa efek yang ditimbulkan dari gununh krakatau
2. berapa korban krakatau 1883
Melinda putri Agustin
Apa penyebab terjadinya peristiwa gunung Krakatau?
Kapan peristiwa Gunung Krakatau itu terjadi?
Dewi Ratna Anjani
1. awal mula muncul tanda-tanda pada bulan mei 1883
gempa-gempa kecil mulai sering terjadi
terdapatnya batu apung yang sampai ke pesisir pantai
20 mei 1883 krakatau mengeluarkan asap yang sangat banyak
ledakan-ledakan kecil terus terjadi dari mei-juli 1883
hewan-hewan bersikap aneh dan mulai pergi meninggalkan sekitaran pesisir
letusan gunung krakatu terjadi pada 26 agustus 1883 jam 10 pagi
2. Masyarakat pada saat itu tidak memperhatikan tanda tanda gejala akan meletusnya gunung Krakatau, mereka menganggap semuanya akan aman dan baik-baik saja dengan jarak Krakatau 30 mil dari daratan. Tetapi semua itu salah, letusan gunung Krakatau sendiri telah menelan lebih dari 36.000 korban jiwa.
Sehingga terbentuknya karya Roger Verbeek tentang Krakatau yang menjadi dasar dari vulkanologi modern yang memberi ilmuwan catatan rinci saksi mata dari seluruh siklus letusan. Krakatau itu sendiri nyaris tidak tersisa apa-apa. Tetapi pada tahun 1927, 300 m dibawah selat Sunda gunung itu meletus lagi seperti yang diramal Verbeek dalam tulisannya. Gunung baru akan terbentuk dengan kecepatan 5 m pertahun, orang Indonesia menyebut gunung ini dengan sebutan Anak Krakatau. Dengan statusnya gunung anak Krakatau yang aktif masyarakat diharapkan dapat menggunakan pengetahuan pengalaman nya dengan memperhatikan setiap tanda-tanda yang muncul pada anak Krakatau tersebut.
Nining Iswati
1. Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau!
Jawab:
-Gunung Krakatau sebagai entitas ontologis: Gunung Krakatau adalah objek ontologis yang memiliki sifat dan atribut tertentu. Pengetahuan tentang struktur, sejarah, dan geologi gunung ini adalah bagian dari pemahaman ontologis.
-Aktivitas vulkanik sebagai fenomena ontologis: Aktivitas vulkanik, seperti letusan, gempa bumi, dan aliran piroklastik, adalah fenomena ontologis yang terkait dengan munculnya bencana gunung Krakatau. Pemahaman tentang fenomena ini termasuk dalam ontologi bencana tersebut.
-Tanda-tanda geologis dan geofisika: Tanda-tanda ontologis berupa perubahan dalam aktivitas vulkanik, seperti peningkatan tremor vulkanik, peningkatan gas belerang, dan perubahan topografi, dapat menjadi indikator munculnya bencana gunung Krakatau.
– Faktor manusia dan sosial: Aspek ontologis juga dapat mencakup peran manusia dalam merespons tanda-tanda bencana gunung Krakatau, seperti sistem peringatan dini, evakuasi, dan penanganan bencana.
2.Jika dilihat dari perspektif epistemologis, bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
Jawab:
Dari perspektif epistemologis, ilmu pengetahuan tentang vulkanologi telah berkembang melalui pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau. Beberapa cara di mana ilmu pengetahuan ini terbangun termasuk:
– Observasi empiris: Pengalaman manusia dalam menghadapi bencana Krakatau telah memberikan kesempatan untuk melakukan observasi langsung terhadap aktivitas vulkanik dan dampaknya. Observasi ini memberikan data empiris yang diperlukan untuk memahami perilaku gunung berapi dan pola aktivitasnya.
– Pengumpulan data: Pengalaman bencana sebelumnya, seperti letusan Krakatau pada tahun 1883, telah mendorong para ilmuwan untuk mengumpulkan data geologis, geofisika, dan geokimia yang relevan. Data ini menjadi dasar untuk membangun pengetahuan tentang vulkanologi.
– Pengembangan teori dan model: Pengalaman dengan Krakatau dan gunung berapi lainnya telah mendorong pengembangan teori dan model tentang mekanisme letusan vulkanik, perubahan geologi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas gunung berapi. Inilah bagaimana ilmu vulkanologi tumbuh sebagai disiplin ilmu.
– Pemahaman dampak sosial dan ekonomi: Pengalaman bencana Krakatau juga telah meningkatkan pemahaman tentang dampak sosial dan ekonomi bencana vulkanik pada masyarakat. Ini memicu penelitian tentang mitigasi risiko, peringatan dini, dan perencanaan tanggap bencana.
Dengan demikian, pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung Krakatau telah memainkan peran kunci dalam membangun ilmu pengetahuan vulkanologi dengan memungkinkan pengumpulan data, pengembangan teori, dan pemahaman yang lebih baik tentang fenomena vulkanik.
3. Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau? Jelaskan dari perspektif ontologis dan epistemologis!
Jawab:
Dalam mengevaluasi bagaimana laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau, kita dapat mempertimbangkan perspektif ontologis dan epistemologis:
Perspektif Ontologis:
– Dari segi ontologis, baik laki-laki maupun perempuan adalah entitas manusia yang memiliki hubungan dengan lingkungannya. Mereka adalah bagian dari entitas sosial yang mungkin terpengaruh oleh bencana gunung Krakatau.
– Tanda-tanda bencana gunung Krakatau, seperti aktivitas vulkanik atau perubahan lingkungan, juga merupakan entitas ontologis yang eksis di dunia nyata.
Perspektif Epistemologis:
– Dalam hal pengetahuan dan pemahaman tanda-tanda bencana Krakatau, laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan untuk memperoleh pengetahuan melalui pendidikan formal, pengalaman pribadi, dan informasi dari berbagai sumber.
– Perbedaan dalam cara laki-laki dan perempuan memperoleh pengetahuan tentang tanda-tanda bencana dapat dipengaruhi oleh akses ke pendidikan, peran tradisional dalam masyarakat, dan perbedaan dalam cara individu belajar dan berinteraksi dengan lingkungannya.
– Pengetahuan mereka tentang tanda-tanda bencana akan memengaruhi sikap dan tindakan mereka dalam menghadapi situasi tersebut. Laki-laki dan perempuan dapat memiliki pemahaman yang berbeda tentang risiko dan tanggapan terhadap bencana.
Penting untuk diingat bahwa respon terhadap bencana harus bersifat inklusif dan memperhitungkan peran dan perspektif baik laki-laki maupun perempuan. Keterlibatan dan pengetahuan keduanya dapat berkontribusi pada pemahaman yang lebih komprehensif tentang tanda-tanda bencana gunung Krakatau dan upaya mitigasi risiko.
Syerin ananda mardhotillah
Soal 1
Pada tahun 1883 terjadi letusan yang sangat dahsyat yang menyebabkan tsunami besar setinggi 40m dengan susulan akibat reruntuhan gunung krakatau ombak setinggi 80m dan dikenal hampir seluruh dunia. Yang menewaskan sekitar 35000-36000 korban jiwa. Pemicu gunung api ini meletus terdapat 3 faktor utama yaitu, yang pertama karena kondisi dibawah dapur magma, kedua kondisi didalam dapur magma dan ketiga kondiri diatas dapur magma atau permukaan gunung.
Dapat dilihat dari perspektif ontologis pengetahuan apa saja yang berkembang tentang tanda-tanda akan datangnya bencana meletus gunung krakatau yang bisa diterima atau diterapkan oleh masyarakat luas dengan pekembangan ilmu pengetahuan.
1. Suhu disekitar gunung naik
2. Gunung mengeluarkan uap
3. Hewan-hewan bertingkah aneh atau binatang semua bermigrasi
Contohnya: a. Kera-kera dan burung tidak lagi tinggal dipohon. b. Ayam tidak lagi bertelur
4. terjadi gempa terus menerus serta sura gemuruh
5. Air laut surut
yaitu apabila terjadi air laut menyurut dan terdapat ikan-ikan bermunculan, dihimbaukan untuk semua warna segera menjauh dari sisi laut dikarenakan akan terjadi tsunami ditambah dengan angin yang sangat kencang. Dilarang mengurung diri didalam rumah dan bersembunyi didalam lemari karena kita tidak tau seberapa tinggi dan jauh air datang.
Soal 2
Erupsi gunung krakatau pada tahun 1883 menghasilkan dua dampak yaitu lontaran material gunung api dan tsunami.
Adapun prespektif epistemologis pengetahuan tentang vulkanologi yang terbangun dari pengalaman manusia pasca terjadinya letusan gunung krakatau.
Dampak negatifnya:
1. Mendatangkan bencana yang besar
contohnya: menimbulkan awan yang pnas dan lava yang dapat menghanguskan pemukiman
2. banyak menewaskan makhluk hidup terutama hewan yang tinggal disekitar gunung tersebut tidak tau apa yang akan terjadi
Dampak positif:
1. Tanah menjadi subur
2. Material dari perut bumi dapat dijadikan sumber mata pencaharian masyarakat contohnya penambang pasir
3. Sumber mata air panas yang bermanfaat untuk kesehatan kulit dan dapat dijadikan obyek wisata.
Clara Oktavia Ramadhani
Soal 1
Jika dilihat dari perspektif ontologi apa saja yang berkembang tentang tanda tanda akn munculnya bencana gunung Krakatau
Pulau gunung api kecil Krakatau meletus yang dapat menimbulkan bencana terbesar dalam sejarah. Kurang dari 48 jam dapat menghancurkan dan menewaskan 36 ribu orang. Tanda tanda akan munculnya bencana gunung ditandai adanya gempa bumi, mengeluarkan asap tebal, kawah Krakatau terus mengeluarkan uap. Longsor yang berasal dari gunung Krakatau memberikan pengaruh pada laut, menimbulkan pasang surut air laut & muncullah gelombang besar dari laut(tsunami). Adanya hujan abu yang sangat lebat. Setelah adanya dentuman keras terjadi tsunami lagi.
Soal 2
Jika dilihat dari perspektif epistemologis, bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung krakatau.
Setelah terjadinya tsunami semua orang meninggalkan pedesaan dan mendatangi bukit tinggi. seorang kapten kapal dapat mengatur dan mengambil keputusan yang tepat sehingga semua orang yang dikapal selamat. Orang-orang yang ditinggalkan oleh keluarganya bersikap menerima secara ikhlas.
Almeiliska Dinda anggriztiara
1. Munculnya Gunung Krakatau
penyebab atau pemicu utama adalah terjadinya ledakan besar yang merupakan aktivitas vulkanik dari dalam gunung itu sendiri. Krakatau dikenal dunia karena letusan yang sangat dahsyat pada tahun 1883. Awan panas dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004, tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan Samudra Hindia. Suara letusan itu terdengar sampai ke Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II.
Selat Sunda
Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York.
Ledakan Krakatau ini sebenarnya masih kalah dibandingkan dengan letusan Gunung Samalas, Gunung Tambora, dan Gunung Toba di Indonesia, Gunung berapi Taupo di Selandia Baru dan Gunung Katmai di Alaska. Namun, gunung-gunung tersebut meletus jauh pada masa ketika populasi manusia masih sangat sedikit. Sementara itu, ketika Gunung Krakatau meletus, populasi manusia sudah cukup padat, sains dan teknologi telah berkembang, telegraf sudah ditemukan, dan kabel bawah laut sudah dipasang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa saat itu teknologi informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat.
Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut. Kemajuan tersebut sayangnya belum diimbangi dengan kemajuan di bidang geologi. Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan mengenai letusan tersebut. Getaran akibat letusan Gunung Krakatau terasa sampai ke Eropa.
2. epistomologi ilmu pengetahuan teteng volkanologi terbangun dari pengalaman bencana gunung krakatau
Dari 3.000 penduduk yang lari kedaratan tinggi lebih dari 1.000 korban tewas, banyak yang menderita luka bakar parah akibat abu dan batu. Selain dari letusan gunumg stunami juga memakan banyak korban. keseluruhan korban jiwa akibat letusan gunung Krakatau menewaskan lebih dari 36.000 orng tewas dan ada juga laporan mayat dan batu apung yg terdampar di pantai Afrika.
Yasmin Fadhilatunnisa
Yasmin Fadhilatunnisa
2310101028
S1 Kebidanan Semester 1 Kelas A
Izin menjawab 2 pertanyaan di atas.
1. Berdasarkan Ontologi, tanda-tanda munculnya bencana Krakatau dapat diketahui dari keadaan alam dan juga hewan. Yang mana saat itu, gempa ringan sering terjadi dan hewan-hewan ingin berpindah tempat tinggal guna menghindari bencana tersebut
2. Berdasarkan epistemologi, ilmu pengetahuan tentang vulkanologi didapatkan dari pengalaman yang telah terjadi dari Kejadian Gunung Krakatau. Yang mana, orang-orang yang selamat dari bencana (orang biasa maupun ilmuwan) menceritakan dan merumuskan ilmu vulkanologi. Mulai dari tanda-tanda sebelum terjadi letusan, bagaimana keadaan lingkungan, dan lainnya.
Abelia Dea Ambarwati
1. krakatau dikenal dunia karena letusan yang sangat dahsyat pada tahun 1883. Awan panas dan tsunami yang diakibatkan menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004,tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan samudra Hindia.
2. Dengan kecepatan lebih dari 80 km/jam, mereka dapat menjatuhkan, memecahkan, mengubur, atau membawa pergi hampir semua benda dan struktur di jalanan. Terlebih, suhu ekstrem dari batuan dan gas mencapai 200°C hingga 700°C, suhu yang dapat menyulut api dan melelehkan es.
NAILA NAFA ILMI
1.krakatau dikenal dunia karena letusan yang sangat dahsyat pada tahun 1883. Awan panas dan tsunami yang diakibatkan menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004,tsunami inkrakatau dikenal dunia karena letusan yang sangat dahsyat pada tahun 1883. Awan panas dan tsunami yang diakibatkan menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004,tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan samudra Hindia.
2. Dengan kecepatan lebih dari 80 km/jam, mereka dapat menjatuhkan, memecahkan, mengubur, atau membawa pergi hampir semua benda dan struktur di jalanan. Terlebih, suhu ekstrem dari batuan dan gas mencapai 200°C hingga 700°C, suhu yang dapat menyulut api dan melelehkan es.i adalah yang terdahsyat di kawasan samudra Hindia.
Nabila Aulia Maharani
1. krakatau dikenal dunia karena letusan yang sangat dahsyat pada tahun 1883. Awan panas dan tsunami yang diakibatkan menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004,tsunami inkrakatau dikenal dunia karena letusan yang sangat dahsyat pada tahun 1883. Awan panas dan tsunami yang diakibatkan menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004,tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan samudra Hindia.
2. Dengan kecepatan lebih dari 80 km/jam, mereka dapat menjatuhkan, memecahkan, mengubur, atau membawa pergi hampir semua benda dan struktur di jalanan. Terlebih, suhu ekstrem dari batuan dan gas mencapai 200°C hingga 700°C, suhu yang dapat menyulut api dan melelehkan es.
Salwa Laila nur Nasywa
1. Krakatau dikenal dunia karena letusan yang sangat dahsyat pada tahun 1883. Awan panas dan tsunami yang diakibatkan menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004,tsunami inkrakatau dikenal dunia karena letusan yang sangat dahsyat pada tahun 1883. Awan panas dan tsunami yang diakibatkan menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004,tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan samudra Hindia.
2. Dengan kecepatan lebih dari 80 km/jam, mereka dapat menjatuhkan, memecahkan, mengubur, atau membawa pergi hampir semua benda dan struktur di jalanan. Terlebih, suhu ekstrem dari batuan dan gas mencapai 200°C hingga 700°C, suhu yang dapat menyulut api dan melelehkan es.
Salwa Laila Nur Nasywa
krakatau dikenal dunia karena letusan yang sangat dahsyat pada tahun 1883. Awan panas dan tsunami yang diakibatkan menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004,tsunami inkrakatau dikenal dunia karena letusan yang sangat dahsyat pada tahun 1883. Awan panas dan tsunami yang diakibatkan menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004,tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan samudra Hindia.
2. Dengan kecepatan lebih dari 80 km/jam, mereka dapat menjatuhkan, memecahkan, mengubur, atau membawa pergi hampir semua benda dan struktur di jalanan. Terlebih, suhu ekstrem dari batuan dan gas mencapai 200°C hingga 700°C, suhu yang dapat menyulut api dan melelehkan es.
Salwa Laila Nur Nasywa
krakatau dikenal dunia karena letusan yang sangat dahsyat pada tahun 1883. Awan panas dan tsunami yang diakibatkan menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004,tsunami inkrakatau dikenal dunia karena letusan yang sangat dahsyat pada tahun 1883. Awan panas dan tsunami yang diakibatkan menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004,tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan samudra Hindia.
2. Dengan kecepatan lebih dari 80 km/jam, mereka dapat menjatuhkan, memecahkan, mengubur, atau membawa pergi hampir semua benda dan struktur di jalanan. Terlebih, suhu ekstrem dari batuan dan gas mencapai 200°C hingga 700°C, suhu yang dapat menyulut api dan melelehkan es.
Eva Nurul Hidayah
1.terjadinya ledakan ledakan di gunung,heqan yang mulai menjauh,perasaan manusia yang buruk,terjadinya gempa bumi,munculnya asap tebal dari gunung,terjadinya longsor pasa sisi gunung,meletus dan mengeluarkan batu” apung,longsor besad memberi dampak pada laut sehinga menyebabkan pasang surut dengan sangat cepat sehingga terjadinya tsunami
2.msngsluarkan uap asap tebal dalam jumlah sangat banyakk,terjadinya gunung meletus setiap detik hampir satu juta kubik meter abu dan batu apung di muntahkan dari lubangnya yang menerpa sisi sekitar gunung yang menyebabkan air laut surut , dan menjadi pasang yang sangat besar yang di sebut tsunami
Era Sapitri
Nama : Era Sapitri
NIM : 2310101012
Jawaban :
1. Gunung Krakatau yang berada ditengah laut Selat Sunda pada 27 Agustus 1883 lalu meletus. Menurut berbagai sumber, daya ledak letusan mencapai ribuan mil yang disusul dengan gempa dan tsunami yang menewaskan 36 ribu jiwa.
Meletusnya Gunung Krakatau yang disusul Tsunami pada 26 Agustus 1883 ini bencana terbesar sepanjang sejarah. Bencana tersebut mengakibatkan hancurnya ratusan kota dan desa hanya dalam waktu kurang dari 48 jam.
2. Saat ini G. Anak Krakatau mempunyai elevasi tertinggi 156.9 meter dari muka laut. Karakter letusannya adalah erupsi magmatik yang berupa erupsi ekplosif lemah (strombolian) dan erupsi efusif berupa aliran lava. Terjadi beberapa kali erupsi sejak 20 Juni 2016 hingga 29 Juni 2018, berupa letusan strombolian. Terjadi perubahan pola letusan pada 27 Desember 2018 yaitu terjadinya letusan-letusan dengan onset yang tajam. Dari pengamatan nampak bahwa letusan Surtseyan terjadi di sekitar permukaan air laut.
Tingkat aktivitas G. Anak Krakatau adalah Level II (Waspada) sejak 25 Maret 2019.
Terimakasih. Wassalamualaikum wr.wb🙏
Indah agustina
1. Terjadinya gempa lokal biasanya disebut gempa vulkanik. Kalau muncul gempa di daerah gunung berapi, warga pun harus segera waspada.
Banyak binatang yang turun dari gunung. Binatang tertentu dapat mendeteksi suatu getaran halus yang berhubungan dengan perubahan alam yang besar. Ternyata mereka punya firasat juga yah! Lihat aksi monyet dan burung yang langsung turun gunung saat Gunung Merapi akan meletus
Meningkatnya suhu di sekitar daerah gunung berapi. Seperti yang terjadi pada Gunung Krakatau, suhu di di sekitar Jawa Barat menjadi lebih panas. Cairan magma yang terdapat di perut bumi sangat panas apalagi tekanan di daerah kawah gunung pun berubah jadi tinggi. Semakin dekat cairan itu menunju kawah gunung, suhu di sekitarnya pun akan berubah jadi lebih panas.Mata air di sekitar gunung akan mongering. Lihat tanda gunung akan meletus poin ketiga
Tumbuh-tumbuhan atau tanaman di wilayah gunung berapi akan layu dan mati kering.
Nah, kalau buat kamu yang tinggal di daerah gunung berapi, waspada yah, jika merasakan tanda-tanda alam di atas.
2. Pengamatan dan pengalaman empiris: Pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung Krakatau telah memberikan pengamatan dan pengalaman empiris yang menjadi dasar bagi ilmu vulkanologi. Manusia telah menyaksikan letusan gunung Krakatau, mengamati aliran lava, dan mencatat efek-efeknya. Pengamatan ini menjadi sumber pengetahuan empiris tentang gejala vulkanik.
Eksperimen dan penelitian ilmiah: Pengalaman bencana gunung Krakatau mendorong ilmuwan untuk melakukan eksperimen dan penelitian ilmiah untuk memahami mekanisme letusan vulkanik, aktivitas magma, dan seismisitas yang terkait. Hasil-hasil penelitian ini memungkinkan pembentukan teori-teori vulkanologi yang lebih kuat.
Pembelajaran dari bencana masa lalu: Bencana gunung Krakatau dan bencana vulkanik lainnya telah memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana manusia dapat merespons dan beradaptasi dengan ancaman vulkanik. Ini mencakup pengembangan peringatan dini, rencana mitigasi bencana, dan pemahaman tentang peran manusia dalam mengelola risiko vulkanik.
Akumulasi pengetahuan: Seiring berjalannya waktu, pengalaman dan pengetahuan dari berbagai bencana vulkanik, termasuk Krakatau, telah terakumulasi. Hal ini memungkinkan pengembangan ilmu vulkanologi yang lebih komprehensif dan terstruktur, termasuk pemodelan matematika, pemantauan geofisika, dan pemahaman yang lebih mendalam tentang aktivitas vulkanik.
Giska Riri Marlita
-Mitos
Karena menurut ramalan, kotak pandora ini bisa mengantarkan siapapun pemiliknya menuju alam gaib ketika terjadi letusan Krakatau yang paling besar.
potak pandora ini juga diramalkan bisa membantu menghidupkan pasukan jin untuk menghadapi pasukan kepiting yang akan datang menyerang kerajaan Karkata.
-Dalam syariat Islam mungkin kita tidak diharuskan untuk memberi sesaji atau sedekah alam kepada gunung atau mungkin lautan.Tetapi kita wajib hukumnya untuk menjaga alam dan menjaga perilaku akhlak kita dalam kehidupan sehari-hari.
dalam Al-Quran Allah menyitir bahwa gunung-gunung itu sebenarnya bergerak, dan tidak diam seperti yang manusia lihat. Mereka (para gunung-gunung) tersebut terus bergerak dengan kehendak Allah.
-Secara logis, letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 hasil dari aktivitas geologis alamiah yang melibatkan tekanan dan pergerakan lempeng tektonik di bawah permukaan bumi. Letusan ini dapat dijelaskan sebagai konsekuensi dari akumulasi tekanan magma yang akhirnya meledak, mengakibatkan runtuhannya sebagian besar pulau Krakatau dan menghasilkan gelombang tsunami yang merusak. Dalam konteks ilmu geologi dan logika ilmiah, letusan ini adalah hasil dari proses alamiah yang dapat diterima sebagai fenomena geologi.
Pandangan pengamatan mengenai letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 mencakup berbagai sumber observasi dan laporan dari para ilmuwan, penjelajah, dan saksi mata. Beberapa pengamatan utama
-Letusan Besar
-Gelombang Tsunami
-Gumpalan Abu Vulkanik
-Perubahan Topografi
-Pengamatan ini membantu para ilmuwan dan geologis untuk memahami fenomena letusan gunung berapi dan dampaknya terhadap lingkungan dan manusia.
-Pandangan observasi terhadap letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 adalah bahwa letusan tersebut merupakan salah satu peristiwa vulkanik paling dahsyat dalam sejarah modern. Letusan ini menghasilkan gelombang tsunami, awan panas, dan hujan abu vulkanik yang merusak banyak daerah di sekitarnya
Observasi ini menjadi dasar penting dalam memahami dampak letusan vulkanik besar dan bagaimana fenomena geologi dapat mempengaruhi lingkungan secara luas.
IKA TRIWULANSIH PRIANTORO
1. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang diberikan segala kemampuan jasmani, rohani dan kemampuan berpikir yang menjadikan manusia berbeda dengan makhluk lainnya. Manusia juga makhluk yang sempurna dan yang pertama kali menggunakan bahasa. Sebagai makhluk yang mulia, manusia memiliki tiga keistimewaan dibandingkan dengan makhluk lainnya, keistimewaan tersebut diantaranya: memiliki penguasaan bahasa, memiliki kemampuan berpikir, dan kesempurnaan bentuk ragawi. Dengan keistimewaan tersebutlah manusia mendapatkan pengetahuan berdasarkan kemampuannya sebagai makhluk yang berpikir, merasa, dan mengindra,maka dari itu semua kejadian di muka bumi atas kehendak allah dari bencana alam yg terjadi termaksud bencana letusan gunung krakarau di sini kita dapat mengambil hikmah bahwa sesuatu dapat kita syukuri dan iklas dengan lapang ada.
2. Letusan gunung berapi diartikan sebagai terbukanya lapisan atas
bumi yang mengeluarkan lelehan atau batu yang mencair, debu, gas, dan
berbagai batuan lainnya. Cairan batuan panas (magma) ini akan mengalir
jauh ke dataran yang lebih rendah dan menghancurkan apa saja yang dilewatinya. Efek letusan gunung berapi yang besar dapat berbahaya dan menimbulkan kerusakan besar pula bagi mahkluk hidup, lingkungan, bangunan, dan sebagainya. Kerusakan dan perubahan lingkungan yang ditimbulkannya juga akan membutuhkan ,Gunung Anak Krakatau merupakan gunung yang cukup aktif dan
letusan gunung Krakatau 1883 merupakan bencana vulkanik terdahsyat
pada abad ke-19 setelah Gunung Tambora 1815 dan menjadi catatan
dalam sejarah vulkanik dunia. Letusan Krakatau 1883 menarik perhatian
para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu hingga saat ini, misalnya saja
dari bidang geologi, hidrologi, meteorologi, dan oseanografi, yang
memberikan kontribusi bagi wahana pemahaman peristiwa-peristiwa
bencana (Simkin & Fiske 1983: 15) dan wawasan baru dalam ilmu
pengetahuan ke depan.
Namun, bagaimanakah peristiwa letusan Krakatau 1883 tersebut
dan apa dampaknya bagi kehidupan sosial di Indonesia? Tulisan ini
hendak memaparkan dampak letusan gunung Krakatau 1883 bagi ekologi
dan penduduk di Banten, serta kaitannya dengan gerakan sosial di Banten
pada tahun 1888. Letusan besar Gunung Krakatau terjadi pada 26 dan 27 Agustus
1883. Saat itu, Krakatau yang mengeluarkan jutaan ton batu, debu, dan
magma, materialnya menutupi wilayah seluas 827.000 km². Pada hari
kedua, letusan Krakatau diikuti oleh gelombang besar tsunami yang
membawa material vulkanik berupa magma dan batu panas menghantam
pesisir Lampung dan Banten. Menurut Carey, Sigurdsson, Mandeville,
dan Bronto (2000), ombak piroklastis (pyroclastic),2
yang mengalir ke
laut dari pusat erupsi, menyebabkan letusan Krakatau adalah unik dan
berbahaya bagi daerah-daerah pantai di sekitarnya. Daya piroklatis
membuat energi tsunami menjadi besar dan sangat beresiko hingga jarak
yang cukup luas. Dari sini, peristiwa letusan Krakatau memberikan
pemahaman baru tentang fenomena ombak piroklatis dari sebuah letusan
gunung berapi di laut atau pantai, yaitu aliran piroklatis (yang terdiri dari
batuan panas mencair atau abu dan gas panas) bersama energi tsunami
mampu melintasi tubuh air laut dengan kecepatan tinggi. Gelombang
tsunami dari letusan Krakatau mencapai hingga Afrika atau meliputi
sekitar seperempat bumi. Sedangkan, suara letusan Krakatau mencapai
Srilangka dan Karachi di bagian barat; Perth dan Sydney di bagian timur.
3. laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau dengan adanya pirasat perspektif ontologis dan epistemologis yg terjadi
a. Tanda yang pertama
Terjadinya gempa lokal biasanya disebut gempa vulkanik. Kalau muncul gempa di daerah gunung berapi, warga pun harus segera waspada.
b. Tanda yang kedua
Banyak binatang yang turun dari gunung. Binatang tertentu dapat mendeteksi suatu getaran halus yang berhubungan dengan perubahan alam yang besar. Ternyata mereka punya firasat juga yah! Lihat aksi monyet dan burung yang langsung turun gunung saat Gunung Merapi akan meletus.
c. Tanda ketiga,
Meningkatnya suhu di sekitar daerah gunung berapi. Seperti yang terjadi pada Gunung Krakatau, suhu di di sekitar Jawa Barat menjadi lebih panas. Cairan magma yang terdapat di perut bumi sangat panas apalagi tekanan di daerah kawah gunung pun berubah jadi tinggi. Semakin dekat cairan itu menunju kawah gunung, suhu di sekitarnya pun akan berubah jadi lebih panas.
d. Tanda keempat,
Mata air di sekitar gunung akan mongering. Lihat tanda gunung akan meletus poin ketiga.
e. Tanda kelima,
Tumbuh-tumbuhan atau tanaman di wilayah gunung berapi akan layu dan mati kering.
Nah, kalau buat kamu yang tinggal di daerah gunung berapi, waspada yah, jika merasakan tanda-tanda alam di atas.
Hasil (Material) dari letusan gunung berapi, diantaranya adalah :
– Gas vulkanik
Gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas tersebut antara lain Karbonmonoksida (CO), Karbondioksida (CO2), Hidrogen Sulfide (H2S), Sulfurdioksida (S02), dan Nitrogen (NO2) yang dapat membahayahan manusia.
– Lava dan aliran pasir serta batu panas
Lava adalah cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari dalam Bumi ke permukaan melalui kawah. Lava encer akan mengalir mengikuti aliran sungai sedangkan lava kental akan membeku dekat dengan sumbernya. Lava yang membeku akan membentuk bermacam-macam batuan.
– Lahar
Lahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material lainnya. Lahar sangat berbahaya bagi penduduk di lereng gunung berapi.
– Abu letusan
Yakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan. Karena sangat halus, abu letusan dapat terbawa angin dan dirasakan sampai ratusan kilometer jauhnya.
– Awan panas
Yakni hasil letusan yang mengalir bergulung seperti awan. Di dalam gulungan ini terdapat batuan pijar yang panas dan material vulkanik padat dengan suhu lebih besar dari 600 °C. Awan panas (wedhus gembel) dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan juga dapat menyebabkan sesak napas.
Indah agustina
No 1. Terjadinya gempa lokal biasanya disebut gempa vulkanik. Kalau muncul gempa di daerah gunung berapi, warga pun harus segera waspada.
Banyak binatang yang turun dari gunung. Binatang tertentu dapat mendeteksi suatu getaran halus yang berhubungan dengan perubahan alam yang besar. Ternyata mereka punya firasat juga yah! Lihat aksi monyet dan burung yang langsung turun gunung saat Gunung Merapi akan meletus
Meningkatnya suhu di sekitar daerah gunung berapi. Seperti yang terjadi pada Gunung Krakatau, suhu di di sekitar Jawa Barat menjadi lebih panas. Cairan magma yang terdapat di perut bumi sangat panas apalagi tekanan di daerah kawah gunung pun berubah jadi tinggi. Semakin dekat cairan itu menunju kawah gunung, suhu di sekitarnya pun akan berubah jadi lebih panas.Mata air di sekitar gunung akan mongering. Lihat tanda gunung akan meletus poin ketiga
Tumbuh-tumbuhan atau tanaman di wilayah gunung berapi akan layu dan mati kering.
Nah, kalau buat kamu yang tinggal di daerah gunung berapi, waspada yah, jika merasakan tanda-tanda alam di atas.
No 2. 1. Pengamatan dan pengalaman empiris: Pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung Krakatau telah memberikan pengamatan dan pengalaman empiris yang menjadi dasar bagi ilmu vulkanologi. Manusia telah menyaksikan letusan gunung Krakatau, mengamati aliran lava, dan mencatat efek-efeknya. Pengamatan ini menjadi sumber pengetahuan empiris tentang gejala vulkanik.
2. Eksperimen dan penelitian ilmiah: Pengalaman bencana gunung Krakatau mendorong ilmuwan untuk melakukan eksperimen dan penelitian ilmiah untuk memahami mekanisme letusan vulkanik, aktivitas magma, dan seismisitas yang terkait. Hasil-hasil penelitian ini memungkinkan pembentukan teori-teori vulkanologi yang lebih kuat.
3. Pembelajaran dari bencana masa lalu: Bencana gunung Krakatau dan bencana vulkanik lainnya telah memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana manusia dapat merespons dan beradaptasi dengan ancaman vulkanik. Ini mencakup pengembangan peringatan dini, rencana mitigasi bencana, dan pemahaman tentang peran manusia dalam mengelola risiko vulkanik.
4. Akumulasi pengetahuan: Seiring berjalannya waktu, pengalaman dan pengetahuan dari berbagai bencana vulkanik, termasuk Krakatau, telah terakumulasi. Hal ini memungkinkan pengembangan ilmu vulkanologi yang lebih komprehensif dan terstruktur, termasuk pemodelan matematika, pemantauan geofisika, dan pemahaman yang lebih mendalam tentang aktivitas vulkanik.
Erna Setiawati
1. Pengetahuan ontologis yang berkembang tentang tanda-tanda munculnya bencana Gunung Krakatau :
– Bumi bergetar / terjadinya gempa
– Hewan-hewan bertingkah aneh
-Terjadinya air laut yang pasang
-Kawah mengeluarkan uap / asap yang sangat banyak
-Gumpalan abu melebar ke segala arah
2. Jika dilihat dari perspektif epistemologis, ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau :
– Ditemukannya batu apung oleh seorang anak
– Membandingkan batu apung pada waktu letusan tambora yang menandakan letusan yang dahsyat yang pernah terjadi
– Batu apung itu sebagai petunjuk jika akan ada bencana besar
3.Cara laki – laki bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung krakatau.
dari perspektif ontologis : tampak tenang meski ada tanda bumi bergetar, optimis tidak akan terjadi hal – hal yang membahayakan
.dari perspektif epistemologis : Memikirkan temuan dari batu apung yang sebenarnya merupakan petunjuk akan terjadinya sebuah kejadian.
Cara perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung krakatau
dari perspektif ontologis : tampak kaget, tidak tenang dengan adanya tanda – tanda seperti bumi bergetar, hewan bertingkah aneh.
dari perspektif epistemologis : Tampak cuek dan tidak begitu memikirkan temuan dari batu apung yang sebenarnya sebagai petunjuk.
ERY KURNIA 2310101161
*soal pertama
Penduduk setempat mempercayai jika ada adanya awan panas atau biasa di sebut wedus gembel, terjadinya gempa, dan pasang surut air laut yang tidak normal, penduduk meyakini akan ada adanya letusan gunung Krakatau.
*Soal ke dua
Menurut teori para ahli yang meneliti perkembangan gunung Krakatau, sebelum ada tanda pasti gunung akan meletus mereka masih berfikir untuk bertahan di tempat tersebut. Meski kondisi alam yg sudah tidak meyakinkan. Tapi bagi segelintir orang, meyakini jika sudah ada tandanya wedus gembel.mereka memilih untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman. Seperti bukit tinggi untuk menghindari stunami dan banjir lahar dingin
*Soal ke tiga
-perempuan : lebih condong ke firasat perasaan dari hati mereka jika akan ada adanya sesuatu yang akar terjadi. Mereka yang lebih waspada akan menyelamatkan diri mereka dan anak” sebelum ada adanya letusan.
– laki laki : lebih condong ke akal logika mereka, jika mereka masih belum menemukan tanda pasti alam gunung Krakatau akan meletus. Mereka memilih untuk bertahan di tempat tersebut. Guna tidak mudah meninggalkan tanggung jawab yang mereka emban.
Emi Laksmi Zahara_2310101234
1. Pengetahuan ontologis yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung krakatau adalah pengamatan dan mitos. Dimana pengamatan yang di maksud adalah manusia mengamati indikasi objektif dari aktivitas gunung merapi seperti, peningkatan gempa bumi, perubahan bentuk gunung, atau emisi gas vulkanik. Kemudian yang kedua yaitu mitos, dimana masyarakat tersebut percaya bahwa terjadinya tanda-tanda akan munculnya bencana gunung krakatau karena ada roh jahat yang sedang marah yang berada di bawah gunung sehingga terjadinya gempa bumi.
2. Ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pemikiran empirisme yaitu penalaran secara induktivisme, dimana pengetahuan manusia diproleh dari pengamatan panca indra secara langsung tentang bencana gunung krakatau, setelah manusia mengamati langsung menggunakan panca indra, manusia membuat kesimpulan tentang fakta yang sudah terjadi yaitu tentang bencana gunung krakatau dan dari kesimpulan tersebut manusia menciptakan teori tentang vulkanologi.
3. Pandangan laki-laki dan perempuan tentang tanda-tanda bencana gunung krakatau :
a. Dari segi ontologi tentang tanda-tanda gunung krakatau yaitu Baik laki-laki maupun perempuan memiliki pandangan yang serupa tentang tanda-tanda tersebut yaitu sebagai gejala alam semesta yang ada secara objektif.
b. Dari segi epistemologi laki-laki dan perempuan memiliki pemikiran yang berbeda dimana laki-laki memiliki pemikiran rasionalisme yaitu laki-laki lebih berfokus pada pikiran teori bahwa tanda-tanda yang muncul adalah tanda-tanda gejala alam biasa. Sedangkan perempuan memiliki pemikiran empirisme yaitu perempuan mengamati dengan panca indra bahwa tanda-tanda seperti gempa bumi dan perilaku hewan yang tidak biasa adalah tanda-tanda akan adanya bencana yang terjadi.
Riska Tri Rohmayati (2310101220)
1. Tanda-tanda bencana gunung krakatau sudah muncul +- 4 bulan sebelum bencana tgl 26-27 agustus 1883. diikuti dengan fenomena dan keadaan alam sekitar. seperti : kuda yang sering merintih tidak tenang dan mengamuk; ayam tidak lagi bertelur; burung dan kera mulai meninggalkan pohon tempat tinggalnya; hewan peliharaan seperti anjing mulai tampak khawatir. getaran bumi yang kerap terjadi, bahkan semakin lama semakin sering dan besar. batu apung yang diperkirakan berasal dari gunung krakatau bahkan sudah terapunghinggga ke daratan yang jauhnya 30 mil ke pantai daratan.
Asap yang keluar dari mulut gunung berapi semakin lama semakin banyak dan tebal.
2. Pengetahuan mengenai aktivitas gunung berapi yang akan meletus, bukan hanya diamati dari ilmu geologis dan sains, tetapi juga dapat diamati dari fenomena alam sekitar, terutama dengan perubahan tindakan hewan yang berada disekitar lingkungan sekitar gunung. serta pengetahuan tentang kejadian bencana sebelumnya jika pernah terjadi. karena manusia selalu meninggalkan catatan-catatan penting mengenai suatu peristiwa dalam kehidupannya.
3. Pada dasarnya setiap manusia yang berada dalam situasi tersebut akan panik dan merasa ketakutan. namun ada beberapa yang sulit untuk pergi karena pekerjaan dan penghidupan mereka. bahkan ada yang menjadikan fenomena gunung krakatau sebagai sumber uang dengan menjadikannya tempat wisata. dari film dapat disimpulkan bahwa insting perempuan tampak lebih menonjol dari pada lai-laki. dikarenakan rasa kekhawatiran perempuan yang memikirkan sebab akibat dari suatu hal, lebih menggunakan hati dari pada logika. hal itu berbeda dengan laki-laki.
Novi Aprianti_2310101245_LJ2
1. Pengetahuan ontologis yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau meliputi perubahan aktivitas vulkanik seperti peningkatan jumlah gempa, aktivitas fumarola, dan perubahan bentuk permukaan kawah. Selain itu, adanya peningkatan suhu dan kelembaban di sekitar gunung Krakatau dapat menjadi indikasi akan
2. Ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau melalui pemahaman empiris dan observasi terhadap fenomena vulkanik serta penelitian ilmiah yang menggali lebih dalam tentang proses yang terjadi di balik bencana tersebut.
3. Laki-laki dan perempuan dapat bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau dengan perspektif ontologis dan epistemologis yang berbeda. Secara ontologis, mereka bisa melihat tanda-tanda bencana sebagai manifestasi dari kekuatan alam yang kuat dan tak terelakkan. Mereka mungkin percaya bahwa bencana tersebut adalah bagian dari siklus alam
Syiva Azkiyah 2310101276 (Kelas LJ2)
1. Terjadinya gempa bumi yang berlangsung selama berbulan-bulan, Munculnya asap pada gunung krakatoa dan terjadinya ledakan
2. Ilmu pengetahuan vulkanologi terbangun dari kejadian2 yang dialami oleh manusia ketika gunung Krakatau meletus dimana setelah mengalami kejadian meletusnya gunung krakatu banyak manusia yang mulai ingin mencari tahu bagaimana gunung tersebut dapat meletus dan apa yang membuat bencana gunung krakato itu terjadi
3. – Dari perspektif ontologis cara perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau setelah melihat video dari awal perempuan sudah memiliki firasat atau pemikiran yang akan terjadi setelah merasakan tanda-tanda akan terjadinya bencana salah satunya yaitu terjadinya gempa sedangkan cara laki-laki bersikap walaupun tanda-tanda akan terjadinya bencana sudah dirasakan tetapi dia tetap berfikir bahwa hal tersebut adalah hal yang biasa sebelum bencana tersebut benar-benar terjadi
Dari perspektif epistemologis cara perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau yaitu dengan melihat kebenaran yang telah terjadi seperti terjadinya gempa yang telah dirasakannya selama 2 bulan dan gempa yang dirasakan semakin hari semakin kuat sedangkan cara laki-laki bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau yaitu dengan memantau kejadian yang terjadi secara seksama
DEWI SRI MARDIA ASTUTI 2310101272
1. Pengetahuan ontologis yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau meliputi perubahan aktivitas vulkanik seperti peningkatan jumlah gempa, aktivitas fumarola, dan perubahan bentuk permukaan kawah. Selain itu, adanya peningkatan suhu dan kelembaban di sekitar gunung Krakatau dapat menjadi indikasi akan
2. Ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau melalui pemahaman empiris dan observasi terhadap fenomena vulkanik serta penelitian ilmiah yang menggali lebih dalam tentang proses yang terjadi di balik bencana tersebut.
3. Laki-laki dan perempuan dapat bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau dengan perspektif ontologis dan epistemologis yang berbeda. Secara ontologis, mereka bisa melihat tanda-tanda bencana sebagai manifestasi dari kekuatan alam yang kuat dan tak terelakkan. Mereka mungkin percaya bahwa bencana tersebut adalah bagian dari siklus alam
Pinkan dyah wardani
1.
Pengetahuan ontologis yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau meliputi perubahan aktivitas vulkanik seperti peningkatan jumlah gempa, aktivitas fumarola, dan perubahan bentuk permukaan kawah. Selain itu, adanya peningkatan suhu dan kelembaban di sekitar gunung Krakatau dapat menjadi indikasi akan
2.
Ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau melalui pemahaman empiris dan observasi terhadap fenomena vulkanik serta penelitian ilmiah yang menggali lebih dalam tentang proses yang terjadi di balik bencana tersebut.
3.
Laki-laki dan perempuan dapat bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau dengan perspektif ontologis dan epistemologis yang berbeda. Secara ontologis, mereka bisa melihat tanda-tanda bencana sebagai manifestasi dari kekuatan alam yang kuat dan tak terelakkan. Mereka mungkin percaya bahwa bencana tersebut adalah bagian dari siklus alam.
Uswatun Hasanah
Pengetahuan ontologis yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau meliputi perubahan aktivitas vulkanik seperti peningkatan jumlah gempa, aktivitas fumarola, dan perubahan bentuk permukaan kawah. Selain itu, adanya peningkatan suhu dan kelembaban di sekitar gunung Krakatau dapat menjadi indikasi akan
2.
Ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau melalui pemahaman empiris dan observasi terhadap fenomena vulkanik serta penelitian ilmiah yang menggali lebih dalam tentang proses yang terjadi di balik bencana tersebut.
3.
Laki-laki dan perempuan dapat bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau dengan perspektif ontologis dan epistemologis yang berbeda. Secara ontologis, mereka bisa melihat tanda-tanda bencana sebagai manifestasi dari kekuatan alam yang kuat dan tak terelakkan. Mereka mungkin percaya bahwa bencana tersebut adalah bagian dari siklus alam.
SEFIA HIMAWATI
1. Gempa bumi yang berlangsung lama hingga berbulan-bulan dan semakin kencang, hewan yang ketakutan dan meninggalkan pulau dekat dengan gunung krakatau, batu apung yang sudah keluar dari Krakatau hingga sampai ke tepi Pantai, mengeluarkan asap yang banyak jika terkan matahari berwarna biru dan hijau, adanya ledakan kecil dari gunung kakatau magma yang mencari jalan keluar, ledakan yang dhasyat sampai telinga terasa sakit, batu apung yang ada di dalam mulai keluar dari mulut gunung, air laut yang tiba tiba menyusut, terjadi tsunami, dan abu mulai melapisi daratan,
2. Ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbentuk karena adanya bukti dan telaah peta yang ada, dengan menggabungkan pemikiran dan pertanyaan terkait vulkanologi ilmuan memastikan juga fakta fakta dari sumber yang masih hidup, dan buku terkait dengan meledaknya gunung berapi
3. Cara laki-laki bersikap dalam menghafapi tanda-tanda meletusnya gunung Krakatau salah satunya gempa bumi yaitu bersikap normal saja di depan orang lain walau dalam dirinya merasa khawatir karena urusan bisnis dan uang dianggap lebih utama, merasa khawatir dengan tanda-tanda yang jelas sudah muncul, para ilmuan sendang mencocokan secara bukti bukti yang mengarah terkait kejadian gunung tambora yang meledak, laki laki lebih bertanggung jawab kepada tugasnya
Cara Perempuan bersikap yaitu menunjukan rasa khawatir terhadap sanak keluarga
Yovy Mesa Monika I (2310101269) kebidanan lintas jalur kelas B
1. Pengetahuan ontologis yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau meliputi perubahan aktivitas vulkanik seperti peningkatan jumlah gempa, aktivitas fumarola, dan perubahan bentuk permukaan kawah. Selain itu, adanya peningkatan suhu dan kelembaban di sekitar gunung Krakatau dapat menjadi indikasi
2. Ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau melalui pemahaman empiris dan observasi terhadap fenomena vulkanik serta penelitian ilmiah yang menggali lebih dalam tentang proses yang terjadi di balik bencana tersebut.
3. Laki-laki dan perempuan dapat bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau dengan perspektif ontologis dan epistemologis yang berbeda. Secara ontologis, mereka bisa melihat tanda-tanda bencana sebagai manifestasi dari kekuatan alam yang kuat dan tak terelakkan. Mereka mungkin percaya bahwa bencana tersebut adalah bagian dari siklus alam.
yulia indah wardani
Bentuk pandangan laki-laki dan perempuan terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau dapat dipengaruhi oleh perspektif ontologis dan epistemologis mereka. Mari kita jelaskan perbedaannya dari kedua perspektif ini:
Dari Perspektif Ontologis:
Ontologi Realisme: Dalam pandangan ontologis realis, tanda-tanda bencana gunung Krakatau dianggap sebagai entitas objektif yang eksis tanpa tergantung pada pandangan subjektif. Baik laki-laki maupun perempuan dapat memiliki pandangan yang serupa tentang tanda-tanda tersebut, yaitu sebagai gejala alam semesta yang ada secara objektif.
Ontologi Konstruktivisme: Dalam pandangan ontologis konstruktivis, tanda-tanda bencana gunung Krakatau dianggap sebagai konstruksi sosial yang dipengaruhi oleh budaya dan interpretasi manusia. Laki-laki dan perempuan mungkin memiliki pandangan yang berbeda tergantung pada norma sosial dan budaya yang memengaruhi persepsi mereka terhadap tanda-tanda bencana.
Dari Perspektif Epistemologis:
Epistemologi Empiris: Baik laki-laki maupun perempuan mungkin mendekati pemahaman tanda-tanda bencana gunung Krakatau berdasarkan pengamatan empiris dan pengalaman pribadi. Mereka dapat memahami tanda-tanda ini melalui observasi langsung aktivitas gunung berapi atau pengalaman sebelumnya.
Epistemologi Sosial: Epistemologi sosial mempertimbangkan bagaimana pengetahuan dipengaruhi oleh interaksi sosial. Laki-laki dan perempuan dapat mendapatkan pengetahuan tentang tanda-tanda bencana melalui interaksi dengan kelompok sosial mereka. Misalnya, dalam masyarakat tertentu, perempuan mungkin memiliki peran khusus dalam pengamatan tanda-tanda vulkanik, sementara laki-laki memiliki peran yang berbeda.
Epistemologi Ilmiah: Baik laki-laki maupun perempuan dapat mendekati tanda-tanda bencana gunung Krakatau melalui metode ilmiah. Mereka dapat mengacu pada data geologi, vulkanologi, dan seismologi untuk memahami tanda-tanda tersebut.
Epistemologi Kepercayaan dan Mitos: Beberapa individu, baik laki-laki maupun perempuan, mungkin memiliki pendekatan berdasarkan keyakinan spiritual atau mitos. Mereka mungkin menginterpretasikan tanda-tanda tersebut dalam konteks kepercayaan dan mitos kultural yang ada dalam masyarakat mereka.
Penting untuk diingat bahwa pandangan individu terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau akan bervariasi berdasarkan latar belakang pribadi, budaya, pendidikan, dan pengalaman. Terlepas dari perbedaan ini, upaya kolaboratif dan komunikasi yang efektif antara laki-laki dan perempuan dalam menghadapi tanda-tanda bencana sangat penting untuk keamanan dan mitigasi risiko.
yulia indah wardani
YULIA INDAH WARDANI LJ 2/LB 2
NIM:2310101225
vrisa fatikharani (2310101157)
1. Ontologis : membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret/realitas/entitas apa adanya. Atau membahas kebenaran suatu fakta. Atau meneliti segala sesuatu yang ada.
1) Ada gempa yang berlangsung berbulan-bulan dan semakin parah
2) Perilaku hewan aneh, seperti kuda mengamuk, ayam-ayam tidak bertelur, hewan-hewan pergi.
3) Peningkatan aktifitas gunung api, dimana pada tanggal 20 Mei 1883, Krakatau mulai mengeluarkan asap yang banyak
4) Batu apung yang ditemukan di pantai menyimpan rahasia Krakatau, suatu tanda pada apa yang terjadi di dalam gunung api
5) Gunung Meletus diikuti longsoran batu ke laut dan menyebabkan laut surut kemudian timbul Tsunami.
2. Epistemologis : ilmu yang membahas teori
Karya Rogier Verbeek tentang Krakatau menjadi dasar dari vulkanologi modern. Yang memberi ilmuwan catatan rinci saksi mata dari seluruh siklus letusan.
3. Laki-laki mempercayai tanda-tanda bencana gunung Krakatau dicerminkan dengan bukti-bukti kondisi alam seperti kepulan asap dari puncak gunung, gempa, penemuan batu apung.
Perempuan mempercayai tanda-tanda bencana gunung Krakatau melalui perilaku hewan yang aneh seperti ayam tidak bertelur, kera dan burung lari dari pohon.
Gati Ayuningtyas Suryandari - 2310101266
1.Pengetahuan ontologis tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau dapat mencakup pemahaman tentang entitas dan fenomena yang terlibat :
– Aktivitas vulkanik sebagai fenomena ontologis: Aktivitas vulkanik berupa letusan, gempa bumi, dan aliran piroklastik, adalah fenomena ontologis yang terkait dengan munculnya bencana gunung Krakatau
-Tanda geologis dan geofisika: Tanda ontologis berupa perubahan dalam aktivitas vulkanik, seperti peningkatan tremor vulkanik, peningkatan gas belerang, dan perubahan topografi, dapat menjadi indikator munculnya bencana gunung Krakatau.
-Faktor manusia dan sosial: Aspek ontologis juga dapat mencakup peran manusia dalam merespons tanda-tanda bencana gunung Krakatau, seperti sistem peringatan dini, evakuasi, dan penanganan bencana.
2. Perspektif epistemologis, ilmu pengetahuan tentang vulkanologi berkembang melalui pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau. Pengalaman manusia dalam menghadapi bencana Krakatau memberikan kesempatan untuk mengobservasi langsung aktivitas vulkanik dan dampaknya. Observasi ini memberikan data empiris yang diperlukan untuk memahami perilaku gunung berapi dan pola aktivitasnya. Bencana Krakatau juga meningkatkan pemahaman tentang dampak sosial dan ekonomi bencana vulkanik pada masyarakat. Ini memicu penelitian tentang mitigasi risiko, peringatan dini, dan perencanaan tanggap bencana. Maka pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung Krakatau telah memainkan peran kunci dalam membangun ilmu pengetahuan vulkanologi dengan memungkinkan pengumpulan data, pengembangan teori, dan pemahaman yang lebih baik tentang fenomena vulkanik.
3. – Perspektif ontologis yang berkembang, terlihat disini bahwa laki-laki dan perempuan adalah entitas manusia yang memiliki hubungan dengan lingkungannya. Manusia ini terpengaruh oleh ledakan gunung krakatau. Tanda timbulnya ledakan gunung krakatau juga merupakan entitas ontologis di dunia nyata.
– Dari perspektif epistemologis,alam hal pengetahuan dan pemahaman tanda-tanda bencana Krakatau, laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan untuk memperoleh pengetahuan melalui pendidikan formal, pengalaman pribadi, dan informasi dari berbagai sumber.
– Perbedaan laki-laki dan perempuan memperoleh pengetahuan tentang tandabencana dipengaruhi oleh akses ke pendidikan, peran tradisional dalam masyarakat dan perbedaan dalam cara individu belajar dan berinteraksi dengan lingkungannya.
– Pengetahuan mereka tentang tanda-tanda bencana akan memengaruhi sikap dan tindakan mereka dalam menghadapi situasi tersebut. Laki-laki dan perempuan dapat memiliki pemahaman yang berbeda tentang risiko dan tanggapan terhadap bencana.
2310101175_ LESTARI PUJI ASTUTI
1.pengetahuan ontologis apa saja yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau?
jawab : Terjadinya gempa bumi yang berlangsung selama berbulan- bulan munculnya asap,awan panas pada gunung krakatau dan terjadinya ledakan
2. bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
jawab : ilmu pengetahuan vulkanologi terbangun dari kejadian2 yang di alami oleh manusia ketika gunung krakatau meletus dimana setelah mengalami kejadian meletusnya gunung krakatau banyak manusia yang mengalami bagaimana gunung tersebut dapat meletus dan apa yang membuat bencana gunung krakatau itu terjadi.
3 bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
jawab : Dari prespektif ontologi cara perempuan dan laki-laki bersikap terhadap tanda – tanda bencana gunung krakatau setelah melihat video dari awal
perempuan sudah memiliki firasat atau pemikiran yang akan terjadi setelah merasakan tanda – tanda akan terjadinya bencana salah satunya yaitu terjadinya gempa.
Laki-laki lebih ke logika ,jika belum ada tanda pasti adanya gunung meletus mereka masih ingin bertahan dtempat tersebut ,tanggungjawab yang dipikul tidak mudah untuk meninggalkan.
Nur Hayani
Nama Nur hayannnni 2310101253/LB2
1. Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau!
Jawabannya :
Dari sudut pandang ontologis, film Krakatau: The Last Days menggambarkan tanda-tanda akan terjadinya bencana letusan gunung Krakatau. Film tersebut menunjukkan bagaimana masyarakat yang tinggal di sekitar gunung berapi menyadari tanda-tanda akan terjadinya letusan, seperti peningkatan aktivitas gunung berapi, gempa bumi, serta pelepasan gas dan uap. Tanda-tanda ini ditafsirkan sebagai peringatan akan datangnya bencana, dan masyarakat yang tinggal di dekat gunung berapi sadar akan potensi bahayanya. Film ini juga menunjukkan bagaimana masyarakat yang tinggal di dekat gunung berapi sangat menghormati kekuatan alam dan kekuatan yang mengaturnya
2. Jika dilihat dari perspektif epistemologis, bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
Jawabannya :
Dari segi epistemologis, film Krakatau: The Last Days memperlihatkan bagaimana ilmu vulkanologi dikembangkan dari pengalaman masyarakat yang pernah menghadapi bencana letusan gunung Krakatau. Film tersebut menggambarkan Rogier Verbeek, seorang ahli geologi Belanda yang telah mensurvei daerah tersebut dua tahun sebelumnya dan meletakkan dasar bagi vulkanologi modern dengan penelitiannya setelah letusan tersebut. Penelitian Verbeek membantu membangun studi ilmiah tentang gunung berapi dan prediksi letusan gunung berapi. Film ini juga menunjukkan bagaimana ilmu vulkanologi dikembangkan melalui studi aktivitas vulkanik dan analisis material vulkanik.
3. Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau? Jelaskan dari perspektif ontologis dan epistemologis
Jawabannya:
Perilaku Pria dan Wanita
Dari sudut pandang ontologis, film Krakatau: The Last Days memperlihatkan bagaimana perilaku laki-laki dan perempuan dipengaruhi oleh tanda-tanda akan datangnya bencana letusan gunung Krakatau. Film ini menggambarkan bagaimana masyarakat yang tinggal di dekat gunung berapi menyadari potensi bahaya dan bagaimana mereka merespons tanda-tanda akan terjadinya letusan. Film ini juga menunjukkan bagaimana masyarakat yang tinggal di dekat gunung berapi sangat menghormati kekuatan alam dan kekuatan yang mengaturnya.
Dari sudut pandang epistemologis, film Krakatau: The Last Days memperlihatkan bagaimana perilaku laki-laki dan perempuan dipengaruhi oleh pengetahuan vulkanologi. Film ini menggambarkan bagaimana pengetahuan vulkanologi telah membantu masyarakat memahami tanda-tanda aktivitas gunung berapi dan memprediksi letusan gunung berapi. Film ini juga menunjukkan bagaimana pengetahuan vulkanologi telah membantu masyarakat bersiap menghadapi potensi bahaya letusan gunung berapi.
Yulianti Uswatun Hasanah
1. Kejadian meletusnya gunung krakatau ini merupakan kejadian bencana yang terbesar hingga menelan korban hampir 36 ribu. selain menimbulkan banyaknya akibat, juga memberikan wawasan keilmuan yang baru sesuai dengan pengalaman yang dialami oleh manusia itu sendiri. Dari perspektif ontologis, terdapat beberapa pengetahuan ontologis yang berkembang diantaranya yakni:
a. Mitos : adanya gempa sebelum terjadi letusan gunung dianggap karena adanya aktivitas dari roh pegunungan
b. Agama : orang sekitar menghiraukan adanya gempa dianggap sebagai suatu kehendak tuhan.
c. Logika dan Pengamatan : gempa yang berlangsung berulang kali, adanya pengeluaran asap dan dihitung ketinggian asapnya sebagai bagian dari pengembangan matematika dasar, surutnya air laut yang begitu dalam, kuda sering mengamuk, monyet banyak yang turun ke pemukiman, suhu udara yang meningkat.
2. ilmu pengetahuan tentang vulkanologi ini terbangun dari hasil pengalaman dalam menghadapi bencana melalui proses empiris dan rasional yang melibatkan pengamatan(adanya gempa berulang, keluarnya asap, surutnya air laut, hewan yang gelisah dan turun ke pemukiman, perubahan suhu), pengukuran(mengukur tingginya awan abu yang dikeluarkan oleh gunung, kecepatan angin, suhu, tekanan) dan analisis data (mengkorelasikan setiap kejadian yang dihadapi dengan mencari kembali literatur tentang gunung berapi). Hal ini dilakukan oleh para ahli dan salahsatunya yang disebutkan dalam film tersebut yakni ahli geologi Rogier Verbeek
3. Sikap Perempuan dan Laki-laki dalam menghadapi gunung krakatau
a. Perspektif Ontologis: dalam film tersebut digambarkan bahwa laki-laki cenderung berfokus pada tanda-tanda apa saja yang terjadi sedangkan perempuan berfokus mencari cara agar diri dan orang sekitarnya terlindungi (mitigasi bencana).
b. Perspektif Empiris: dalam film tersebut digambarkan bahwa laki-laki selain cenderung berfokus pada tanda-tanda apa saja yang terjadi dia juga berusaha memferivikasi tanda-tanda tersebut dengan mencari literatur dan menghitung berbagai fenomena yang ditimbulkan(meningkatkan kewaspadaan) sedangkan perempuan selain mencari cara untuk menyelamatkan keluarganya, juga mencari alternatif untuk mengurangi dampak yang akan ditimbulkan setelah kejadian tersebut.
Dari perspektif ontologis dan epistemologis, laki-laki dan perempuan dapat bersikap terhadap tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau dengan meningkatkan kewaspadaan dan pengetahuan tentang tanda-tanda awal akan munculnya bencana gunung Krakatau. Hal ini dimaksudkan agar dapat melakukan mitigasi bencana sehingga dampak yang ditimbulkan lebih minim.
Widia Lilis Nur Indah Sari
1.Kejadian pertama Krakatau mengeluarkan asap vulkanik, kejadian kedua air laut mulai surut kemudian kejadian ketiga Terjadinya gempa bumi yang berlangsung selama berbulan-bulan, kejadian ke-empat abu vulkanik mulai memenuhi udara disekitar gunung asap muncul dari gunung krakatau dan terjadinya ledakan.
2. Ilmu pengetahuan vulkanologi terbangun dari kejadian-kejadian yang dialami oleh manusia ketika gunung krakatau meletus dimana setelah mengalami kejadian meletusnya gunung krakatau banyak manusia yang ingin meneliti bagaimana gunung tersebut dapat meletus dan apa yang membuat bencana gunung krakatau itu terjadi.
3. Dari perspektif ontologis cara laki-laki bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung krakatau setelah menonton video laki-laki sudah melakukan observasi dari awal sejak datang kepulau terutama saat pertama kali abu vulkanik muncul dan setiap periode tertentu di observasi secara berkala hingga sampai disuatu saat ada seorang laki-laki yang bahkan mengukur ketinggian asap gunung kemudian tindakan si laki-laki adalah menggerakan orang-orang untuk mengungsi
Dari perspektif ontologis cara perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung krakatau setelah melihat video dari awal abu muncul si perempuan sudah memiliki firasat atau pemikiran yang akan terjadi setelah merasakan tanda-tanda akan terjadinya bencana salah satunya yaitu gempa.
Windy Aprianda/2310101283
Nama: Windy Aprianda
NIM: 2310101283
Kelas/kelompok: LJ2/LB5
Soal no.1
Dari perspektif ontologis, pengetahuan tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau dapat melibatkan pemahaman mengenai entitas dan hubungan ontologis yang terlibat dalam fenomena tersebut. Beberapa aspek ontologis yang relevan dalam konteks ini adalah:
A. Entitas Ontologis:
Gunung Krakatau sebagai entitas geologis yang memiliki karakteristik khusus seperti letak geografis, struktur, dan sejarah aktivitas vulkaniknya.
B. Hubungan Ontologis:
Hubungan antara Gunung Krakatau dan lempeng tektonik yang dapat menjadi faktor utama dalam aktivitas vulkaniknya.
Hubungan antara erupsi Gunung Krakatau dengan dampak lingkungan, seperti tsunami, awan panas, dan perubahan geografis yang mengubah ontologi pulau-pulau di sekitarnya.
C. Data dan Observasi:
Data geologis dan vulkanologis yang menjadi landasan ontologis bagi pemahaman tentang perilaku Gunung Krakatau.
Observasi ontologis terhadap gejala-gejala seperti peningkatan aktivitas vulkanik, perubahan topografi, dan parameter-parameter geofisika yang dapat menjadi tanda-tanda erupsi yang berpotensi menjadi bencana.
Dalam ontologi, pengetahuan tentang tanda-tanda bencana Gunung Krakatau akan melibatkan pemahaman mendalam tentang eksistensi, atribut, dan hubungan ontologis yang berkaitan dengan gunung tersebut serta cara mengamati dan menganalisis tanda-tanda yang mungkin muncul sebelum terjadinya bencana.
Soal no.2
Dari perspektif epistemologis, ilmu pengetahuan tentang vulkanologi telah berkembang melalui pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung Krakatau dengan pendekatan empiris dan rasional. Beberapa elemen epistemologis yang relevan dalam proses ini adalah:
A. Pengalaman Empiris:
Pengalaman langsung manusia dalam menghadapi erupsi Gunung Krakatau dan bencana sebelumnya yang melibatkan gunung tersebut menjadi sumber pengetahuan awal. Pengamatan terhadap letusan, aliran lava, awan panas, dan dampak lingkungan memberikan wawasan awal tentang perilaku vulkanik.
B. Pengamatan dan Data:
Para ilmuwan vulkanologi mengumpulkan data dari pengamatan langsung dan instrumen geofisika untuk mengumpulkan informasi yang lebih akurat tentang aktivitas Gunung Krakatau. Data ini menjadi dasar epistemologis bagi pemahaman tentang pola erupsi dan tanda-tanda yang mungkin terkait dengan erupsi.
C. Metode Ilmiah:
Ilmuwan vulkanologi menggunakan metode ilmiah untuk menguji hipotesis dan teori tentang aktivitas vulkanik. Mereka melakukan eksperimen, analisis data, dan pemodelan untuk memahami proses-proses di bawah permukaan gunung.
D. Teori dan Konsep:
Dengan akumulasi pengalaman dan data, ilmu pengetahuan vulkanologi membangun teori dan konsep yang menjelaskan mekanisme erupsi vulkanik, tanda-tanda awalnya, serta potensi bahayanya. Ini adalah aspek epistemologis yang mendasari pengetahuan tentang vulkanologi.
E. Penyebaran Pengetahuan:
Penyebaran pengetahuan tentang vulkanologi kepada masyarakat dan pihak berwenang menjadi bagian penting dari pendekatan epistemologis. Ini termasuk sistem peringatan dini, rencana tanggap bencana, dan upaya mitigasi risiko.
Secara keseluruhan, ilmu pengetahuan tentang vulkanologi dibangun dari pengalaman manusia dalam menghadapi bencana Gunung Krakatau dengan menggabungkan data empiris, metode ilmiah, pengujian teori, dan upaya penyebaran pengetahuan. Proses ini memungkinkan manusia untuk memahami dan mengelola potensi bahaya dari gunung berapi dengan lebih baik.
Soal no.3
Perspektif ontologis dan epistemologis dapat membantu menjelaskan bagaimana laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana Gunung Krakatau.
Dari Perspektif Ontologis:
A. Laki-laki dan perempuan memiliki ontologi yang sama dalam arti bahwa mereka adalah manusia yang mendiami wilayah yang berpotensi terkena dampak erupsi Gunung Krakatau.
B. Mereka berbagi eksistensi yang sama dalam lingkungan geografis yang mungkin terpengaruh oleh erupsi, sehingga ontologi lingkungan tersebut juga relevan.
Dari Perspektif Epistemologis:
A. Kedua kelompok gender dapat memiliki pengetahuan tentang tanda-tanda bencana Gunung Krakatau melalui pengalaman, pendidikan, dan informasi yang mereka terima.
B. Pendekatan epistemologis mencakup pengetahuan tentang tanda-tanda erupsi, peringatan dini, pengetahuan tentang prosedur evakuasi, dan pemahaman tentang upaya mitigasi risiko.
Namun, penting untuk diingat bahwa respons individu terhadap tanda-tanda bencana bisa bervariasi berdasarkan faktor-faktor psikologis, sosial, dan budaya. Tidak semua laki-laki atau perempuan akan memiliki reaksi yang sama. Perbedaan ontologis dan epistemologis antara individu-individu mungkin memengaruhi cara mereka bersikap terhadap tanda-tanda bencana, tetapi faktor-faktor seperti pendidikan, pengalaman pribadi, peran sosial, dan perasaan individu juga memiliki dampak besar dalam menentukan respons mereka terhadap ancaman bencana.
RATNA DAMAR AJI_2310101257_LJ2_unisa
1. ONTOLOGI
a. suatu tanda pada apa yang terjadi di dalam gunung api? (kalimat ontologis)
– buminya bergetar
– kuda kudanya mengamuk parah
– gempa sudah berlangsung berbulan-bulan
– apa yang diasampaikan gunung api?
– magma sedang mencari jalan ke permukaan
– ledakan ledakan itu adalah isyarat
– jauh dari bawah bumi, magma sedang mencari jalan ke permukaan
– hanya soal waktu saja sebelum keluar
b. Kau sedang apa?
– mengukur tinggi awan abu
2. EPISTIOMOLOGI
bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung krakatau?
terdapat tanda-tanda yang tidak lazim, yaitu:
– buminya bergetar
– kuda-kudanya mengamuk parah
– gempa berlangsung berbulan-bulan
– kera-kera dan burung tidak tinggal di pohon, ayam tidak bertelur.
bagaimana proses vulkanologi?
– proses geologi yang rumit
-terbentuk jutaan tahun lalu sebelum manusia ada
– sebuah sumber batu di dalam kawah.
– satu kaldera ini bukan 3 gunung yang berbeda, ini satu
– semua gunung api dibentuk oleh 1 dapur magma
3. Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung krakatau?
– laki-laki bersikap lebih tenang dan tidak terlalu memperhatikan
seperti ungkapan : jaraknya gunung 25 mil.
Menganggap roh pegunungan bangun, angin berhembus, laut meraung dan roh muncul, begitu lama tersumbat di bawah pegunungan, manusia harus merasakan kemarahan roh pegunungan
– Perempuan
peka terhadap perubahan yang terjadi , kecemasan tinggi
ungkapan yang ada :
mengajak pindah / mengungsi, karena da tand-tanda : bumi bergetar, kuda-kuda mengamuk parah,
gempa berlangsung berbulan-bulan , kera-kera dan burung tidak tinggal di pohon, ayam tidak bertelur.
2310101278_EVA MARITA RIZQIYAH_LJ2
1. Pengetahuan yang berkembang untuk mengetahui tanda-tanda akan munculnya bencana Gunung Krakatau antara lain:
– Adanya Gempa Bumi
– Hewan-hewan yang berperilaku tidak seperti biasanya
– Ledakan-ledakan yang berasal dari gunung
– Gunung mengeluarkan asap yang berwarna biru dan hijau saat terkena sinar matahari
– Muncul batu apung di tepi pantai
2. Pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung berapi adalah dengan cara melihat tanda-tanda yang di kelualkan oleh gunung berapi tersebut dan juga oleh hewan-hewan yang tinggal di sekitaran gunung.
3. Laki-laki: Bersikap lebih rasional dengan cara memperhatikan tanda-tanda yang di perlihatkan oleh gunung<hewab sekitar atau tanda-tanda alam lainnya
Perempuan: Bersikap dengan cara lebih mempercayai Takhayul dan Firasat.
Nova Andriyana R_23101011256
1. Terjadinya ledakan besar yang merupakan aktivitas vulkanik dari dalam gunung itu sendiri ditandai dengan keluarnya asap yang sangat banyak
2. Menggelapkan langit di seluruh dunia selama beberapa tahun setelahnya dan menghasilkan pemandangan matahari terbenam yang spektakuler di seluruh dunia selama beberapa bulan
3. Pada sebagian berpura-pura sedang tidak terjadi apa-apa supaya anak mereka tidak khawatir, saat terjadi tsunami pertama orang yang selamat ikut dalam kapal menuju pelabuhan bitung namun tidak kapten membawanya untuk melawan ombak
MAISAH 2310101248
1. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang diberikan segala kemampuan jasmani, rohani dan kemampuan berpikir yang menjadikan manusia berbeda dengan makhluk lainnya. Manusia juga makhluk yang sempurna dan yang pertama kali menggunakan bahasa. Sebagai makhluk yang mulia, manusia memiliki tiga keistimewaan dibandingkan dengan makhluk lainnya, keistimewaan tersebut diantaranya: memiliki penguasaan bahasa, memiliki kemampuan berpikir, dan kesempurnaan bentuk ragawi. Dengan keistimewaan tersebutlah manusia mendapatkan pengetahuan berdasarkan kemampuannya sebagai makhluk yang berpikir, merasa, dan mengindra,maka dari itu semua kejadian di muka bumi atas kehendak allah dari bencana alam yg terjadi termaksud bencana letusan gunung krakarau di sini kita dapat mengambil hikmah bahwa sesuatu dapat kita syukuri dan iklas dengan lapang ada.
2. Letusan gunung berapi diartikan sebagai terbukanya lapisan atas
bumi yang mengeluarkan lelehan atau batu yang mencair, debu, gas, dan
berbagai batuan lainnya. Cairan batuan panas (magma) ini akan mengalir
jauh ke dataran yang lebih rendah dan menghancurkan apa saja yang dilewatinya. Efek letusan gunung berapi yang besar dapat berbahaya dan menimbulkan kerusakan besar pula bagi mahkluk hidup, lingkungan, bangunan, dan sebagainya. Kerusakan dan perubahan lingkungan yang ditimbulkannya juga akan membutuhkan ,Gunung Anak Krakatau merupakan gunung yang cukup aktif dan
letusan gunung Krakatau 1883 merupakan bencana vulkanik terdahsyat
pada abad ke-19 setelah Gunung Tambora 1815 dan menjadi catatan
dalam sejarah vulkanik dunia. Letusan Krakatau 1883 menarik perhatian
para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu hingga saat ini, misalnya saja
dari bidang geologi, hidrologi, meteorologi, dan oseanografi, yang
memberikan kontribusi bagi wahana pemahaman peristiwa-peristiwa
bencana (Simkin & Fiske 1983: 15) dan wawasan baru dalam ilmu
pengetahuan ke depan.
Namun, bagaimanakah peristiwa letusan Krakatau 1883 tersebut
dan apa dampaknya bagi kehidupan sosial di Indonesia? Tulisan ini
hendak memaparkan dampak letusan gunung Krakatau 1883 bagi ekologi
dan penduduk di Banten, serta kaitannya dengan gerakan sosial di Banten
pada tahun 1888. Letusan besar Gunung Krakatau terjadi pada 26 dan 27 Agustus
1883. Saat itu, Krakatau yang mengeluarkan jutaan ton batu, debu, dan
magma, materialnya menutupi wilayah seluas 827.000 km². Pada hari
kedua, letusan Krakatau diikuti oleh gelombang besar tsunami yang
membawa material vulkanik berupa magma dan batu panas menghantam
pesisir Lampung dan Banten. Menurut Carey, Sigurdsson, Mandeville,
dan Bronto (2000), ombak piroklastis (pyroclastic),2
yang mengalir ke
laut dari pusat erupsi, menyebabkan letusan Krakatau adalah unik dan
berbahaya bagi daerah-daerah pantai di sekitarnya. Daya piroklatis
membuat energi tsunami menjadi besar dan sangat beresiko hingga jarak
yang cukup luas. Dari sini, peristiwa letusan Krakatau memberikan
pemahaman baru tentang fenomena ombak piroklatis dari sebuah letusan
gunung berapi di laut atau pantai, yaitu aliran piroklatis (yang terdiri dari
batuan panas mencair atau abu dan gas panas) bersama energi tsunami
mampu melintasi tubuh air laut dengan kecepatan tinggi. Gelombang
tsunami dari letusan Krakatau mencapai hingga Afrika atau meliputi
sekitar seperempat bumi. Sedangkan, suara letusan Krakatau mencapai
Srilangka dan Karachi di bagian barat; Perth dan Sydney di bagian timur.
3. laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau dengan adanya pirasat perspektif ontologis dan epistemologis yg terjadi
a. Tanda yang pertama
Terjadinya gempa lokal biasanya disebut gempa vulkanik. Kalau muncul gempa di daerah gunung berapi, warga pun harus segera waspada.
b. Tanda yang kedua
Banyak binatang yang turun dari gunung. Binatang tertentu dapat mendeteksi suatu getaran halus yang berhubungan dengan perubahan alam yang besar. Ternyata mereka punya firasat juga yah! Lihat aksi monyet dan burung yang langsung turun gunung saat Gunung Merapi akan meletus.
c. Tanda ketiga,
Meningkatnya suhu di sekitar daerah gunung berapi. Seperti yang terjadi pada Gunung Krakatau, suhu di di sekitar Jawa Barat menjadi lebih panas. Cairan magma yang terdapat di perut bumi sangat panas apalagi tekanan di daerah kawah gunung pun berubah jadi tinggi. Semakin dekat cairan itu menunju kawah gunung, suhu di sekitarnya pun akan berubah jadi lebih panas.
d. Tanda keempat,
Mata air di sekitar gunung akan mongering. Lihat tanda gunung akan meletus poin ketiga.
e. Tanda kelima,
Tumbuh-tumbuhan atau tanaman di wilayah gunung berapi akan layu dan mati kering.
Nah, kalau buat kamu yang tinggal di daerah gunung berapi, waspada yah, jika merasakan tanda-tanda alam di atas.
Hasil (Material) dari letusan gunung berapi, diantaranya adalah :
– Gas vulkanik
Gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas tersebut antara lain Karbonmonoksida (CO), Karbondioksida (CO2), Hidrogen Sulfide (H2S), Sulfurdioksida (S02), dan Nitrogen (NO2) yang dapat membahayahan manusia.
– Lava dan aliran pasir serta batu panas
Lava adalah cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari dalam Bumi ke permukaan melalui kawah. Lava encer akan mengalir mengikuti aliran sungai sedangkan lava kental akan membeku dekat dengan sumbernya. Lava yang membeku akan membentuk bermacam-macam batuan.
– Lahar
Lahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material lainnya. Lahar sangat berbahaya bagi penduduk di lereng gunung berapi.
– Abu letusan
Yakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan. Karena sangat halus, abu letusan dapat terbawa angin dan dirasakan sampai ratusan kilometer jauhnya.
– Awan panas
Yakni hasil letusan yang mengalir bergulung seperti awan. Di dalam gulungan ini terdapat batuan pijar yang panas dan material vulkanik padat dengan suhu lebih besar dari 600 °C. Awan panas (wedhus gembel) dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan juga dapat menyebabkan sesak napas.
MIRANDA ASMITA SARI
Soal:
Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau!
Jika dilihat dari perspektif epistemologis, bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau? Jelaskan dari perspektif ontologis dan epistemologis!
1. Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau!
Jawabannya :
Dari sudut pandang ontologis, film Krakatau: The Last Days menggambarkan tanda-tanda akan terjadinya bencana letusan gunung Krakatau. Film tersebut menunjukkan bagaimana masyarakat yang tinggal di sekitar gunung berapi menyadari tanda-tanda akan terjadinya letusan, seperti peningkatan aktivitas gunung berapi, gempa bumi, serta pelepasan gas dan uap. Tanda-tanda ini ditafsirkan sebagai peringatan akan datangnya bencana, dan masyarakat yang tinggal di dekat gunung berapi sadar akan potensi bahayanya. Film ini juga menunjukkan bagaimana masyarakat yang tinggal di dekat gunung berapi sangat menghormati kekuatan alam dan kekuatan yang mengaturnya
2. Jika dilihat dari perspektif epistemologis, bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
Jawabannya:
Dari segi epistemologis, film Krakatau: The Last Days memperlihatkan bagaimana ilmu vulkanologi dikembangkan dari pengalaman masyarakat yang pernah menghadapi bencana letusan gunung Krakatau. Film tersebut menggambarkan Rogier Verbeek, seorang ahli geologi Belanda yang telah mensurvei daerah tersebut dua tahun sebelumnya dan meletakkan dasar bagi vulkanologi modern dengan penelitiannya setelah letusan tersebut. Penelitian Verbeek membantu membangun studi ilmiah tentang gunung berapi dan prediksi letusan gunung berapi. Film ini juga menunjukkan bagaimana ilmu vulkanologi dikembangkan melalui studi aktivitas vulkanik dan analisis material vulkanik.
3. Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau? Jelaskan dari perspektif ontologis dan epistemologis
Jawabannya:
Perilaku Pria dan Wanita
Dari sudut pandang ontologis, film Krakatau: The Last Days memperlihatkan bagaimana perilaku laki-laki dan perempuan dipengaruhi oleh tanda-tanda akan datangnya bencana letusan gunung Krakatau. Film ini menggambarkan bagaimana masyarakat yang tinggal di dekat gunung berapi menyadari potensi bahaya dan bagaimana mereka merespons tanda-tanda akan terjadinya letusan. Film ini juga menunjukkan bagaimana masyarakat yang tinggal di dekat gunung berapi sangat menghormati kekuatan alam dan kekuatan yang mengaturnya.
Dari sudut pandang epistemologis, film Krakatau: The Last Days memperlihatkan bagaimana perilaku laki-laki dan perempuan dipengaruhi oleh pengetahuan vulkanologi. Film ini menggambarkan bagaimana pengetahuan vulkanologi telah membantu masyarakat memahami tanda-tanda aktivitas gunung berapi dan memprediksi letusan gunung berapi. Film ini juga menunjukkan bagaimana pengetahuan vulkanologi telah membantu masyarakat bersiap menghadapi potensi bahaya letusan gunung berapi.
umihan samal
1. Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yg berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau
a. Ontologi adalah cabang filsafat yang mempertanyakan realitas dan eksistensi. Dalam konteks pengetahuan tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau, ontologi dapat memberikan berbagai pandangan tentang realitas yang mendasari pemahaman kita tentang bencana tersebut. Berikut beberapa konsep ontologis yang berkembang terkait dengan tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau:
b. Ontologi Realisme: Dalam perspektif ini, bencana gunung Krakatau dianggap sebagai entitas yang eksis secara objektif tanpa tergantung pada persepsi manusia. Tanda-tanda yang muncul sebelum bencana tersebut dapat dilihat sebagai indikasi objektif dari aktivitas gunung berapi yang sebenarnya, seperti peningkatan gempa bumi, perubahan bentuk gunung, atau emisi gas vulkanik.
c. Ontologi Konstruktivisme: Konsep ini berfokus pada peran manusia dalam memahami bencana. Tanda-tanda bencana gunung Krakatau mungkin dianggap sebagai konstruksi sosial yang terbentuk melalui pengamatan dan interpretasi manusia. Dalam hal ini, tanda-tanda bencana muncul sebagai hasil interaksi sosial dan budaya yang memengaruhi cara kita memahami dan merespons bencana.
d. Ontologi Subyektivisme: Dalam perspektif ini, pengetahuan tentang tanda-tanda bencana gunung Krakatau sangat subjektif dan bergantung pada pengalaman individu atau kelompok. Setiap orang atau komunitas mungkin memiliki interpretasi yang berbeda tentang tanda-tanda tersebut, yang didasarkan pada keyakinan, nilai, dan pengetahuan yang berbeda.
e. Ontologi Naturalisme: Dalam pandangan ini, tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau dijelaskan sebagai bagian dari alam semesta dan proses alamiah. Pengetahuan tentang tanda-tanda ini didasarkan pada pemahaman ilmiah tentang geologi, vulkanologi, dan seismologi. Tanda-tanda tersebut dianggap sebagai manifestasi dari proses alamiah yang dapat diamati dan diukur.
f. Ontologi Kepercayaan Spiritual: Beberapa komunitas mungkin memiliki keyakinan spiritual atau mitologi yang menyertai pemahaman mereka tentang tanda-tanda bencana gunung Krakatau. Dalam ontologi ini, tanda-tanda mungkin dihubungkan dengan kekuatan gaib atau entitas spiritual yang mempengaruhi alam dan manusia.
g. Dengan demikian, ontologi memainkan peran penting dalam membentuk pemahaman kita tentang tanda-tanda yang mungkin muncul sebelum bencana gunung Krakatau. Berbagai pandangan ontologis ini mencerminkan keragaman perspektif manusia terhadap realitas dan eksistensi, serta bagaimana kita menginterpretasikan dunia sekitar kita
2. Jika dilihat dari perspektif epistemologis bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
a. Dalam perspektif epistemologi, kita dapat melihat bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi dan pemahaman tentang bencana gunung Krakatau telah berkembang melalui pengalaman manusia. Epistemologi berkaitan dengan bagaimana pengetahuan diperoleh, diorganisasi, dan diterapkan. Berikut adalah cara ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau:
b. Pengalaman Empiris: Pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung Krakatau memberikan landasan empiris bagi ilmu vulkanologi. Melalui pengamatan langsung terhadap letusan dan aktivitas vulkanik, pengamat pertama kali mengumpulkan data tentang fenomena vulkanik, seperti aliran piroklastik, debu vulkanik, dan aktivitas seismik.
c. Pemahaman Historis: Letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 menciptakan catatan sejarah yang sangat penting. Pengalaman manusia yang menghadapi letusan ini dan saksi mata memberikan laporan dan cerita yang menjadi dasar pemahaman tentang letusan besar gunung berapi.
d. Pengamatan Ilmiah: Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, pengamatan vulkanik menjadi lebih ilmiah. Ilmuwan vulkanologi menggunakan metode ilmiah yang ketat, seperti pengukuran seismik, pemantauan deformasi gunung, analisis gas vulkanik, dan penelitian geologi lapangan untuk mengumpulkan data yang akurat.
e. Penelitian dan Eksperimen: Ilmuwan vulkanologi melakukan penelitian eksperimental untuk memahami fenomena vulkanik secara lebih mendalam. Mereka membangun model gunung berapi dalam laboratorium, menganalisis sampel batuan vulkanik, dan melakukan percobaan untuk mengevaluasi dampak aktivitas vulkanik.
f. Pengembangan Teori dan Model: Berdasarkan data dan penelitian empiris, ilmuwan vulkanologi telah mengembangkan teori dan model matematika yang menjelaskan perilaku gunung berapi. Ini termasuk model peringatan dini untuk bencana vulkanik, pemahaman tentang letusan eksplosif, dan penentuan tanda-tanda awal aktivitas vulkanik.
g. Pengintegrasian Multi-Disiplin: Ilmu vulkanologi melibatkan berbagai disiplin ilmu, termasuk geologi, geofisika, kimia, dan meteorologi. Ini memungkinkan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang untuk memahami lebih baik kompleksitas gunung berapi.
h. Peran Pendidikan: Pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung Krakatau juga memotivasi pendidikan dan pelatihan dalam bidang vulkanologi. Ini menciptakan sumber daya manusia yang terlatih untuk mengelola risiko vulkanik dan memberikan peringatan dini.
Dengan demikian, epistemologi vulkanologi adalah hasil dari evolusi pengetahuan dan pemahaman manusia tentang gunung berapi yang diperoleh melalui pengalaman empiris, observasi ilmiah, penelitian, dan pembelajaran. Dalam hal ini, pengalaman manusia dengan bencana gunung Krakatau telah memainkan peran penting dalam pembentukan dan pengembangan ilmu vulkanologi.
3. Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau? jelaskan dari perspektif ontologis dan epistemologis
Bentuk pandangan laki-laki dan perempuan terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau dapat dipengaruhi oleh perspektif ontologis dan epistemologis mereka. Mari kita jelaskan perbedaannya dari kedua perspektif ini:
Dari Perspektif Ontologis:
a. Ontologi Realisme: Dalam pandangan ontologis realis, tanda-tanda bencana gunung Krakatau dianggap sebagai entitas objektif yang eksis tanpa tergantung pada pandangan subjektif. Baik laki-laki maupun perempuan dapat memiliki pandangan yang serupa tentang tanda-tanda tersebut, yaitu sebagai gejala alam semesta yang ada secara objektif.
b. Ontologi Konstruktivisme: Dalam pandangan ontologis konstruktivis, tanda-tanda bencana gunung Krakatau dianggap sebagai konstruksi sosial yang dipengaruhi oleh budaya dan interpretasi manusia. Laki-laki dan perempuan mungkin memiliki pandangan yang berbeda tergantung pada norma sosial dan budaya yang memengaruhi persepsi mereka terhadap tanda-tanda bencana.
Dari Perspektif Epistemologis:
a. Epistemologi Empiris: Baik laki-laki maupun perempuan mungkin mendekati pemahaman tanda-tanda bencana gunung Krakatau berdasarkan pengamatan empiris dan pengalaman pribadi. Mereka dapat memahami tanda-tanda ini melalui observasi langsung aktivitas gunung berapi atau pengalaman sebelumnya.
b. Epistemologi Sosial: Epistemologi sosial mempertimbangkan bagaimana pengetahuan dipengaruhi oleh interaksi sosial. Laki-laki dan perempuan dapat mendapatkan pengetahuan tentang tanda-tanda bencana melalui interaksi dengan kelompok sosial mereka. Misalnya, dalam masyarakat tertentu, perempuan mungkin memiliki peran khusus dalam pengamatan tanda-tanda vulkanik, sementara laki-laki memiliki peran yang berbeda.
c. Epistemologi Ilmiah: Baik laki-laki maupun perempuan dapat mendekati tanda-tanda bencana gunung Krakatau melalui metode ilmiah. Mereka dapat mengacu pada data geologi, vulkanologi, dan seismologi untuk memahami tanda-tanda tersebut.
d. Epistemologi Kepercayaan dan Mitos: Beberapa individu, baik laki-laki maupun perempuan, mungkin memiliki pendekatan berdasarkan keyakinan spiritual atau mitos. Mereka mungkin menginterpretasikan tanda-tanda tersebut dalam konteks kepercayaan dan mitos kultural yang ada dalam masyarakat mereka.
Penting untuk diingat bahwa pandangan individu terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau akan bervariasi berdasarkan latar belakang pribadi, budaya, pendidikan, dan pengalaman. Terlepas dari perbedaan ini, upaya kolaboratif dan komunikasi yang efektif antara laki-laki dan perempuan dalam menghadapi tanda-tanda bencana sangat penting untuk keamanan dan mitigasi risiko
Inggit Afita Parawangsa kls A NIM 2310101024
1.Pengetahuan ontologis pada tanda tanda akan terjadinya bencana gunung krakatau pada aktifitas vulkanik mempunyai tanda tanda seperti : meningkatnya aktivitas gempa yg menjadi tanda awal, perubahan bentuk fisik pada gunung,subuh yang meningkat panas,saat hujan abu ada dampak positif negatif untuk lingkungan tanda yg dianalisis membuat ahli untuk mengantisipasi oleh potensi bencana gunung krakatau.
2. Menurut perspektif epiternologi/ilmu pengetahuan membahas vulkanologi pada pengalaman manusia saat menghadapi gunung krakatau dapat melalui pengamatan,pengumpulan data,penelitian ilmiah,dan memprediksi.
Revira avista vivianti
Mitos :Gunung kerakatau yang dikenal juga sebagai tanah para dewa terletak di tengah selat sunda dengan jarak kurang lebih 30 mil dari daratan.
Agama : adanya bencana di alam semesta merupakan pengingat. Bencana jika dilihat dari sisi kerusakan yang diakibatkannya, tentu saja tidak baik. Namun jika bencana gunung meletus itu menimpa orang Muslim dan dia mati karenanya, maka matinya tergolong syahid.
Logika : Tanda-tanda aneh pun sudah sering terjadi yaitu kera dan burung tidak ada di pohon serta ayam-ayam tidak bertelur. Istri Harleem sudah pernah menyampaikan hal itu kepada ilmuwan tapi mereka tetap saja tidak sadar akan tanda-tanda peristiwa krakatau.
Pengamatan : ahli geologi Rogir sadar bahwa gunung Krakatau merupakan 3 gunung dengan 1 kaldera atau dapur magma yang besar. Ketika itulah ia sadar betapa bahayanya jika gunung meledak dan mencapai ambang batasnya. Gunung terus mengeluarkan material debu dan lainnya keudara, kurang dari 1 jam ledakan telah menyebabkan asap debu menyebar kesegala arah dengan ketinggian lebih dari 300 mil. Gas dan debu yang dilepas menyebabkan letupan-letupan listrik di udara, terlihat seperti petir.
Nurul Hamidah (2310101263)
Nama: Nurul Hamidah
NIM: 2310101263
LJ2 Kelas Karyawan
1. Pengetahuan ontologis tentang tanda-tanda munculnya bencana gunung krakatau adalah:
mencakup pemahaman tentang tanda-tanda geologis yang dapat merujuk pada aktivitas gunung, seperti peningkatan aktivitas seismik, perubahan dalam bentuk gunung, atau perubahan dalam komposisi gas vulkanik.
pemahaman tentang fenomena geofisika yang dapat menjadi tanda-tanda, seperti perubahan dalam medan magnetik atau perubahan konduktivitas tanah di sekitar Gunung Krakatau.
manusia juga merupakan entitas ontologis yang penting. Pengetahuan tentang perilaku manusia, peringatan dini, dan respons terhadap bencana gunung Krakatau juga menjadi bagian dari pengetahuan ontologis yang berkembang.
2. pengalaman manusia dalam menghadapi letusan gunung Krakatau tahun 1883 memberikan banyak data sejarah tentang bagaimana bencana vulkanik berdampak pada lingkungan dan masyarakat. Laporan dari saksi mata, penjelajah, dan peneliti memberikan wawasan berharga mengenai peristiwa yang terjadi selama letusan.
Penelitian di bidang geologi dan seismologi: Bencana Krakatau mendorong perkembangan geologi dan seismologi. Studi tentang lapisan bumi, aktivitas seismik, dan perubahan geologi yang terjadi selama letusan membantu membangun landasan pengetahuan tentang vulkanologi.
Penelitian Ilmiah: Pengalaman di Pegunungan Krakatau mendorong penelitian ilmiah lebih dalam di bidang vulkanologi. Para ilmuwan mulai mengumpulkan data empiris, mencoba memahami proses vulkanik dan mengembangkan teori ilmiah untuk menjelaskan fenomena tersebut.
Kerja sama Internasional: Pengalaman meletusnya gunung Krakatau menyadarkan akan pentingnya kerja sama internasional dalam memahami dan menangani bahaya gunung berapi. Memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan teknologi antara negara dan organisasi internasional.
3. Dari sudut pandang ontologis, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kemampuan ontologis yang sama dalam mendengar tanda-tanda bencana gunung Krakatau. Ini dikarenakan ontologi adalah studi tentang entitas atau kategori ontologis yang ada di dunia ini. entitas manusia, baik laki-laki maupun perempuan, dibekali dengan kemampuan sensorik dan persepsi yang sama dalam mendeteksi tanda-tanda bencana gunung berapi. bisa merasakan gempa bumi, mengamati perubahan pergerakan gunung, mendengar letusan, serta merasakan perubahan kondisi atmosfer dan cuaca yang menandakan adanya bencana.
Secara epistemologis, laki-laki dan perempuan mempunyai kemampuan yang sama dalam memperoleh pengetahuan tentang tanda-tanda bencana gunung api krakatau. Dapat belajar dari pengalaman pribadi, observasi, dan temuan dari sumber ilmiah. Dalam hal ini pendekatan ilmiah dan pengalaman adalah menjadi cara yang utama untuk memahami dan memperhatikan tanda-tanda bencana gunung berapi.
Al Miski karimah
Agama : adanya bencana di alam semesta merupakan pengingat. Bencana jika dilihat dari sisi kerusakan yang diakibatkannya, tentu saja tidak baik. Namun jika bencana gunung meletus itu menimpa orang Muslim dan dia mati karenanya, maka matinya tergolong syahid.
Mitos :Gunung kerakatau yang dikenal juga sebagai tanah para dewa terletak di tengah selat sunda dengan jarak kurang lebih 30 mil dari daratan
Pengamatan : ahli geologi Rogir sadar bahwa gunung Krakatau merupakan 3 gunung dengan 1 kaldera atau dapur magma yang besar. Ketika itulah ia sadar betapa bahayanya jika gunung meledak dan mencapai ambang batasnya. Gunung terus mengeluarkan material debu dan lainnya keudara, kurang dari 1 jam ledakan telah menyebabkan asap debu menyebar kesegala arah dengan ketinggian lebih dari 300 mil. Gas dan debu yang dilepas menyebabkan letupan-letupan listrik di udara, terlihat seperti petir.
Logika : Tanda-tanda aneh pun sudah sering terjadi yaitu kera dan burung tidak ada di pohon serta ayam-ayam tidak bertelur. Istri Harleem sudah pernah menyampaikan hal itu kepada ilmuwan tapi mereka tetap saja tidak sadar akan tanda-tanda peristiwa krakatau.
Nafizah Zuhsinta Nurshafa'
Mitos : Meletusnya Gunung Krakatau dari perebutan kotak pandora yang bisa membawa siapa pun pemiliknya ke negeri gaib yang diinginkan.
Agama : Di dalam Al-Quran Allah menyitir bahwa gunung-gunung itu sebenarnya bergerak, dan tidak diam seperti yang manusia lihat. (QS. An Naml ayat 88). Mereka (para gunung-gunung) tersebut terus bergerak dengan kehendak Allah. Dalam
Hal itu ternyata juga dibenarkan oleh para ilmuwan
Logika : gunung-gunung itu memang bergerak. Gunung-gunung termasuk Gunung Krakatau dan Anak Krakatau bergerak karena disebabkan oleh pergerakan kerak bumi. Kerak bumi mengapung di atas lapisan magma.
Pengamatan : Terjadinya ledakan besar yang merupakan aktivitas vulkanik dari dalam gunung itu sendiri.
Nama : Nafizah Zuhsinta Nurshafa’
NIM : 2310101084
Kelas : B
UNISA
Zahwa Dila Revalina
1) Tanda-tanda erupsi sudah terasa sejak bulan Mei
Erupsi Gunung Krakatau terjadi pada 27 Agustus 1883. Namun, tanda-tandanya sudah tampak sejak bulan Mei di tahun yang sama.
Sebelumnya Gunung ini “tertidur” selama 200 tahun lamanya. Setelah sekian lama tertidur, Gunung Krakatau mulai menampakkan aktivitas vulkaniknya pada 20 Mei 1883.
Pada saat itu, awan abu mulai tampak hingga ketinggian 11 km di atas pulau. Guncangan terasa hingga ke Batavia (Jakarta) yang berjarak hampir 50 km lebih dari Gunung Krakatau.
2).Vulkanologi merupakan bidang keilmuan yang mempelajari tentang gunung berapi. Namanya diperoleh dari bahasa Inggris volcanology yang berarti ilmu gunung berapi. Kata vulkano merupakan kata serapan dari bahasa Belanda vulkaan atau dari bahasa Latin vulcano.[1] Istilah vulkanologi berasal dari Bahasa Latin Vulcan, dewa api Romawi. Vulkanologi mempelajari semua fenomena dari aktivitas gunung berapi seperti lava dan magma, serta fenomena geologi yang berhubungan dengan gunung api. Seorang ahli vulkanologi adalah orang yang melakukan studi pada bidang ini.
3).~Secara perspektif ontologis ialah karena laki² itu memiliki sikap yg lebih berani di bandingkan perempuan,sedangkan perempuan akan histeris terlebih dahulu jika menghadapi bencana.
~Secara perspektif epistemologis ialah Perempuan cenderung memiliki akses yang kurang terkait kesiapsiagaan, mitigasi, dan
rehabilitasi dalam situasi bencana (Aboobacker, 2011). Kondisi tersebut disebabkan karena
akses informasi dan mobilitas perempuan dan anak-anak lebih terbatas, sehingga menempatkan
mereka dalam posisi yang rentan terhadap bencana.Laki-laki dianggap memiliki kemampuan fisik dan massa otot yang lebih besar
daripada perempuan. Hal ini membuat mereka dipercaya lebih sanggup bertahan dalam situasi
bencana dan memiliki mekanisme penyelamatan diri yang lebih baik.
4).Secara agama ialah Dalam teorinya, ilmuwan mengatakan gunung-gunung itu memang bergerak. Gunung-gunung termasuk Gunung Krakatau dan Anak Krakatau bergerak karena disebabkan oleh pergerakan kerak bumi. Kerak bumi mengapung di atas lapisan magma.
Gunung diciptakan oleh Allah sebagai pasak bumi. Para ilmuwan telah sepakat bahwa kerak bumi mengapung di atas cairan magma. Gunung berfungsi sebagai pasak atau paku untuk menahan agar kerak bumi tidak bergerak-gerak.
Afifah Nur Istiqomah
• Mitos:
Gunung krakatau yang dikenal juga sebagai tanah para dewa terletak di tengah selat sunda dengan jarak kurang lebih 30 mil dari daratan
• Agama:
Dalam pandangan Islam, gunung meletus atau bencana alam yang lainnya merupakan bagian dari ujian atau cobaan yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Tujuannya dapat bermacam-macam, seperti untuk menguji kesabaran, iman, atau untuk memberikan pelajaran kepada manusia. Meskipun bencana alam bisa menyebabkan penderitaan dan kesulitan bagi manusia, umat Muslim diajarkan untuk tetap bersabar, bersyukur, dan memohon pertolongan serta perlindungan kepada Allah. Selain itu bencana gunung meletus yang mengakibat tsunami tentunya memakan banyak korban. Hal ini membuat korban dalam bencana tersebut tergolong mati syahid.
• Logika:
Istri Wilem mengatakan kepada Ilmuwan bahwasanya gunung akan meletus. Hal itu terlihat dari tanda-tanda yang ada. Istri Wilem memperhatikan akhir-akhir ini hewan bertingkah amat aneh, kera-kera dan burung tidak tinggal di pohon, ayam tidak bertelur. Dari tanda-tanda tersebut istri Wilem mengatakan bahwa gunung akan meletus dan tentunya berbahaya bagi penduduk. Namun hal itu di tentang oleh ilmuwan. Sang ilmuwan menganggap apa yang di katakan oleh istri Wilem itu tahayul. Akan tetapi istri Wilem tetap kekeh dengan tanda-tanda yang ada, karena pada dasarnya hewan akan lebih peka terhadap suatu bencana.
• Pengamatan:
Ahli geologi, Rogir menyadari bahwa gunung Krakatau memiliki tiga gunung di dalamnya yang terletak dalam satu kaldera atau dapur magma.
Saat itu, ia menyadari akan besarnya risiko jika gunung itu meledak dan mencapai titik kritisnya.
Dalam waktu kurang dari satu jam setelah ledakan, debu dan material lainnya terus dikeluarkan oleh gunung dan tersebar ke udara. Ledakan tersebut menghasilkan asap debu yang menjalar ke segala arah dengan ketinggian melebihi 300 mil. Letupan-letupan listrik yang terjadi di udara disebabkan oleh gas dan debu yang dilepaskan, menyerupai kilatan petir yang terlihat.
ANISA
1.Dalam perspektif ontologis, pengetahuan tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau melibatkan pemahaman tentang entitas dan hubungan ontologis yang terkait dengan fenomena alam tersebut. Ini mencakup pemahaman tentang geologi, vulkanologi, dan dinamika bumi. Studi ontologis mengidentifikasi elemen-elemen seperti perubahan aktivitas seismik, peningkatan suhu, dan perubahan gas vulkanik sebagai indikator potensial terjadinya letusan gunung Krakatau. Data empiris ini membantu membangun pemahaman ontologis tentang bagaimana tanda-tanda alam dapat memberi petunjuk tentang bencana alam yang akan datang.
2.Dari perspektif epistemologis, ilmu pengetahuan tentang vulkanologi telah berkembang melalui pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau melalui dua pendekatan utama: pengamatan empiris dan pembelajaran dari kejadian sejarah.
1. **Pengamatan Empiris:** Pengalaman manusia dalam menghadapi letusan gunung Krakatau telah menyediakan data empiris yang berharga. Para ilmuwan dan peneliti mempelajari dampak letusan tersebut pada lingkungan, manusia, dan hewan. Pengamatan terhadap aliran piroklastik, peningkatan seismik, dan deformasi geologi membantu memahami perilaku vulkanik yang kompleks.
2. **Pembelajaran dari Sejarah:** Bencana gunung Krakatau menjadi pelajaran sejarah yang penting. Studi tentang letusan letusan tersebut, termasuk kronologi, gejala pendahuluan, dan dampaknya terhadap wilayah sekitarnya, memberikan wawasan epistemologis tentang pola dan tanda-tanda yang dapat digunakan untuk meramalkan bencana serupa di masa depan.
Dengan merangkul pengalaman manusia dan memanfaatkan data empiris dari bencana Krakatau, ilmuwan vulkanologi dapat membangun pengetahuan yang lebih mendalam tentang perilaku gunung berapi. Dengan demikian, pengetahuan epistemologis ini memungkinkan pengembangan teori dan model yang membantu dalam pemahaman, mitigasi, dan pengurangan risiko terhadap bencana vulkanik.
3.Dari perspektif ontologis, laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau melalui pemahaman dan pengalaman mereka tentang alam dan keberadaan. Ontologi melibatkan pemahaman tentang realitas dan entitas yang ada di dunia ini. Laki-laki dan perempuan, sama-sama manusia, memiliki kesadaran tentang fenomena alam dan kekuatan alam yang dapat membawa bencana. Mereka memandang gunung Krakatau sebagai entitas fisik yang memiliki potensi letusan dan dampak serius pada kehidupan mereka.
Dari perspektif epistemologis, sikap laki-laki dan perempuan terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau juga dipengaruhi oleh pengetahuan yang mereka miliki tentang geologi, vulkanologi, dan sejarah letusan gunung berapi. Pengetahuan ini diperoleh melalui pendidikan formal, pengalaman pribadi, serta informasi yang mereka terima dari berbagai sumber, termasuk media, ilmuwan, dan otoritas lokal. Laki-laki dan perempuan yang memiliki pemahaman mendalam tentang tanda-tanda bencana gunung Krakatau cenderung lebih waspada terhadap perubahan lingkungan dan tanda-tanda yang dapat menunjukkan potensi letusan. Mereka mungkin mengikuti panduan keamanan, mengikuti pelatihan evakuasi, dan bersiap secara mental dan fisik menghadapi potensi bencana.
Namun, penting untuk diingat bahwa sikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau dapat bervariasi berdasarkan pendidikan, budaya, dan konteks sosial. Oleh karena itu, pendekatan ontologis dan epistemologis ini dapat memberikan kerangka kerja untuk memahami bagaimana manusia, baik laki-laki maupun perempuan, berinteraksi dengan fenomena alam ini, dengan tetap memperhatikan kompleksitas diversitas individu dalam masyarakat.
FILLA MIFTAH THANNIA
NAMA: FILLA MIFTAH THANNIA
NIM: 2310101077
Dari pemahaman saya setelah menonton vidio tsb dari sudut pandang perspektif ontologis, tanda tanda akan meletus nya gunung ini dengan berbagai macam gemuruk letusan,munculnya asap yang sangat tebal gempa dan air yang mendadak surut, tetapi bahkan tanda tanda tsb tidak membuat warga sekitar berwaspada. dan adapun ada seorang anak yang habis bermain dari pantai di tepi gunung tsb dia menemukan batu apung.
saya masih belum bisa mentelaan lebih terkait perspektif epistemologis, namun masa Hindia-Belanda mulai dilakukan penyusunan peta topografi dan vulkanologi yang dibuat oleh Junghuhn selama dua periode hingga 1855. Sedangkan untuk mempelajari waktu letusan Gunung Krakatau Purba yang lebih akurat, digunakan catatan sejarah dengan judul Catatan Pustaka Raja Purwa yang disusun oleh Ranggawarsita. Merujuk pada catatan itu, disebutkan bahwa terdapat gunung meletus yang terletak di Selat Sunda dan disusul oleh gunung-gunung lain yang berada di baratnya. Namun terjadi ketidakpastian waktu antara tahun 416 atau 535 Masehi yang membutuhkan analisis lebih mendalam agar dapat diketahui lebih tepat.
Dan yang terakhir ini tentang perspektif ontologis dan epistemologis, jujur sekali pak saya masih kurang memahami ini tetapi menurut paham saya disini untuk masyarakat sekitar setelah di berinya tanda tanda alam atau gunung tbs akan meletus justru mereka bahkan tidak terpikir akan adanya bencana hebat namun para petinggi usaha justru memanfaatkan situasi tsb untuk dijadikannya wisata dan dengan harga yang tinggi. sekian kurang dari jawaban saya mohon maap sebesar besarnya
Windha Eliyana
Dalam perspektif ontologis, pengetahuan tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau melibatkan pemahaman tentang entitas dan hubungan ontologis yang terkait dengan fenomena alam tersebut. Ini mencakup pemahaman tentang geologi, vulkanologi, dan dinamika bumi. Studi ontologis mengidentifikasi elemen-elemen seperti perubahan aktivitas seismik, peningkatan suhu.Jika dilihat dari perspektif epistemologis, bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
Anisa
krakatau dikenal dunia karena letusan yang sangat dahsyat pada tahun 1883. Awan panas dan tsunami yang diakibatkan menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004,tsunami inkrakatau dikenal dunia karena letusan yang sangat dahsyat pada tahun 1883. Awan panas dan tsunami yang diakibatkan menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004,tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan samudra Hindia.
Anisa
Dengan kecepatan lebih dari 80 km/jam, mereka dapat menjatuhkan, memecahkan, mengubur, atau membawa pergi hampir semua benda dan struktur di jalanan. Terlebih, suhu ekstrem dari batuan dan gas mencapai 200°C hingga 700°C, suhu yang dapat menyulut api dan melelehkan es.
Anisa
Dengan kecepatan lebih dari 80 km/jam, mereka dapat menjatuhkan, memecahkan, mengubur, atau membawa pergi hampir semua benda dan struktur di jalanan. Terlebih, suhu ekstrem dari batuan dan gas mencapai 200°C hingga 700°C, suhu yang dapat menyulut api dan melelehkan es.i adalah yang terdahsyat di kawasan samudra Hindia.
Azizah Nur Abidah Kustowo
1. pengetahuan mengenai tanda-tanda gunung meletus menurut perspektif ontologi yaitu
a. mitos : sejarah pustaka raja purwa yaitu roh gunung terlepas memecah daratan lalu menenggelamkannya ke laut dan kembali ke laut
b. agama : bencana alam yang datang menimpa kepada manusia merupakan salah satu cara bagi Allah untuk memberikan peringatan dan pengujian kepada hamba-hamba-Nya.
c. logika : batu apung yang muncul di tepi pantai merupakan pertanda adanya gelombang di dasar laut yang mana memicu tsunami sebagai pertanda awal mula gunung akan meletus
d. pengamatan : terdengar suara letusan dari dalam gunung krakatau diiringi 3 kawah gunung krakatau yang mulai mengeluarkan uap yang sangat banyak sejak tanggal 20 mei
2. ilmu vulkanologi yang berkembang dalam perspektif epistemologi yaitu
terbitnya buku catatan karya rogier veroeek yg menjadi dasar dari vulkanologi modern yang mana memberi ilmuwan catatan rinci saksi mata dari seluruh siklus letusan gunung krakatau untuk pertama kali dalam sejarah
3. perbedaan perspektif laki-laki dan perempuan dalam menghadapi munculnya tanda bencana gunung krakatau yaitu pada laki laki lebih bernalar secara logika yang didasari oleh pengamatan dan dikaitkan dengan teori teori yang pernah ada, sedangkan wanita lebih berpegang teguh pada keyakinan spiritual dan berdasar pada pengalaman yang pernah mereka lalui.
TIA WANDA SARI
Mitos penyebab gunung Krakatau meletus:
1.) Ratu kerajaan Karkata dan Dukun Kepiting saling mengejar untuk mendapatkan kotak pandora. Namun sayangnya kotak pandora yang diperebutkan itu justru akhirnya tertutup dan menghilang secara gaib. Hilangnya kotak pandora ini membuat Krakatau meletus dengan hebat pada bulan Agustus 1883.
2.) potak pandora ini juga diramalkan bisa membantu menghidupkan pasukan jin
Logika penyebab meletusnya gunung Krakatau:
Penyebabnya adalah geliat magma yang tak henti-henti di perut Bumi. Karena Krakatau terletak di atas zona subduksi yang ketika aktif melumerkan batuan menjadi lava.
Adwa Hannani Malwa Sabrina / 2310101051
Agama :
Keberadaan bencana di alam semesta adalah suatu peringatan dalam agama. Jelas tidak menguntungkan melihat bencana dari segi kerusakan yang ditimbulkannya. Akan tetapi, apabila bencana gunung meletus menghampiri seseorang yang beragama Islam dan ia meninggal dunia sebagai hasilnya, maka kematian tersebut dapat dianggap sebagai syahid.
Pengamatan:
Rogir, seorang ahli geologi, menyadari bahwa gunung Krakatau terdiri dari tiga gunung dengan satu kaldera atau sumber magma yang
Paragraf ini memiliki isi yang besar. Pada saat tersebut, ia menyadari betapa risikonya jika gunung tersebut meletus dan mencapai batas ekstrem. Dalam waktu singkat setelah ledakan, gunung menjatuhkan partikel debu dan bahan lain ke atmosfer, menyebabkan awan debu terbang ke segala arah dengan jarak mencapai 300 mil. Letupan cahaya yang terlihat seperti kilat terjadi akibat lepasnya gas dan debu ke udara.
logika :
tampaknya terjadi kejadian aneh di mana kera dan burung tidak terlihat di pohon dan ayam-ayam tidak menghasilkan telur. Walau telah disampaikan kepada ilmuwan sebelumnya oleh Istri Harleem, tanda-tanda peristiwa krakatau tetap tidak disadari oleh mereka.
mitos :
Gunung Krakatau juga disebut sebagai tanah para dewa, yang terletak di tengah selat sunda, meletusnya Gunung Krakatau berawal dari perebutan kotak pandora yang bisa membawa siapa pun pemiliknya ke negeri gaib yang diinginkan.
Hasna Himmatunnajiya/2310101079
kaitan meletusnya gunung krakatau dengan ilmu filsafat.
MITOS= Walau letusan Gunung Krakatau bisa dijelaskan secara ilmiah, ternyata ada mitos dari warga sekitar tentang penyebab meletusnya Gunung Krakatau tersebut. Singkat cerita, dulu ada sebuah kerajaan penghuni wilayah Krakatau, bernama kerajaan Karkata. Setiap hari mengalami gempa akibat terbukanya kotak pandora, sebuah kotak ajaib yang bisa mengantar siapapun ke dunia gaib. Kala itu ada dukun Kepiting yang ahli ilmu hitam, beliau juga ingin memiliki kotak tersebut. Akhirnya terjadilah perebutan sengit antara Kerajaan Karkata dan Dukun Kepiting, Sang ratu Kerajaan Karkata berlari saling mengejar dengan Dukun Kepiting. Tapi, apesnya kotak itu semakin menutup dan akhirnya menghilang. Lalu meletuslah Gunung Krakatau dan menghancurkan kedua pihak yang saling berperang tersebut.
PENGAMATAN= Pada Mei 1883, peningkatan aktivitas gunung Krakatau mulai terjadi, banyak gempa kecil yang terus terjadi dan terasa oleh masyarakat sekitar. 20 Mei 1883, Gunung Krakatau mengeluarkan asap yang begitu banyak dari kawah Gunung Perbuatan, asapnya membumbung tinggi hingga 11 km ke angkasa. Ledakan disertai asap yang terus membumbung tinggi adalah tanda bahwa magma sedang dalam proses mencari jalan keluar untuk meletus keluar. Letusan Gunung Krakatau tercatat mencapai level 6 skala Volcanic Explosivity Indek (VEI), letusannya terdengar hingga jarak ribuan kilometer hingga ke Asia Selatan dan Australia. asca letusan terjadi disusul dengan bencana tsunami setinggi 36 meter yang menyapu daratan dan menyebabkan puluhan ribu nyawa hilang.
AGAMA=
LOGIKA=
LEONY PERMATASARI 2310101059
menurut saya setelah saya menonton film gunung Krakatau 1883 Konon menurut mitos , meletusnya Gunung Krakatau berawal dari perebutan kotak pandora yang bisa membawa siapa pun pemiliknya ke negeri gaib yang diinginkan. Dahulu di kawasan Gunung Krakatau terdapat sebuah sebuah negeri bernama Kerajaan Karkata yang berada di kaki gunung Krakatau. Pada 1883, kerajaan Krakata mengalami gempa berkali-kali karena terbukanya kotak pandora dari alam lain dan menurut agama Gunung sebagai tanda kiamat, memang benar. Ada dua jenis kiamat menurut ulama, yaitu kiamat sugro atau kiamat kecil dan kiamat kubro atau kiamat besar yang terjadi pada akhir zaman. Letusan Gunung Krakatau bisa masuk kategori ke dalam kiamat sugro atau kiamat kecil Gunung meletus adalah bukti dari kekuasaan Allah. Sudah merupakan sunnatullah suatu gunung meletus (mengeluarkan isi perutnya).dan menurut logika Saat Gunung Krakatau meletus tahun 1883, penyebab atau pemicu utama adalah terjadinya ledakan besar yang merupakan aktivitas vulkanik dari dalam gunung itu sendiri, dan menurut pengamatan letusan besar yang terjadi itu memang berdasarkan proses magmatisme, di mana ada pergerakan endapan magma di dalam perut bumi dari kedalaman dangkal menuju permukaan, karena adanya dorongan gas yang bertekanan tinggi, Dorongan magma yang bentuknya cari dan berpijar itu akan keluar ke permukaan bumi melalui rekahan dalam kerak bumi. Pergerakan magma ini bisa dideteksi dengan metode atau istrumen pengamatan seperti seismometer.
Ghina Lamisa Bashay
NIM: 2310101076
1) Dari segi pandang perspektif ontologis, adanya muncul tanda tanda akan bencana gunung krakatau tersebut, asap yang tebal menyelimuti penduduk dan adanya gempa, stunami yang ketinggian sekitar 40 meter tetapi adanya tanda tanda akan bencana gunung tersebut tidak buat para penduduk pindah dari pulau tersebut untuk menghindari letusan krakatau.
2) Dari perspektif epistemologis berdasarkan analisis ilmia yang terjadi pada abad ke 6 untuk pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung krakatau, masyarakat tidak berada dilembah atau daerah aliran sungai, hindari area terbuka dan melindungi diri darj abu letusan gunung api.
3) Segi pandang laki laki dan perempuan bersikap terhadap tanda tanda bencana gunung krakatau, masyarakat sebasi mereka memilih untuk tetap bertahan dipulau sebasi dari bencana dari gunung krakatau, masyarakat pun bertahan dari aspek ekonomi dan lahan kepemilikan dan mengubur rasa takut mereka, dan perspektif ontologis dan epistemologis saat gunung krakatau yang menjadi pemicu utama terjadinya ledakan besar dlam aktivitas vulkanik dalam gunung krakatau sendiri.
Nabila safitri
1).dari segi pandang perspektif ontologis, adanya muncul tanda tanda akan bencana gunung kerakatau tersebut, asap yang tebat menyelimuti 40 ton, penduduk dan adany gempa,tsunami dengan ketinggian sekitar 40 meter tetapi adanya tanda tanda akan bencara gunung tersebut tidak buat para penduduk takut dari pulau tersebut untuk menghindari letusan kerakatau.
2). dari perspektif epistemologis berdasarkan analisis ilmia yang terjadi pada abad ke 6 untuk pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung kerakatau masyarakat tidak berada di lembah atau darah aliran sungai hindari area terbuka dan lindungi diri dari abu letusan gunung api.
3).segi pandang laki laki dan perempuan bersikap dalam terhadap tanda tanda bencana gunung kerakatau,masyarakat sebasi mereka memilih untuk tetap bertahan di pulau sebasi dari bencana dari gunung kerakatau,masyarakatpun bertahan dari aspek ekonomi dan lahan kepemilikan dan mengubur rasa takut mereka, dari perspektif ontologis dan epistemologis saat gunung kerakatau yang pemicu utama yang terjadi ledakan besar dalam aktivitas vulkanik dalam gunung kerakatau sendiri.
Ridha Ayu Cesaria
Hasil menonton film meletusnya gunung krakatau 1803, kemudian memetakannya/mengaitkannya dalam 4 aspek. Berikut penjelasannya:
1. Aspek mitos
Setelah saya menonton film tersebut saya dapat memetakannya/mengaitkannya pada aspek mitos yaitu ketika dialog seorang wanita yang seolah-olah sedang mengungkapkan perasaan lingkungan terutama bagian pegunungan/gunung melalui roh pegunungan beliau mengatakan bahwa roh pegunungan sedang tidak baik-baik saja, mereka sedang merasakan amarah yang sangat besar dari roh pegunungan. Bagi roh pegunungan para manusia yang tinggal di area tersebut tinggal menunggu saja, menunggu roh pegunungan meluap-luap keluar dan merasakan penderitaan yang di alami roh pegunungan. Tak lama setelah seorang wanita mengatakan hal tersebut gunung krakatau mengeluarkan suara dentuman yang cukup besar.
Sontak ada beberapa penduduk yang mempercayai bahwa kejadian-kejadian yang sering terjadi dalam waktu dekat ini dikarenakan si roh pegunungan tersebut. Disini karena, beberapa penduduk mengistilahkan gunung krakatau sebagai roh pegunungan (spirit of the mountain) yang siap membawa bencana.
Saya mengambil dialog ini sebagai aspek mitos, karena ada keterkaitan dengan adanya sebuah roh. Dimana roh disini sudah pasti tidak terlihat dan tidak semua orang dapat mempercayainya. Sebuah mitos datang dari leluhur dan turun-temurun kepada keturunannya, akan tetapi kembali lagi kepada individu masing-masing apakah mau percaya ataupun tidak.
Dari penjelasan di atas tentunya aspek mitos disini berkaitan dengan isi dari film tersebut.
2. Aspek agama
Setelah saya menonton film tersebut saya dapat memetakannya pada aspek agama yaitu berkenaan dalam aspek agama, saya mengaitkannya dalam tindakan-tindakan bangsa belanda yang menindas rakyat kecil di desa tersebut. Seperti adegan yang ada di film tersebut, secara tiba-tiba membunuh orang dengan cara menembaknya. Tentunya ini sangat melanggar aturan dan norma ketuhanan. Di samping itu, bencana yang terjadi mungkin merupakan sebuah teguran terhadap kegiatan atau acara-acara yang tidak sesuai dengan norma dalam beragama.
Kemudian, adegan di dalam film dimana kapten kapal berusaha menyelamatkan orang-orang yang ada di dalam kapal. Saya mengaitkannya dengan aspek agama karena kapten kapal tersebut berhasil menyelamatkan para penumpang kapal, tentunya salah satu faktornya yaitu karena kuasa tuhan. Tuhan memberikan keselamatan kepada mereka untuk tetap melanjutkan kehidupannya di dunia.
Pada intinya, bencana-bencana yang terjadi merupakan kuasa tuhan dan mungkin menjadi sebuah teguran kepada para manusia untuk senantiasa menjalankan perintah dan menjauhi larangannya.
Dari penjelasan di atas tentunya aspek agama disini berkaitan dengan isi dari film tersebut.
3. Aspek logika
Setelah saya menonton film tersebut saya dapat memetakannya pada aspek logika yaitu ada banyak dialog seorang wanita yang memiliki suami seorang pejabat penting bank, berbicara mengenai kejadian-kejadian aneh atau kejadian yang tidak seperti biasanya terjadi dalam waktu dekat. Seperti banyak hewan yang mulai bertingkah aneh, seperti kera-kera dan burung yang sudah tidak tinggal di pohon, ayam tidak bertelur, kuda-kuda yang lebih sering mengamuk, wanita itu berbicara kepada suaminya dan seorang ilmuan akan tetapi tidak ada yang percaya atas pemikiran dan prediksinya. Wanita itu berpikir bahwa akan terjadi sesuatu yang besar yang menimpa pulau/desa tersebut karena tanda-tanda aneh tersebut, ditambah sering terjadinya dentunam-dentunam gunung krakatau dan air laut yang mulai surut.
Saya menganbil dialog ini sebagai aspek logika, karena menurut saya pemikiran wanita tersebut memang berdasarkan logika. Beliau mungkin tidak paham mengenai sains atau pun hal sejenisnya, akan tetapi beliau memiliki logika yang sangat tajam dengan peduli dan memperhatikan perubahan-perubahan aneh yang terjadi dalam waktu dekat. Seorang individu memang seharusnya memiliki logika yang tajam dan memperhatiakn sekitar dengan insting-insting yang bermain, hal ini bertujuan untuk meminimalisir sesuatu hal buruk yang akan terjadi.
Dari penjelasan di atas tentunya aspek logika disini berkaitan dengan isi dari film tersebut.
4. Aspek pengamatan/observasi
Setelah saya menonton film tersebut saya dapat memetakannya pada aspek pengamatan/observasi yaitu dalam hal pengamatan/observasi saya mengambil adegan seorang ilmuan dan anak laki-laki yang berbicara mengenai batu apung. Dimana seorang anak laki-laki tersebut memberikan batu apung nya kepada seorang ilmuan, dan ternyata batu yang ia miliki ditemukan di pinggir laut. Lantas sang ilmuan pun mulai berpikir dan melakukan pengamatan terhadap batu tersebut walau awalnya dirinya tidak mengindahkannya.
Tibalah dimana sang ilmuan ini melakukan pengamatan, dimana ketika sang ilmuan berada jauh dari desa tempat terjadinya gunung meletus dan bertemu dengan seorang wanita penduduk asli yang dahulu sudah sering merasakan atau seperti sudah berpengalaman terhadap adanya gunung meletus. Awalnya sang ilmuan ragu-ragu dengan wanita tersebut, akan tetapi setalah mendengar kejadian awal atau musibah pertama terjadi dimana gunung mulai meletus mengeluarkan isi perut bumi dengan sangat kencang dan menghancurkan daratan. Dia mulai melakukan pengamatan walaupun pada akhirnya dia menyesali perbuatannya karena dia terlambat menyadari kejadian-kejadian yang sudah menjadi tanda-tanda penting akan terjadinya sebuah peristiwa besar. Kemudian peristiwa besar datang dan hanya menyisakan sedikit penduduk.
Sang ilmuan yang selamat dari kejadian mengerikan tersebut pun melakukan observasi terhadap peristiwa meletusnya gunung krakatau 1883, dengan bantuan buku-buku diary korban-korban bencana dan melalui cerita korban bencana yang selamat. Dari semua itu, kemudian beliau jadikan buku dan film dokumenter untuk mengingat kejadian besar yang membunuh ribuan orang.
Dari penjelasan di atas tentunya aspek pengamatan/observasi disini berkaitan dengan isi dari film tersebut.
Maharani Arlita Dewi
Memetakan
Mitos : Kepercayaan adanya roh jahat yang menggangu perjalanannya , roh gunung terlepas memecah belah daratan lalu menengelamkannya ke laut dan bagaimana ia lahir kembali dari laut dan akan muncul kembali menghancurkan daratan dari kalimat ini kita tau bahwa orang-orang dimasa itu masih mempercayai adanya animisme dan dinamisme yang berkembang pada waktu itu serta melebih-lebihkan barang yang jelas-jelas tidak hidup yang dianggak memiliki kekuatan seperti batu apung.
Agama: kepercayaan pada saat itu masih mempercayai adanya animisme dan dinamisme serta kejawen tetapi mereka tau cara merawat jenazah dengan cara dikafani disholatkan walaupun akhirnya jenazahnya di bakar karena terlalu banyak korban jiwa yang berjatuhan.
Logika: gunung api meletus karena magma yang terkandung diperut bumi sudah sangat penuh serta tekanan dari bawah laut yang sangat besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami serta gunung meletus yang bersamaan serta hujan abu yang sangat tebal dan batu-batu granit yang berterbanggan dan jatuh kembali ke laut.
Pengantar: banyak teori-teori serta ilmuan yang mengkaji tentang gunung krakatau meletus yang sangat
Mengenai bagaimana gunung krakatau meletus
Ridha Ayu Cesaria
Hasil menonton film meletusnya gunung krakatau 1803, kemudian memetakannya/mengaitkannya dalam 4 aspek. Berikut penjelasannya:
1. Aspek Mitos
Setelah saya menonton film tersebut saya dapat memetakannya/mengaitkannya pada aspek mitos yaitu ketika dialog seorang wanita yang seolah-olah sedang mengungkapkan perasaan lingkungan terutama bagian pegunungan/gunung melalui roh pegunungan beliau mengatakan bahwa roh pegunungan sedang tidak baik-baik saja, mereka sedang merasakan amarah yang sangat besar dari roh pegunungan. Bagi roh pegunungan para manusia yang tinggal di area tersebut tinggal menunggu saja, menunggu roh pegunungan meluap-luap keluar dan merasakan penderitaan yang di alami roh pegunungan. Tak lama setelah seorang wanita mengatakan hal tersebut gunung krakatau mengeluarkan suara dentuman yang cukup besar.
Sontak ada beberapa penduduk yang mempercayai bahwa kejadian-kejadian yang sering terjadi dalam waktu dekat ini dikarenakan si roh pegunungan tersebut. Di sini karena, beberapa penduduk mengistilahkan gunung krakatau sebagai roh pegunungan (spirit of the mountain) yang siap membawa bencana.
Saya mengambil dialog ini sebagai aspek mitos, karena ada keterkaitan dengan adanya sebuah roh. Dimana roh di sini sudah pasti tidak terlihat dan tidak semua orang dapat mempercayainya. Sebuah mitos datang dari leluhur dan turun-temurun kepada keturunannya, akan tetapi kembali lagi kepada individu masing-masing apakah mau percaya ataupun tidak.
Dari penjelasan di atas tentunya aspek mitos di sini berkaitan dengan isi dari film tersebut.
2. Aspek Agama
Setelah saya menonton film tersebut saya dapat memetakannya pada aspek agama yaitu berkenaan dalam aspek agama, saya mengaitkannya dalam tindakan-tindakan bangsa belanda yang menindas rakyat kecil di desa tersebut. Seperti adegan yang ada di film tersebut, secara tiba-tiba membunuh orang dengan cara menembaknya. Tentunya ini sangat melanggar aturan dan norma ketuhanan. Di samping itu, bencana yang terjadi mungkin merupakan sebuah teguran terhadap kegiatan atau acara-acara yang tidak sesuai dengan norma dalam beragama.
Kemudian, adegan di dalam film di mana kapten kapal berusaha menyelamatkan orang-orang yang ada di dalam kapal. Saya mengaitkannya dengan aspek agama karena kapten kapal tersebut berhasil menyelamatkan para penumpang kapal, tentunya salah satu faktornya yaitu karena kuasa tuhan. Tuhan memberikan keselamatan kepada mereka untuk tetap melanjutkan kehidupannya di dunia.
Pada intinya, bencana-bencana yang terjadi merupakan kuasa tuhan dan mungkin menjadi sebuah teguran kepada para manusia untuk senantiasa menjalankan perintah dan menjauhi larangannya.
Dari penjelasan di atas tentunya aspek agama di sini berkaitan dengan isi dari film tersebut.
3. Aspek Logika
Setelah saya menonton film tersebut saya dapat memetakannya pada aspek logika yaitu ada banyak dialog seorang wanita yang memiliki suami seorang pejabat penting bank, berbicara mengenai kejadian-kejadian aneh atau kejadian yang tidak seperti biasanya terjadi dalam waktu dekat. Seperti banyak hewan yang mulai bertingkah aneh, seperti kera-kera dan burung yang sudah tidak tinggal di pohon, ayam tidak bertelur, kuda-kuda yang lebih sering mengamuk, wanita itu berbicara kepada suaminya dan seorang ilmuan akan tetapi tidak ada yang percaya atas pemikiran dan prediksinya. Wanita itu berpikir bahwa akan terjadi sesuatu yang besar yang menimpa pulau/desa tersebut karena tanda-tanda aneh tersebut, ditambah sering terjadinya dentuman-dentuman gunung krakatau dan air laut yang mulai surut.
Saya mengambil dialog ini sebagai aspek logika, karena menurut saya pemikiran wanita tersebut memang berdasarkan logika. Beliau mungkin tidak paham mengenai sains atau pun hal sejenisnya, akan tetapi beliau memiliki logika yang sangat tajam dengan peduli dan memperhatikan perubahan-perubahan aneh yang terjadi dalam waktu dekat. Seorang individu memang seharusnya memiliki logika yang tajam dan memperhatikan sekitar dengan insting-insting yang bermain, hal ini bertujuan untuk meminimalisir sesuatu hal buruk yang akan terjadi.
Dari penjelasan di atas tentunya aspek logika disini berkaitan dengan isi dari film tersebut.
4. Aspek Pengamatan/Observasi
Setelah saya menonton film tersebut saya dapat memetakannya pada aspek pengamatan/observasi yaitu dalam hal pengamatan/observasi saya mengambil adegan seorang ilmuan dan anak laki-laki yang berbicara mengenai batu apung. Dimana seorang anak laki-laki tersebut memberikan batu apungnya kepada seorang ilmuan, dan ternyata batu yang ia miliki ditemukan di pinggir laut. Lantas sang ilmuan pun mulai berpikir dan melakukan pengamatan terhadap batu tersebut walau awalnya dirinya tidak mengindahkannya.
Tibalah di mana sang ilmuan ini melakukan pengamatan, di mana ketika sang ilmuan berada jauh dari desa tempat terjadinya gunung meletus dan bertemu dengan seorang wanita penduduk asli yang dahulu sudah sering merasakan atau seperti sudah berpengalaman terhadap adanya gunung meletus. Awalnya sang ilmuan ragu-ragu dengan wanita tersebut, akan tetapi setalah mendengar kejadian awal atau musibah pertama terjadi di mana gunung mulai meletus mengeluarkan isi perut bumi dengan sangat kencang dan menghancurkan daratan. Dia mulai melakukan pengamatan walaupun pada akhirnya dia menyesali perbuatannya karena dia terlambat menyadari kejadian-kejadian yang sudah menjadi tanda-tanda penting akan terjadinya sebuah peristiwa besar. Kemudian peristiwa besar datang dan hanya menyisakan sedikit penduduk.
Sang ilmuan yang selamat dari kejadian mengerikan tersebut pun melakukan observasi terhadap peristiwa meletusnya gunung krakatau 1883, dengan bantuan buku-buku diary korban-korban bencana dan melalui cerita korban bencana yang selamat. Dari semua itu, kemudian beliau jadikan buku dan film dokumenter untuk mengingat kejadian besar yang membunuh ribuan orang.
Dari penjelasan di atas tentunya aspek pengamatan/observasi disini berkaitan dengan isi dari film tersebut.
Sekian dan Terima Kasih
Ridha Ayu Cesaria
Hasil menonton film meletusnya gunung krakatau 1803, kemudian memetakannya/mengaitkannya dalam 4 aspek. Berikut penjelasannya:
1. Aspek Mitos
Setelah saya menonton film tersebut saya dapat memetakannya/mengaitkannya pada aspek mitos yaitu ketika dialog seorang wanita yang seolah-olah sedang mengungkapkan perasaan lingkungan terutama bagian pegunungan/gunung melalui roh pegunungan beliau mengatakan bahwa roh pegunungan sedang tidak baik-baik saja, mereka sedang merasakan amarah yang sangat besar dari roh pegunungan. Bagi roh pegunungan para manusia yang tinggal di area tersebut tinggal menunggu saja, menunggu roh pegunungan meluap-luap keluar dan merasakan penderitaan yang di alami roh pegunungan. Tak lama setelah seorang wanita mengatakan hal tersebut gunung krakatau mengeluarkan suara dentuman yang cukup besar.
Sontak ada beberapa penduduk yang mempercayai bahwa kejadian-kejadian yang sering terjadi dalam waktu dekat ini dikarenakan si roh pegunungan tersebut. Di sini karena, beberapa penduduk mengistilahkan gunung krakatau sebagai roh pegunungan (spirit of the mountain) yang siap membawa bencana.
Saya mengambil dialog ini sebagai aspek mitos, karena ada keterkaitan dengan adanya sebuah roh. Dimana roh di sini sudah pasti tidak terlihat dan tidak semua orang dapat mempercayainya. Sebuah mitos datang dari leluhur dan turun-temurun kepada keturunannya, akan tetapi kembali lagi kepada individu masing-masing apakah mau percaya ataupun tidak.
2. Aspek Agama
Setelah saya menonton film tersebut saya dapat memetakannya pada aspek agama yaitu berkenaan dalam aspek agama, saya mengaitkannya dalam tindakan-tindakan bangsa belanda yang menindas rakyat kecil di desa tersebut. Seperti adegan yang ada di film tersebut, secara tiba-tiba membunuh orang dengan cara menembaknya. Tentunya ini sangat melanggar aturan dan norma ketuhanan. Di samping itu, bencana yang terjadi mungkin merupakan sebuah teguran terhadap kegiatan atau acara-acara yang tidak sesuai dengan norma dalam beragama.
Kemudian, adegan di dalam film di mana kapten kapal berusaha menyelamatkan orang-orang yang ada di dalam kapal. Saya mengaitkannya dengan aspek agama karena kapten kapal tersebut berhasil menyelamatkan para penumpang kapal, tentunya salah satu faktornya yaitu karena kuasa tuhan. Tuhan memberikan keselamatan kepada mereka untuk tetap melanjutkan kehidupannya di dunia.
Pada intinya, bencana-bencana yang terjadi merupakan kuasa tuhan dan mungkin menjadi sebuah teguran kepada para manusia untuk senantiasa menjalankan perintah dan menjauhi larangannya.
3. Aspek Logika
Setelah saya menonton film tersebut saya dapat memetakannya pada aspek logika yaitu ada banyak dialog seorang wanita yang memiliki suami seorang pejabat penting bank, berbicara mengenai kejadian-kejadian aneh atau kejadian yang tidak seperti biasanya terjadi dalam waktu dekat. Seperti banyak hewan yang mulai bertingkah aneh, seperti kera-kera dan burung yang sudah tidak tinggal di pohon, ayam tidak bertelur, kuda-kuda yang lebih sering mengamuk, wanita itu berbicara kepada suaminya dan seorang ilmuan akan tetapi tidak ada yang percaya atas pemikiran dan prediksinya. Wanita itu berpikir bahwa akan terjadi sesuatu yang besar yang menimpa pulau/desa tersebut karena tanda-tanda aneh tersebut, ditambah sering terjadinya dentuman-dentuman gunung krakatau dan air laut yang mulai surut.
Saya mengambil dialog ini sebagai aspek logika, karena menurut saya pemikiran wanita tersebut memang berdasarkan logika. Beliau mungkin tidak paham mengenai sains atau pun hal sejenisnya, akan tetapi beliau memiliki logika yang sangat tajam dengan peduli dan memperhatikan perubahan-perubahan aneh yang terjadi dalam waktu dekat. Seorang individu memang seharusnya memiliki logika yang tajam dan memperhatikan sekitar dengan insting-insting yang bermain, hal ini bertujuan untuk meminimalisir sesuatu hal buruk yang akan terjadi.
4. Aspek Pengamatan/Observasi
Setelah saya menonton film tersebut saya dapat memetakannya pada aspek pengamatan/observasi yaitu dalam hal pengamatan/observasi saya mengambil adegan seorang ilmuan dan anak laki-laki yang berbicara mengenai batu apung. Dimana seorang anak laki-laki tersebut memberikan batu apungnya kepada seorang ilmuan, dan ternyata batu yang ia miliki ditemukan di pinggir laut. Lantas sang ilmuan pun mulai berpikir dan melakukan pengamatan terhadap batu tersebut walau awalnya dirinya tidak mengindahkannya.
Tibalah di mana sang ilmuan ini melakukan pengamatan, di mana ketika sang ilmuan berada jauh dari desa tempat terjadinya gunung meletus dan bertemu dengan seorang wanita penduduk asli yang dahulu sudah sering merasakan atau seperti sudah berpengalaman terhadap adanya gunung meletus. Awalnya sang ilmuan ragu-ragu dengan wanita tersebut, akan tetapi setalah mendengar kejadian awal atau musibah pertama terjadi di mana gunung mulai meletus mengeluarkan isi perut bumi dengan sangat kencang dan menghancurkan daratan. Dia mulai melakukan pengamatan walaupun pada akhirnya dia menyesali perbuatannya karena dia terlambat menyadari kejadian-kejadian yang sudah menjadi tanda-tanda penting akan terjadinya sebuah peristiwa besar. Kemudian peristiwa besar datang dan hanya menyisakan sedikit penduduk.
Sang ilmuan yang selamat dari kejadian mengerikan tersebut pun melakukan observasi terhadap peristiwa meletusnya gunung krakatau 1883, dengan bantuan buku-buku diary korban-korban bencana dan melalui cerita korban bencana yang selamat. Dari semua itu, kemudian beliau jadikan buku dan film dokumenter untuk mengingat kejadian besar yang membunuh ribuan orang.
Sekian dan Terima Kasih
Tri Yuli Ernawati
1. Pada 25 agustus malam sebelum letusan masyarakat percaya
a. Percaya akan adanya roh pegunungan yang sudah lama terjebak di bawah pegunungan, di tandai oleh angin, yang berhembus, laut yang meraung dan roh pegunungan pun muncul.
b. Mereka pun percaya bahwa tanda-tanda bencana gunung krakatau seperti hewan-hwan yang bertingkah aneh (kera dan burung yang tidak tinggal di pohon, dan ayam tidak bertelur).
c. Percaya roh gunung memecah belah daratan lalu menenggelamkan kelautan, ia akan muncul kembali menghancurkan dataran
2. Pada tangga 26 agustus hari terjadinya letusan, adanya seorang ilmuan percaya bahwa gunung api krakatau adalah proses geologis yang rumit yang terbentuk jutaan tahun lalu sebelum manusia ada.
Pada 27 agustus ada ilmu matematika dasar mengenai pengukuran ombak dengan kedalaman laut 15 fathom. Buka karya Rogier verbeek tentang krakatau menjadi dasar dari vulkanologi moderen yang memberi ilmuwan catatan rinci saksi mata dari seluruh siklus letusan untuk pertama kali dalam sejarah. Letusan api itu mempunyai dampak sangat jauh 20 juta ton belerang di lepaskan, ke atmosfer yang menyebabkan pandangan senja luar biasa di seluruh planet dan menemukan suhu global hingga abad ke 20. Pada 1927 terdapat 300m di bawah selat sunda gunung meletus kembali, gunung baru akan terbentuk dengan kecepatan 5meter/tahun di sebut anak krakatau.
3. Perempuan pada film ini mempercaia adanya ontologis, sedangkan laki-laki lebih mempercayai adanya ilmu epistomologis
Melinda
1. Pada 25 Agustus malam sebelum letusan masyarakat
a. Percaya akan adanya roh pegunungan yang sudah lama terjebak dibawah pegunungan ditandai oleh angin yang berhembus, laut yang merangung dan roh pengununganpun muncul.
b. Mereka percaya bahwa tanda-tanda bencana gunung krakatau seperti hewan-hewan yang bertingkah aneh (kera dan burung yang tidak tinggal dipohon dan ayam tidak bertelur).
c. Percaya roh gunung memecah belah daratan lalu menenggelamkan kelautan, ia akan muncul kembali menghancurkan.
2. Pada 26 agustus hari terjadinya letusan, seorang ilmuwan percaya bahwa gunung api adalah proses geologis rumit yang terbentuk jutaan tahun lalu sebelum manusia ada. Pada 27 agustus adanya ilmu matematika pengukuran ombak dengan kedalaman laut 15 fathom. Buku karya Rogier Verbeek tentang krakatau menjadi dasar dari vulkanologi modern yang memberi ilmuwan catatan rinci saksi mata dari seluruh siklus letusan untuk pertama kali dalam sejarah. Letusan api itu memiliki dampak sangat jauh 20jt ton belerang dilepaskan ke atmosfer yang menyebabkan pandangan senja luar biasa diseluruh planet dan menemukan suhu global hingga abad ke-20. Pada 1927, 300 meter dibawah selat sundah= gunung meletus kembali. Gunung baru akan terbentuk dengan kecepatan 5 meter/thn disebut anak krakatau.
3. Perempuan : percaya dengan adanya ilmu ontologi seperti percaya bahwa tanda-tanda bencana gunung krakatau seperti hewan-hewan yang bertingkah aneh (kera dan burung yang tidak tinggal dipohon dan ayam tidak bertelur).
Laki-laki : percaya dengan adanya ilmu epistemologis seperti percaya bahwa gunung api adalah proses geologis rumit yang terbentuk jutaan tahun lalu sebelum manusia ada.
Anggi Alfaini
1. Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yg berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau
a. Ontologi adalah cabang filsafat yang mempertanyakan realitas dan eksistensi. Dalam konteks pengetahuan tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau, ontologi dapat memberikan berbagai pandangan tentang realitas yang mendasari pemahaman kita tentang bencana tersebut. Berikut beberapa konsep ontologis yang berkembang terkait dengan tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau:
b. Ontologi Realisme: Dalam perspektif ini, bencana gunung Krakatau dianggap sebagai entitas yang eksis secara objektif tanpa tergantung pada persepsi manusia. Tanda-tanda yang muncul sebelum bencana tersebut dapat dilihat sebagai indikasi objektif dari aktivitas gunung berapi yang sebenarnya, seperti peningkatan gempa bumi, perubahan bentuk gunung, atau emisi gas vulkanik.
c. Ontologi Konstruktivisme: Konsep ini berfokus pada peran manusia dalam memahami bencana. Tanda-tanda bencana gunung Krakatau mungkin dianggap sebagai konstruksi sosial yang terbentuk melalui pengamatan dan interpretasi manusia. Dalam hal ini, tanda-tanda bencana muncul sebagai hasil interaksi sosial dan budaya yang memengaruhi cara kita memahami dan merespons bencana.
d. Ontologi Subyektivisme: Dalam perspektif ini, pengetahuan tentang tanda-tanda bencana gunung Krakatau sangat subjektif dan bergantung pada pengalaman individu atau kelompok. Setiap orang atau komunitas mungkin memiliki interpretasi yang berbeda tentang tanda-tanda tersebut, yang didasarkan pada keyakinan, nilai, dan pengetahuan yang berbeda.
e. Ontologi Naturalisme: Dalam pandangan ini, tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau dijelaskan sebagai bagian dari alam semesta dan proses alamiah. Pengetahuan tentang tanda-tanda ini didasarkan pada pemahaman ilmiah tentang geologi, vulkanologi, dan seismologi. Tanda-tanda tersebut dianggap sebagai manifestasi dari proses alamiah yang dapat diamati dan diukur.
f. Ontologi Kepercayaan Spiritual: Beberapa komunitas mungkin memiliki keyakinan spiritual atau mitologi yang menyertai pemahaman mereka tentang tanda-tanda bencana gunung Krakatau. Dalam ontologi ini, tanda-tanda mungkin dihubungkan dengan kekuatan gaib atau entitas spiritual yang mempengaruhi alam dan manusia.
g. Dengan demikian, ontologi memainkan peran penting dalam membentuk pemahaman kita tentang tanda-tanda yang mungkin muncul sebelum bencana gunung Krakatau. Berbagai pandangan ontologis ini mencerminkan keragaman perspektif manusia terhadap realitas dan eksistensi, serta bagaimana kita menginterpretasikan dunia sekitar kita
2. Jika dilihat dari perspektif epistemologis bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
a. Dalam perspektif epistemologi, kita dapat melihat bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi dan pemahaman tentang bencana gunung Krakatau telah berkembang melalui pengalaman manusia. Epistemologi berkaitan dengan bagaimana pengetahuan diperoleh, diorganisasi, dan diterapkan. Berikut adalah cara ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau:
b. Pengalaman Empiris: Pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung Krakatau memberikan landasan empiris bagi ilmu vulkanologi. Melalui pengamatan langsung terhadap letusan dan aktivitas vulkanik, pengamat pertama kali mengumpulkan data tentang fenomena vulkanik, seperti aliran piroklastik, debu vulkanik, dan aktivitas seismik.
c. Pemahaman Historis: Letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 menciptakan catatan sejarah yang sangat penting. Pengalaman manusia yang menghadapi letusan ini dan saksi mata memberikan laporan dan cerita yang menjadi dasar pemahaman tentang letusan besar gunung berapi.
d. Pengamatan Ilmiah: Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, pengamatan vulkanik menjadi lebih ilmiah. Ilmuwan vulkanologi menggunakan metode ilmiah yang ketat, seperti pengukuran seismik, pemantauan deformasi gunung, analisis gas vulkanik, dan penelitian geologi lapangan untuk mengumpulkan data yang akurat.
e. Penelitian dan Eksperimen: Ilmuwan vulkanologi melakukan penelitian eksperimental untuk memahami fenomena vulkanik secara lebih mendalam. Mereka membangun model gunung berapi dalam laboratorium, menganalisis sampel batuan vulkanik, dan melakukan percobaan untuk mengevaluasi dampak aktivitas vulkanik.
f. Pengembangan Teori dan Model: Berdasarkan data dan penelitian empiris, ilmuwan vulkanologi telah mengembangkan teori dan model matematika yang menjelaskan perilaku gunung berapi. Ini termasuk model peringatan dini untuk bencana vulkanik, pemahaman tentang letusan eksplosif, dan penentuan tanda-tanda awal aktivitas vulkanik.
g. Pengintegrasian Multi-Disiplin: Ilmu vulkanologi melibatkan berbagai disiplin ilmu, termasuk geologi, geofisika, kimia, dan meteorologi. Ini memungkinkan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang untuk memahami lebih baik kompleksitas gunung berapi.
h. Peran Pendidikan: Pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung Krakatau juga memotivasi pendidikan dan pelatihan dalam bidang vulkanologi. Ini menciptakan sumber daya manusia yang terlatih untuk mengelola risiko vulkanik dan memberikan peringatan dini.
Dengan demikian, epistemologi vulkanologi adalah hasil dari evolusi pengetahuan dan pemahaman manusia tentang gunung berapi yang diperoleh melalui pengalaman empiris, observasi ilmiah, penelitian, dan pembelajaran. Dalam hal ini, pengalaman manusia dengan bencana gunung Krakatau telah memainkan peran penting dalam pembentukan dan pengembangan ilmu vulkanologi.
3. Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau? jelaskan dari perspektif ontologis dan epistemologis
Bentuk pandangan laki-laki dan perempuan terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau dapat dipengaruhi oleh perspektif ontologis dan epistemologis mereka. Mari kita jelaskan perbedaannya dari kedua perspektif ini:
Dari Perspektif Ontologis:
a. Ontologi Realisme: Dalam pandangan ontologis realis, tanda-tanda bencana gunung Krakatau dianggap sebagai entitas objektif yang eksis tanpa tergantung pada pandangan subjektif. Baik laki-laki maupun perempuan dapat memiliki pandangan yang serupa tentang tanda-tanda tersebut, yaitu sebagai gejala alam semesta yang ada secara objektif.
b. Ontologi Konstruktivisme: Dalam pandangan ontologis konstruktivis, tanda-tanda bencana gunung Krakatau dianggap sebagai konstruksi sosial yang dipengaruhi oleh budaya dan interpretasi manusia. Laki-laki dan perempuan mungkin memiliki pandangan yang berbeda tergantung pada norma sosial dan budaya yang memengaruhi persepsi mereka terhadap tanda-tanda bencana.
Dari Perspektif Epistemologis:
a. Epistemologi Empiris: Baik laki-laki maupun perempuan mungkin mendekati pemahaman tanda-tanda bencana gunung Krakatau berdasarkan pengamatan empiris dan pengalaman pribadi. Mereka dapat memahami tanda-tanda ini melalui observasi langsung aktivitas gunung berapi atau pengalaman sebelumnya.
b. Epistemologi Sosial: Epistemologi sosial mempertimbangkan bagaimana pengetahuan dipengaruhi oleh interaksi sosial. Laki-laki dan perempuan dapat mendapatkan pengetahuan tentang tanda-tanda bencana melalui interaksi dengan kelompok sosial mereka. Misalnya, dalam masyarakat tertentu, perempuan mungkin memiliki peran khusus dalam pengamatan tanda-tanda vulkanik, sementara laki-laki memiliki peran yang berbeda.
c. Epistemologi Ilmiah: Baik laki-laki maupun perempuan dapat mendekati tanda-tanda bencana gunung Krakatau melalui metode ilmiah. Mereka dapat mengacu pada data geologi, vulkanologi, dan seismologi untuk memahami tanda-tanda tersebut.
d. Epistemologi Kepercayaan dan Mitos: Beberapa individu, baik laki-laki maupun perempuan, mungkin memiliki pendekatan berdasarkan keyakinan spiritual atau mitos. Mereka mungkin menginterpretasikan tanda-tanda tersebut dalam konteks kepercayaan dan mitos kultural yang ada dalam masyarakat mereka.
Penting untuk diingat bahwa pandangan individu terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau akan bervariasi berdasarkan latar belakang pribadi, budaya, pendidikan, dan pengalaman. Terlepas dari perbedaan ini, upaya kolaboratif dan komunikasi yang efektif antara laki-laki dan perempuan dalam menghadapi tanda-tanda bencana sangat penting untuk keamanan dan mitigasi risiko
Mita Febriani
Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yg berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau
Ontologi adalah cabang filsafat yang mempertanyakan realitas dan eksistensi. Dalam konteks pengetahuan tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau, ontologi dapat memberikan berbagai pandangan tentang realitas yang mendasari pemahaman kita tentang bencana tersebut. Berikut beberapa konsep ontologis yang berkembang terkait dengan tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau:
Ontologi Realisme: Dalam perspektif ini, bencana gunung Krakatau dianggap sebagai entitas yang eksis secara objektif tanpa tergantung pada persepsi manusia. Tanda-tanda yang muncul sebelum bencana tersebut dapat dilihat sebagai indikasi objektif dari aktivitas gunung berapi yang sebenarnya, seperti peningkatan gempa bumi, perubahan bentuk gunung, atau emisi gas vulkanik.
Ontologi Konstruktivisme: Konsep ini berfokus pada peran manusia dalam memahami bencana. Tanda-tanda bencana gunung Krakatau mungkin dianggap sebagai konstruksi sosial yang terbentuk melalui pengamatan dan interpretasi manusia. Dalam hal ini, tanda-tanda bencana muncul sebagai hasil interaksi sosial dan budaya yang memengaruhi cara kita memahami dan merespons bencana.
Ontologi Subyektivisme: Dalam perspektif ini, pengetahuan tentang tanda-tanda bencana gunung Krakatau sangat subjektif dan bergantung pada pengalaman individu atau kelompok. Setiap orang atau komunitas mungkin memiliki interpretasi yang berbeda tentang tanda-tanda tersebut, yang didasarkan pada keyakinan, nilai, dan pengetahuan yang berbeda.
Ontologi Naturalisme: Dalam pandangan ini, tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau dijelaskan sebagai bagian dari alam semesta dan proses alamiah. Pengetahuan tentang tanda-tanda ini didasarkan pada pemahaman ilmiah tentang geologi, vulkanologi, dan seismologi. Tanda-tanda tersebut dianggap sebagai manifestasi dari proses alamiah yang dapat diamati dan diukur.
Ontologi Kepercayaan Spiritual: Beberapa komunitas mungkin memiliki keyakinan spiritual atau mitologi yang menyertai pemahaman mereka tentang tanda-tanda bencana gunung Krakatau. Dalam ontologi ini, tanda-tanda mungkin dihubungkan dengan kekuatan gaib atau entitas spiritual yang mempengaruhi alam dan manusia.
Dengan demikian, ontologi memainkan peran penting dalam membentuk pemahaman kita tentang tanda-tanda yang mungkin muncul sebelum bencana gunung Krakatau. Berbagai pandangan ontologis ini mencerminkan keragaman perspektif manusia terhadap realitas dan eksistensi, serta bagaimana kita menginterpretasikan dunia sekitar kita
Jika dilihat dari perspektif epistemologis bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
Dalam perspektif epistemologi, kita dapat melihat bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi dan pemahaman tentang bencana gunung Krakatau telah berkembang melalui pengalaman manusia. Epistemologi berkaitan dengan bagaimana pengetahuan diperoleh, diorganisasi, dan diterapkan. Berikut adalah cara ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau:
Pengalaman Empiris: Pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung Krakatau memberikan landasan empiris bagi ilmu vulkanologi. Melalui pengamatan langsung terhadap letusan dan aktivitas vulkanik, pengamat pertama kali mengumpulkan data tentang fenomena vulkanik, seperti aliran piroklastik, debu vulkanik, dan aktivitas seismik.
Pemahaman Historis: Letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 menciptakan catatan sejarah yang sangat penting. Pengalaman manusia yang menghadapi letusan ini dan saksi mata memberikan laporan dan cerita yang menjadi dasar pemahaman tentang letusan besar gunung berapi.
Pengamatan Ilmiah: Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, pengamatan vulkanik menjadi lebih ilmiah. Ilmuwan vulkanologi menggunakan metode ilmiah yang ketat, seperti pengukuran seismik, pemantauan deformasi gunung, analisis gas vulkanik, dan penelitian geologi lapangan untuk mengumpulkan data yang akurat.
Penelitian dan Eksperimen: Ilmuwan vulkanologi melakukan penelitian eksperimental untuk memahami fenomena vulkanik secara lebih mendalam. Mereka membangun model gunung berapi dalam laboratorium, menganalisis sampel batuan vulkanik, dan melakukan percobaan untuk mengevaluasi dampak aktivitas vulkanik.
Pengembangan Teori dan Model: Berdasarkan data dan penelitian empiris, ilmuwan vulkanologi telah mengembangkan teori dan model matematika yang menjelaskan perilaku gunung berapi. Ini termasuk model peringatan dini untuk bencana vulkanik, pemahaman tentang letusan eksplosif, dan penentuan tanda-tanda awal aktivitas vulkanik.
Pengintegrasian Multi-Disiplin: Ilmu vulkanologi melibatkan berbagai disiplin ilmu, termasuk geologi, geofisika, kimia, dan meteorologi. Ini memungkinkan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang untuk memahami lebih baik kompleksitas gunung berapi.
Peran Pendidikan: Pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung Krakatau juga memotivasi pendidikan dan pelatihan dalam bidang vulkanologi. Ini menciptakan sumber daya manusia yang terlatih untuk mengelola risiko vulkanik dan memberikan peringatan dini.
Dengan demikian, epistemologi vulkanologi adalah hasil dari evolusi pengetahuan dan pemahaman manusia tentang gunung berapi yang diperoleh melalui pengalaman empiris, observasi ilmiah, penelitian, dan pembelajaran. Dalam hal ini, pengalaman manusia dengan bencana gunung Krakatau telah memainkan peran penting dalam pembentukan dan pengembangan ilmu vulkanologi.
Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau? jelaskan dari perspektif ontologis dan epistemologis
Bentuk pandangan laki-laki dan perempuan terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau dapat dipengaruhi oleh perspektif ontologis dan epistemologis mereka. Mari kita jelaskan perbedaannya dari kedua perspektif ini:
Dari Perspektif Ontologis:
Ontologi Realisme: Dalam pandangan ontologis realis, tanda-tanda bencana gunung Krakatau dianggap sebagai entitas objektif yang eksis tanpa tergantung pada pandangan subjektif. Baik laki-laki maupun perempuan dapat memiliki pandangan yang serupa tentang tanda-tanda tersebut, yaitu sebagai gejala alam semesta yang ada secara objektif.
Ontologi Konstruktivisme: Dalam pandangan ontologis konstruktivis, tanda-tanda bencana gunung Krakatau dianggap sebagai konstruksi sosial yang dipengaruhi oleh budaya dan interpretasi manusia. Laki-laki dan perempuan mungkin memiliki pandangan yang berbeda tergantung pada norma sosial dan budaya yang memengaruhi persepsi mereka terhadap tanda-tanda bencana.
Dari Perspektif Epistemologis:
Epistemologi Empiris: Baik laki-laki maupun perempuan mungkin mendekati pemahaman tanda-tanda bencana gunung Krakatau berdasarkan pengamatan empiris dan pengalaman pribadi. Mereka dapat memahami tanda-tanda ini melalui observasi langsung aktivitas gunung berapi atau pengalaman sebelumnya.
Epistemologi Sosial: Epistemologi sosial mempertimbangkan bagaimana pengetahuan dipengaruhi oleh interaksi sosial. Laki-laki dan perempuan dapat mendapatkan pengetahuan tentang tanda-tanda bencana melalui interaksi dengan kelompok sosial mereka. Misalnya, dalam masyarakat tertentu, perempuan mungkin memiliki peran khusus dalam pengamatan tanda-tanda vulkanik, sementara laki-laki memiliki peran yang berbeda.
Epistemologi Ilmiah: Baik laki-laki maupun perempuan dapat mendekati tanda-tanda bencana gunung Krakatau melalui metode ilmiah. Mereka dapat mengacu pada data geologi, vulkanologi, dan seismologi untuk memahami tanda-tanda tersebut.
Epistemologi Kepercayaan dan Mitos: Beberapa individu, baik laki-laki maupun perempuan, mungkin memiliki pendekatan berdasarkan keyakinan spiritual atau mitos. Mereka mungkin menginterpretasikan tanda-tanda tersebut dalam konteks kepercayaan dan mitos kultural yang ada dalam masyarakat mereka.
Penting untuk diingat bahwa pandangan individu terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau akan bervariasi berdasarkan latar belakang pribadi, budaya, pendidikan, dan pengalaman. Terlepas dari perbedaan ini, upaya kolaboratif dan komunikasi yang efektif antara laki-laki dan perempuan dalam menghadapi tanda-tanda bencana sangat penting untuk keamanan dan mitigasi risiko
Andinj
1. pengetahuan mengenai tanda-tanda gunung meletus menurut perspektif ontologi yaitu
a. mitos : sejarah pustaka raja purwa yaitu roh gunung terlepas memecah daratan lalu menenggelamkannya ke laut dan kembali ke laut
b. agama : bencana alam yang datang menimpa kepada manusia merupakan salah satu cara bagi Allah untuk memberikan peringatan dan pengujian kepada hamba-hamba-Nya.
c. logika : batu apung yang muncul di tepi pantai merupakan pertanda adanya gelombang di dasar laut yang mana memicu tsunami sebagai pertanda awal mula gunung akan meletus
d. pengamatan : terdengar suara letusan dari dalam gunung krakatau diiringi 3 kawah gunung krakatau yang mulai mengeluarkan uap yang sangat banyak sejak tanggal 20 mei
2. ilmu vulkanologi yang berkembang dalam perspektif epistemologi yaitu
terbitnya buku catatan karya rogier veroeek yg menjadi dasar dari vulkanologi modern yang mana memberi ilmuwan catatan rinci saksi mata dari seluruh siklus letusan gunung krakatau untuk pertama kali dalam sejarah
3. perbedaan perspektif laki-laki dan perempuan dalam menghadapi munculnya tanda bencana gunung krakatau yaitu pada laki laki lebih bernalar secara logika yang didasari oleh pengamatan dan dikaitkan dengan teori teori yang pernah ada, sedangkan wanita lebih berpegang teguh pada keyakinan spiritual dan berdasar pada pengalaman yang pernah mereka lalui.
e.agama: kita dalam pandangan agama bencana ini diturunkan agar makhluk dimuka bumi ini senantiasa untuk selalu berdoa agar mendapatkan perlindungan ketika sedang mengalami bencana tesebut
Aprilia Nur Cahyani
Nama : Aprilia Nur Cahyani
NIM : 2310101080
1. Pengetahuan ontologis : tanda tanda aneh terjadi seperti hewan yang bersikap berbeda dari biasanya, air laut yang tiba-tiba surut, malam harinya terjadi hujan abu dan terlihat gas dan abu bercampur menjadi aliran listrik, tidak ada fajar terbit pada pagi harinya, semua tampak gelap dan terjadi beberapa dentuman.
2. Rekonstruksi kejadian vulkanik, terutama yang berkorelasi dengan potensi tsunami, akan menjadi pengetahuan yang sangat penting. Bukan hanya memahami apa saja akibat erupsi gunung berapi yang berdekatan dengan perairan, melainkan bisa menentukan letak-letak mineral yang berguna bagi manusia dalam endapan atau daratan sekitarnya.
Mitos : Roh pegunungan Krakatau marah dengan penduduk sekitar.
Agama : Allah marah dengan keadaan yang menjadikan manusia sebagai budak dan banyak terjadi pembunuhan sehingga meletusnya Krakatau merupakan wujud murka dari Allah.
Logika : Dari tanda-tanda yang telah terjadi itu memang benar merupakan tanda tanda gunung meletus dan tsunami
Pemikiran : Penduduk menganggap kejadian aneh yang menjadi tanda tanda meletusnya Krakatau bukan merupakan hal yang berbahaya, bahkan beberapa diantara mereka menjadikan kejadian aneh tersebut kesempatan untuk mencari uang.
3. penduduk menyadari bahwa kejadian aneh seperti perilaku tidak biasa pada hewan, surutnya air laut, hujan abu dan gas yang membentuk kilatan, serta kegelapan pada fajar merupakan hal yang tidak berbahaya, sehingga beberapa dari mereka malah mempergunakan kesempatan untuk mencari uang.
Febri Anisya Dwi Rohma, NIM 2310101085
Masyarakat yang mengalami bencana letusan Gunung Krakatau pada tahun 1803 memiliki sudut pandang yang berbeda-beda, tergantung pada latar belakang budaya, spiritual, dan ilmiah mereka.
Berikut adalah sudut pandang budaya, spiritual, dan ilmiah masyarakat yang mengalami bencana letusan Gunung Krakatau pada tahun 1803:
• Mitos: Masyarakat pada saat itu memiliki mitos dan cerita rakyat tentang Gunung Krakatau yang dipercayai sebagai tempat tinggal para dewa dan roh nenek moyang. Mereka juga memiliki tradisi dan ritual untuk memuja dan memohon perlindungan kepada para dewa dan roh nenek moyang agar terhindar dari bencana alam.
• Spiritual: Masyarakat pada saat itu juga memiliki keyakinan spiritual yang kuat, terutama dalam agama Islam yang banyak dianut di wilayah tersebut. Mereka percaya bahwa bencana alam adalah tanda dari kebesaran Allah dan sebagai pengingat bagi manusia untuk selalu bersyukur dan taat kepada-Nya.
• Ilmiah: Pada saat itu, ilmu pengetahuan tentang vulkanologi masih sangat terbatas. Namun, beberapa ahli geologi dan penjelajah seperti Franz Wilhelm Junghuhn telah melakukan penelitian dan pengamatan tentang Gunung Krakatau sebelum letusan besar terjadi. Mereka mencoba memahami geologi dan aktivitas vulkanik Gunung Krakatau dengan menggunakan metode ilmiah dan teknologi yang tersedia pada saat itu.
Dalam memetakan sudut pandang budaya, spiritual, dan ilmiah masyarakat yang mengalami bencana letusan Gunung Krakatau pada tahun 1803, kita dapat memahami bagaimana mereka merespons dan mengatasi bencana tersebut dengan cara yang berbeda-beda. Sudut pandang budaya dan spiritual mereka mempengaruhi cara mereka memandang bencana alam dan cara mereka berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Sementara sudut pandang ilmiah mereka mempengaruhi cara mereka memahami dan mengatasi bencana alam dengan menggunakan pengetahuan dan teknologi yang tersedia pada saat itu.
Aliyah Nabila
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh…
Saya atas nama Aliyah Nabilah dengan NIM 2310101082 dari Kebidanan Reguler, semester 1 kelas B. Izin ingin mengumpulkan tugas pak🙏
1. Tanda tanda gunung krakatau akan meletus adalah, gempa yang sering terjadi di daerah sekitar gunung, uap yang makin tinggi yang menimbulkan warna biru dan hijaupada matahari, para kera dan burung sudah tidak tinggal di pohon, dan ayam ayam yang sudah tidak bertelur.
2. Di temukan batu apung yang mirip dengan batu apung yang ditemukan dari kejadian bencana besar tambora. Tambora memiliki kawah selebar 4 milsedangkan krakatau mempunyai 2 kawah. Dalam peta di temukan, curan dan dangkal ketengahan sumber batu dalam kawah, adalah tepat 1 kaldera. Krakatau bukan 3 gunung api yang berbeda melainkan 1 gunung. Dan semua gunung api dibentuk oleh 1 dapur magma.
3. Perempuan mengatakan banyak cerita tentang gunung berapi, tentang bagai mana roh gunung terlepas, kemudian memecah belah daratan, lalu meneggelamkannya ke laut, dan orang bilang ia akan muncul kembali dan menghancurkan kita.
Laki laki mengatakan pada kahir tahun 416, dengan gemuruh besar gunung meletus menjadi berkeping keping dan tenggelam kedalam bumi. Kemudian air laut naik dan membaanjiri daratan. Letusan tersebut akan menimbulkan gelombang yang akan menelan semua pantai pantai di sekitarnya.
Sekian jawaban dari saya, jika banyak kurung mohon dimaafkan.
Terima Kasih pak🙏.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh…
Rika Ayu Lestari
Nama : Rika Ayu Lestari (2310101285)
1. Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau!
Berdasarkan film Krakatoa: the last days (2006) istri pegawai Belanda menjelaskan bahwa ia khawatir akan sebuah bencana yang akan datang dan meminta suaminya untuk pergi ke daerah yang berjarak 25 mil dari lokasi Gunung Krakatau. Pada tanggal 20 Mei 1883 gunung mengeluarkan asap. Disinilah awal mula tanda-tanda yang harus diwaspadai akan letusan gunung. Pada tanggal 27 Mei 1883 terjadi ledakan isyarat dimana magma dalam gunung mencari jalan keluar, kawah Sepanjang Mei sampai Juni, krakatau dengan 3 kawah terus mengeluarkan asap berwarna biru dan hijau jika terkena cahaya matahari. Penduduk menganggap bahwa asap ini tidak berbahaya. Malam sebelum terjadi letusan yaitu pada tanggal 25 Mei 1883 hewan bertingkah aneh, Kuda-kuda mengamuk, ayam-ayam tidak mau bertelur, kera dan burung tidak terlihat di pohon. Selain itu angin berhembus, bumi bergetar dan manusia berkeliaran.
26 Agustus 1883, pukul 10.00 kapal Loudon menepi ke anyer dan menaikkan kuli cina. Pukul 13.00 ketika akan diadakan acara pembukaan pasar, gunung Krakatau kembali meletus. Wiliem menyuruh jalur menuju Batavia dibuka untuk jalur pengungsian. Pukul 14.30 air laut tiba-tiba surut dan dalam waktu beberapa detik laut kembali pasang dan terjadi sunami yang menghancurkan ribuan rumah penduduk dan banyak korban.
Tanggal 26 Agustus 1883 pukul 13.00 pada saat upacara pembukaan pasar di sana meletuslah krakatau pertama kali. Lebih dari 1 juta meter kubik batu abu dan batu apung per detiknya dimuntahkan dari gunung. Terjadi longsor besar yang mempengaruhi air laut sehingga terjadi pasang surut air laut. Kurang dari satu jam gumpalan abu setinggi 30 mil menutupi segala arah. Pukul 14.30, air laut surut mendadak lalu tiba-tiba terjadi tsunami ke arah utara yang menghajar pemukiman sekitar pantai. Pada malam harinya terjadi hujan abu dan terlihat gas dan abu bercampur menghasilkan letupan listrik.
Pada tanggal 27 Agustus atau esok harinya tak ada fajar terbit. Semua tampak gelap. Sepanjang malam dentuman krakatau terdengar sampai ratusan 3000 mil hingga Australia. pada Senin, 27 Agustus 1883 pukul 10.02 pagi. Empat ledakan dahsyat yang terjadi membuat tuli orang-orang yang berada relatif dekat dengan Gunung Krakatau. Letusan tersebut masih tercatat sebagai suara letusan paling keras yang pernah terdengar di muka Bumi. Siapa pun yang berada dalam radius 10 km niscaya menjadi tuli. Setelah 20 jam meletus maka dapur magma krakatau pun kosong. Karena kosong maka gunung pun mulai runtuh. Jutaan ton batu abu dan apung tertumpah ke laut. Abu, gas, dan batu memanaskan hingga lebih dari 500 derajat celcius merambah sepanjang laut menuju Sumatra Selatan.
Pasca-erupsi dahsyat Krakatau hancur sama sekali. Namun pada 1927 atau kurang lebih 40 tahun setelahnya, muncul gunung api yang dikenal sebagai Anak Krakatau yang meletus secara sporadis. Hingga hari ini anak gunung krakatau bertumbuh, terus mendekati ukuran induknya yang hancur berkeping.
2. Jika dilihat dari perspektif epistemologis, bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
27 Agustus 1883, keluarga Beijerink pergi ke Batavia untuk mengungsi. Setelah hampir 20 jam Meletus, dapur magma kosong yang menyebabkan gunung menjadi runtuh. Abu dan batu apung bartumpuk di laut yang menyebabkan tsunami. Letusan gunung Krakatau ini selain menimbulkan tsunami juga mengakibatkan tempat yang digunakan untuk mengungsi warga tersapu angin yang membawa abu panas dan batuan yang berasal dari letusan gunung Krakatau. Hal ini menyebabkan banyak warga meninggal dunia dan luka bakar yang parah. namun dari sekian banyak korban, keluarga Beijerink masih dapat selamat dari bencana tersebut.
Hingga abad ke 20 krakatau pun menghilang. Menurut ramalan Verbeek gunung baru akan muncul dengan kecepatan tumbuh 5 meter per tahun. Orang Indonesia menyebutnya anak krakatau. Kini jutaan oang hidup dalam pandangannya dan akan terus tumbuh.
Menurut Verbek, gunung berapi itu sebuah proses geologis yang rumit yang terbentuk jutaan tahun yang lalu. Catatan-catatan pada film “krakatoa” karya Roger Verbeek pun menjad dasar vulkanologi modern yang memberi catatan kunci dari siklus letusan bagi para ilmuwan.
3. Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau? Jelaskan dari perspektif ontologis dan epistemologis!
Gempa sering terjadi selama berbulan-bulan. Johanna sadar akan gempa yang sering terjadi ini dapat menyebabkan sesuatu yang berbahaya, namun ketika hal ini dibicarkan kepada Williem suaminya, dia tidak mempercayai perkataan istrinya itu. Dari bulan Mei tahun 1883 sudah mulai terasa gempa di sekitar krakatau tapi warga tidak mau tahu dengan kejadian itu begitu juga para ilmuwan.
Diceritakan bahwa Gunung Krakatau sudah menunjukkan tanda-tanda aktif sejak bulan Mei, berupa batuk-batuk kecil. Namun, keterbatasan Ilmu Geologi saat itu tidak menangkap hal tersebut sebagai sebuah peringatan tanda bahaya.
25 Agustus 1883, malam sebelum terjadinya letusan di desa diadakan pagelaran wayang yang menceritakan tentang adanya bencana letusan gunung Krakatau ratusan tahun yang lalu. Hal ini membuat Johanna sadar bahwa gempa yang selama ini terjadi pasti ada hubungannya dengan itu. Namun, ketika hal ini di katakana pada Verbeek, dia tetap tidak mempercayai ucapan Johanna.
Josef,anak laki-laki dari keluarga Schuits memperlihatkan temuannya berupa batu apung yang ia temukan di pantai kepada Dr. Verbeek. Akan tetapi ia tidak sadar bahwa temuan anak itu merupakan tanda-tanda dari bahaya yang mengancam
20 Mei 1883, pertama kalinya gunung meletus dan mengeluarkan asap yang sangat banyak. Namun, bagi sebagian orang hal ini digunakan untuk mencari uang.
Silviana Wulandari
Ontologi :
Gunung Krakatau meletus menimbulkan berbagai dampak di wilayah sekitarnya
Epistimologis:
Secara epistemologi, berarti ilmu atau teori tentang pengetahuan yang benar atau teori pengetahuan yang terdapat pada Gunung Meletus dapat dilihat dari sejarah Erupsi Gunung Krakatau, tahun 1883 menghasilkan dua dampak utama yaitu lontaran material gunung api dan tsunami. Sejarah mencatat bahwa erupsi Gunung Krakatau tahun 1883 menghasilkan abu sebesar 40 ton dan memicu tsunami dengan ketinggian sekitar 40 meter.
1) Dilihat dari perspektif ontologis,pengetahuan yang berkembang tentang tanda² akan munculnya bencana gunung krakatau berdasarkan video tsb antara lain yaitu :
1.Puncak gunung mengeluarkan gumpalan asap,uap tebal dalam jumlah banyak disertai dentuman
2.Terjadi getaran bumi/terjadi gempa lokal di daerah sekitar gunung berapi disertai suara gemuruh
3.Banyak binatang yang berperilaku aneh (binatang dapat mendeteksi getaran halus yg berhubungan dg perubahan alam yg besar)
4.Gelombang pasang surut air laut menjadi salah satu indikator terjadinya tsunami
2) Jika dilihat dari perspektif epistemologis,ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau sesuai dg film Krakatau adalah
1.setelah terjadinya bencana gunung Krakatau meletus,para ilmuwan melakukan pemantauan aktivitas gunung krakatau
2.menyusun peta kawasan rawan bencana,arah penyelamatan diri dan lokasi pengungsian
3.kemudian juga muncul epistimologis (ilmu pengetahuan) ketika terjadi letusan gunung,perlu menggunakan masker dan pelindung mata untuk menghadapi hujan abu vulkanik.
3) Cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau dari perspektif ontologis dan epistemologis dalam film Krakatau
Perempuan lebih waspada dan memahami tanda2 akan terjadi letusan gunung serta memikirkan dampak yang kemungkinan akan terjadi ketika gunung Krakatau meletus,sementara laki2 lebih santai dalam menyikapi tanda2 gunung Krakatau meletus
Epistimologis :
Dalam film tersebut akhirnya terkena dampak tsunami.
Seandainya dalam film Krakatau,laki2 sigap dalam mengambil langkah mengungsi setelah muncul tanda2 gunung akan meletus,maka pada saat itu tidak akan terkena dampak tsunami
Epistimologis yg muncul pentingnya sigap dalam mengambil keputusan dan langkah ketika sudah terjadi tanda2 gunung meletus,untuk menghindari terkena dampaknya.
4) Mitos yang berkembang berdasarkan film Krakatau adalah masih adanya kepercayaan mengenai “Roh jahat penguasa gunung yang dianggap sedang marah” ketika terjadinya letusan gunung dan tsunami.
Fitriani - 2310101279
JAWABAN
1. May 1888 : Bumi bergetar mengakibatkan semua benda yang ada di permukaan tanah ikut bergoyang, Kuda-kuda jadi mengamuk, terjadinya gempa yang sudah berlangsung selama berbulan-bulan. Mey 1883 : hbatu apung yang di temukan oleh josef di pantai menyimpan rahasia gunung Krakatau mengenai suatu tanda yang terjadi di dalam gunung Krakatau. Tapi pada saat itu belum mengetahui akan tanda itu. Pada 20 mei gunung Krakatau untuk pertama kalinya mulai mengeluarkan banyak asap yang seharusnya menjadi peringatan bagi mereka tetapi karena mereka yang belum mengetahuai akan kondisi itu menjadikan hal ini sebagai kesempatan untuk menghasilakn uang. Pada 27 mei 1883 terjadi ledakan-ledakan yang merupakan isyarat bahwa magma yang berada di dalam perut gunung Krakatau sedang mencari jalan untuk kepermukaan. Sepanjang mei hingga juni gunung Krakatau terus mengeluarkan uap. Hewan-hewan mulai pergi karena merasakan akan tanda-tanda yang di sampaikan oleh gunung Krakatau. 25 Agustus malam sebelum letusan. Minggu 26 agustus hari dimana gunung benar-benar meletus, hamper setiap detik gunung Krakatau mengeluarkan satu juta kubik meter batu abu dan batu apung yang dimuntahkan menerpa sekitaran sisi gunung. Longsong besar yang terjadi memberi pengaruh besar pada laut yang menyebabkan perubahan pasang surut yang amat cepat dan tak terduga sehingga menimbulkan terjadinya tsunami.
2. Mereka belajar dari apa yang pernah mereka alami dan dari tanda-tanda yang diberikan oleh gunung Krakatau tentang bagaimana roh gunung terlepas memecah belah daratan, lalu menenggelamkannya ke laut dan bagaimana ia lahir kembali dari laut kemudia orang bilang ia akan muncul kembali menghancurkan kita. Belajar dari sejarah yang ada yaitu, dimana tahun 416 dengan gemuruh besar, gunung meletus berkeping-keping dan tenggelam ke dalam bumi, air laut naik dan membanjiri daratan.
3. Perempuan : dari perhspektif ontologis mereka bersikap sesuai dengan apa yang mereka pelajari dari suatu kondisi dan fakta yang mereka lihat dan rasakan terhadap tanda-tanda yang telah di isyaratkan oleh gunung Krakatau. Perspektif epistimologis mereka belajar dari pengalaman sebelumya dimana kejadian serupa pernah terjadi di masala lalu dan kembali terulang lagi.
Laki-laki : dari perspektif ontologis mereka bersikap bahwa dari apa yang terjadi dan dari tanda-tanda yang ada lebih menganggap itu sebagai tahayul yang setidak bias dipercayai dan lebih memilih untuk mengabaikan apa yang mereka lihat dan rasakan. Perseptif epistemology mereka belajar dari sejarah yang pernah terjadi di tahun 416 memalui buku yang telah di tulis yang berisi tanda-tanda terjadinya letusan gunung Krakatau yang sama persis dengan apa yang mereka alami saat ini
Windarti Sari/2310101178
– perspektif ontologis pada flim ini : tanda-tanda akan munculnya bencana gunung krakatau jesef menemukan batu apung dipantai itu termasuk tanda-tanda gunung krakatau akan meletus karna batu apung berasal dari lahar gunung krakatau yang membeku, lalu keluarnya suara detuman berasal dari gunung kratau dikuti dengan asap gelap keluar dari mulut gunung, terjadinya getaran gempa yang kuat hingga membuat longgor kelaut dan terjadinya tsunami dan gunung krakatau meletus mengeluarkan magma dan abu vulkanik ada beberapa orang mempercayai bencana gunung krakatau terjadi karna ulah mahluk gaib yang marah,oleh sebab itu bencana pun terjadi.
– pengalaman manusia menghadapi bencana gunung krakatau: manusia yang menyadari akan
terjadinya bencana gunung krakatau akan terjadi segera mecari tempat yang aman yaitu lari
ketempat yang lebih tinggi.
– prilaku perempuan : perempuan menggunakan insting dan perasan yang kuat akan terjadinya
bencana gunung krakatau , dalam menghadapinya perempuan dengan perasan panik
– prilaku laki-laki : laki-laki melihat tanda-tanda alam yang nyata baru memahami akan datangnya bencana gunung krakatau , dalam menghadapi bencana gunung krakatau laki-laki lebih tenang dan memikirkan solusinya.
Aulia Afita Sari
Nama : Aulia Afita Sari
NIM : 2310101159
Kelas : Lintas jalur kebidanan 1
1. Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau!
Jawaban :
Dalam perspektif ontologis, manusia dapat mengamati kejadian setelah itu dari pengamatan manusia mencari tahu dengan jawaban dengan menggunakan akal pikiran manusia bisa menyimpulkan hasil dari pengamatannya. Manusia berusaha menalar kejadian yang berlangsung melalui pengamatan sehingga mereka dapat menyimpulkan yang mereka amati yaitu tanda-tanda yang muncul bencana gunung krakatau. Yaitu seperti gempa, batu apung, asap, uap, ledakan gunung, dan mitos kera-kera dan burung tidak tinggal dipohon, ayam tidak bertelur dianggap akan terjadi bencana.
2. Jika dilihat dari perspektif epistemologis, bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
Jawaban :
Dalam perspektif epistemologis, ilmu pengetahuan vulkanologi terbangun karena munculnya pikiran-pikiran kritis terhadap pengetahuan yang timbul dari sejarah manusia. Pemikiran ini melahirkan banyak perspektif. Dengan perspektif yang timbul maka dapat diuji kebenarannya atau sekedar imajinasi atau mitos belaka. Dengan hasil pengujian ini, epistemologis ini menjadi ilmu pengetahuan. Nah dalam video tersebut muncullah ilmu pengetahuan tentang vulkanologi. Ilmu pengetahuan vulkanologi yaitu bidang keilmuan yang mempelajari tentang gunung berapi. Vulkanologi mempelajari semua fenomena dari aktivitas gunung berapi seperti lava dan magma, serta fenomena geologi yang berhubungan dengan gunung api. Para ahli vulkanologi sering mengunjungi gunung berapi, terutama yang masih aktif, untuk mengamati letusan gunung berapi, mengumpulkan produk letusan termasuk seperti abu, atau batu apung, batuan, dan lava. Tujuan utama dari penyelidikan adalah perkiraan letusan; pada saat ini belum ada cara yang akurat untuk melakukan hal ini, tetapi memperkirakan letusan, seperti halnya memperkirakan gempa bumi, dapat menyelamatkan banyak jiwa. Seorang ahli vulkanologi mempelajari pembentukan gunung berapi dan letusannya saat ini serta sejarah letusannya.
Karya Rogier Verbeek tentang Krakatau juga menjadi dasar vulkanologi modern. Yang memberi ilmuwan catatan rinci saksi mata dari seluruh siklus letusan untuk pertama kali dalam sejarah. Letusan itu memiliki dampak sangat jauh. 20 juta ton belerang dilepas ke atmosfer yang menyebabkan pandangan senja luar biasa di seluruh planet.
Bahkan hingga menurunkan suhu global hingga abad 20. Krakatau itu sendiri nyaris tak tersisa apa-apa. Batu keras 12 mil persegi telah lenyap di udara dalam 40 jam. Gunung secara harfiah telah meledakkan dirinya hingga hancur. Tapi pada 1927, 300 meter di bawah Selat Sunda, gunung itu meletus lagi.
Seperti yang diramalkan Verbeek dalam tulisannya. Gunung baru akan terbentuk dengan kecepatan 5 meter pertahun. Orang Indonesia menyebut ini Anak Krakatau. Kini jutaan orang hidup dalam pandangannya, dan masih terus tumbuh.
Pemeriksaan setelah tahun 1930 grafik batimetrik dibuat pada 1919 menunjukkan bukti tonjolan indikatif dari magma dekat permukaan dapur, yang dikenal dengan Gunung Anak Krakatau.
3. Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau? Jelaskan dari perspektif ontologis dan epistemologis!
Laki – laki sering menggunakan logika dan firasat ketika melihat sesuatu yang akan terjadi, dan menerima semua resiko berusaha tidak panik tetapi tetap mencari tahu apa sedang terjadi. Laki-laki cenderung menggunakan akal pikiran atau logika dalam menghadapi suatu masalah, bencana yang terjadi bahkan bisa dijadikan cara untuk mencari uang/keuntungan.
Perempuan cenderung menggunakan firasat, memiliki rasa takut dan khawatir lebih tinggi, perempuan mempercayai bahwa firasatnya selalu benar tentang apa yang akan terjadi. Perempuan tidak akan berhenti memikirkan tanda-tanda bencana tersebut karena ia sudah yakin dengan firasatnya bahwa akan terjadi bencana. Pikiran perempuan juga biasanya lebih mudah untuk mempercayai mitos dan tahayul. Contohnya mitos kera-kera dan burung tidak tinggal dipohon, ayam tidak bertelur dianggap akan terjadi bencana.
Yoanda Miftahul Jannati
Nama : Yoanda MIftahul Jannati
Nim : 2310101160
Kelas : S1 kebidanan Lintas Jalur 1
1. Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau!
Dalam perspektif ontologis, manusia dapat mengamati kejadian setelah itu dari pengamatan manusia mencari tahu jawaban dari rasa penasaran dengan menggunakan akal pikiran atau logika manusia bisa menyimpulkan hasil dari pengamatannya. Manusia berusaha menalar kejadian yang berlangsung melalui pengamatan sehingga mereka dapat menyimpulkan yang mereka amati tanda-tanda yang muncul dari bencana gunung krakatau seperti gempa,asap yang menimbulkan warna biru dan hijau, uap, suara ledakan gunung,batu apung dan muncul juga mitos jika kera-kera dan burung tidak tinggal dipohon, ayam tidak bertelur dianggap akan terjadi bencana.
2. Jika dilihat dari perspektif epistemologis, bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
ilmu pengetahuan vulkanologi terbangun karena muncul nya pikiran-pikiran kritis terhadap pengetahuan yang timbul dari sejarah manusia. Pemikiran ini melahirkan banyak perspektif. Dengan perspektif yang timbul maka dapat diuji kebenarannya atau sekedar imajinasi atau mitos belaka. Dengan hasil pengujian ini, epistemologis ini menjadi ilmu pengetahuan.Dalam video tersebut muncul ilmu pengetahuan tentang vulkanologi. Ilmu pengetahuan vulkanologi yaitu bidang keilmuan yang mempelajari tentang gunung berapi. Vulkanologi mempelajari semua fenomena dari aktivitas gunung berapi seperti lava dan magma, serta fenomena geologi yang berhubungan dengan gunung api. Para ahli vulkanologi sering mengunjungi gunung berapi, terutama yang masih aktif, untuk mengamati letusan gunung berapi, mengumpulkan produk letusan termasuk seperti abu, atau batu apung, batuan, dan lava. Tujuan utama dari penyelidikan adalah perkiraan letusan; pada saat ini belum ada cara yang akurat untuk melakukan hal ini, tetapi memperkirakan letusan, seperti halnya memperkirakan gempa bumi, dapat menyelamatkan banyak jiwa. Seorang ahli vulkanologi mempelajari pembentukan gunung berapi dan letusannya saat ini serta sejarah letusannya. Karya Rogier Verbeek tentang Krakatau juga menjadi dasar vulkanologi modern. Yang memberi ilmuwan catatan rinci saksi mata dari seluruh siklus letusan untuk pertama kali dalam sejarah. Letusan itu memiliki dampak sangat jauh. 20 juta ton belerang dilepas ke atmosfer yang menyebabkan pandangan senja luar biasa di seluruh planet.
Bahkan hingga menurunkan suhu global hingga abad 20. Krakatau itu sendiri nyaris tak tersisa apa-apa. Batu keras 12 mil persegi telah lenyap di udara dalam 40 jam. Gunung secara harfiah telah meledakkan dirinya hingga hancur. Tapi pada 1927, 300 meter di bawah Selat Sunda, gunung itu meletus lagi. Seperti yang diramalkan Verbeek dalam tulisannya. Gunung baru akan terbentuk dengan kecepatan 5 meter pertahun. Orang Indonesia menyebut ini Anak Krakatau. Kini jutaan orang hidup dalam pandangannya, dan masih terus tumbuh. Pemeriksaan setelah tahun 1930 grafik batimetrik dibuat pada 1919 menunjukkan bukti tonjolan indikatif dari magma dekat permukaan dapur, yang dikenal dengan Gunung Anak Krakatau.
3. Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau? Jelaskan dari perspektif ontologis dan epistemologis!
Laki – laki sering menggunakan logika ketika melihat sesuatu yang akan terjadi, dan menerima semua resiko berusaha tidak panik tetapi tetap mencari tahu apa sedang terjadi. Laki-laki cenderung menggunakan akal pikiran atau logika dalam menghadapi suatu masalah, bencana yang terjadi bahkan bisa dijadikan cara untuk mencari uang/keuntungan.
Perempuan cenderung menggunakan firasat, memiliki rasa takut dan khawatir lebih tinggi. Pikiran perempuan juga biasanya lebih mudah untuk mempercayai mitos dan tahayul. Contohnya mitos atau tahayul jika kera-kera dan burung tidak tinggal dipohon, ayam tidak bertelur dianggap akan terjadi bencana. Perempuan mempercayai bahwa firasatnya selalu benar tentang apa yang akan terjadi. Perempuan tidak akan berhenti bertanya-tanya atas tanda-tanda bencana yang muncul sebelum ia mendapat jawaban atas rasa penasaran dan perasaannya karena ia sudah yakin dengan firasatnya atau perasaaan nya itu benar bahwa akan terjadi bencana.
Ikvina Saadatul Lailah
1. Perkembangan pengetahuan ontologis tentang tanda-tanda bencana gunung krakatau diantaranya perubahan aktivitas gunung Krakatau seperti peningkatan jumlah gempa, aktivitas fumarol dan perubahan bentuk permukaan kawah. Selain itu, peningkatan suhu dan kelembapan di sekitar Gunung Krakatau bisa menjadi pertanda.
2. Ilmu pengetahuan dibangun dari pengalaman manusia dalam menghadapi bencana Gunung krakatau, melalui pemahaman empiris dan pengamatan eksperimental terhadap fenomena gunung krakatau serta ilmu pengetahuan, Penelitian lebih mendalam mengenai proses di balik bencana.
3. Laki-laki dan perempuan mungkin menyikapi tanda-tanda bencana gunung krakatau dengan perspektif ontologis dan epistemologis yang berbeda. Secara ontologis, mereka dapat melihat tanda-tanda bencana sebagai manifestasi dari kekuatan alam yang dahsyat dan tak terelakkan. Mereka mungkin percaya bahwa bencana adalah bagian dari siklus alam.
Liya alyanah
Mitos: pertunjukan wayang orang percaya bahwa ada dewa di krakata, mitos nya dewa bisa marah akibat nya akan meledakan gunung, mereka percaya terhadap sesuatu yabg tidak kasar mata
Pengamatan: gagal memperediksi apakah gunung karakatau akan membawa bencana dalam jarak jauh
1. Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau!
Film drama dokumenter tersebut dimulai dengan narasi 26 Agustus 1883. Pulau Gunung Api Kecil Krakatau meletus hebat. Hari itu menjadi salah satu bencana alam terbesar dalam sejarah. Kurang dari 48 jam, gunung itu menghancurkan ratusan kota dan desa, serta menewaskan lebih dari 36.000 orang.
Setelah 20 jam terus-menerus meletus, dapur magma Krakatau kosong, dengan ruang kosong, gunung mulai runtuh. Ledakan yang ditimbulkan amat besar hingga terdengar 3000 mil di Australia. Suara paling bising dalam sejarah. Jutaan ton abu dan batu apung bertumpah ke laut yang memicu tsunami dan lebih menghancurkan daripada apa yang terjadi sebelumnya.
Ombak setinggi lebih dari 40 meter. Mengangkat mercusuar dari pondasinya. Menghancurkan seluruh garis pantai, kota-kota dan desa. Tak ada yang dapat mereka lakukan. Ribuan orang tewas. Apa yang tidak mereka ketahui waktu itu adalah bahwa gunung punya senjata terakhir yang mengerikan. Gunung runtuh melepas hembusan longsor, abu, dan batu terakhir. Di mana akan terlihat gunung bertemu air, berjalan bagai gumpalan uap. Abu, gas, dan batu memanaskan hingga lebih dari 500 derajat celcius, merambah sepanjang laut menuju pulau-pulau di Sumatera Selatan.
Air laut menjadi lebih rendah dari biasanya. Ikan-ikan terdampar di pinggir pantai. Warga berlarian menyelamatkan diri. Beralih ke Rogier Verbeek, pada 1883 ia mengunjungi keluarga Schuiit yang tinggal dan bekerja di mercusuar setelah terjadi peningkatan aktifitas vulkanik Gunung Krakatau. Seorang anak laki-laki bernama Josef memperlihatkan temuannya yakni batu apung. Josef mengatakan, dia menemukannya di pantai. Namun Rogier tidak menyadari bahwa batu apung yang ditemukan Josef merupakan pertanda bahaya.
2. Jika dilihat dari perspektif epistemologis, bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
Karya Rogier Verbeek tentang Krakatau juga menjadi dasar vulkanologi modern. Yang memberi ilmuwan catatan rinci saksi mata dari seluruh siklus letusan untuk pertama kali dalam sejarah. Letusan itu memiliki dampak sangat jauh. 20 juta ton belerang dilepas ke atmosfer yang menyebabkan pandangan senja luar biasa di seluruh planet.
Bahkan hingga menurunkan suhu global hingga abad 20. Krakatau itu sendiri nyaris tak tersisa apa-apa. Batu keras 12 mil persegi telah lenyap di udara dalam 40 jam. Gunung secara harfiah telah meledakkan dirinya hingga hancur. Tapi pada 1927, 300 meter di bawah Selat Sunda, gunung itu meletus lagi.
Seperti yang diramalkan Verbeek dalam tulisannya. Gunung baru akan terbentuk dengan kecepatan 5 meter pertahun. Orang Indonesia menyebut ini Anak Krakatau. Kini jutaan orang hidup dalam pandangannya, dan masih terus tumbuh.
Pemeriksaan setelah tahun 1930 grafik batimetrik dibuat pada 1919 menunjukkan bukti tonjolan indikatif dari magma dekat permukaan dapur, yang dikenal dengan Gunung Anak Krakatau.
3. Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau?
Laki – laki sering menggunakan logika dan mempunyai firasat ketika melihat sesuatu yang akan terjadi, menerima semua resiko
Perempuan cenderung menggunakan firasat, memliki rasa takut dan khawatir lebih tinggi
Laki – laki sering menggunakan logika dan firasat ketika melihat sesuatu yang akan terjadi, dan menerima semua resiko berusaha tidak panik tetapi tetap mencari tahu apa sedang terjadi. Laki-laki cenderung menggunakan akal pikiran atau logika dalam menghadapi suatu masalah, bencana yang terjadi bahkan bisa dijadikan cara untuk mencari uang/keuntungan.
Perempuan cenderung menggunakan firasat, memiliki rasa takut dan khawatir lebih tinggi, perempuan mempercayai bahwa firasatnya selalu benar tentang apa yang akan terjadi. Perempuan tidak akan berhenti memikirkan tanda-tanda bencana tersebut karena ia sudah yakin dengan firasatnya bahwa akan terjadi bencana. Pikiran perempuan juga biasanya lebih mudah untuk mempercayai mitos dan tahayul. Contohnya mitos kera-kera dan burung tidak tinggal dipohon, ayam tidak bertelur dianggap akan terjadi bencana.
Mega Saputri_2310101154_LJ1 Kebidanan
1. Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau!
Film drama dokumenter tersebut dimulai dengan narasi 26 Agustus 1883. Pulau Gunung Api Kecil Krakatau meletus hebat. Hari itu menjadi salah satu bencana alam terbesar dalam sejarah. Kurang dari 48 jam, gunung itu menghancurkan ratusan kota dan desa, serta menewaskan lebih dari 36.000 orang.
Setelah 20 jam terus-menerus meletus, dapur magma Krakatau kosong, dengan ruang kosong, gunung mulai runtuh. Ledakan yang ditimbulkan amat besar hingga terdengar 3000 mil di Australia. Suara paling bising dalam sejarah. Jutaan ton abu dan batu apung bertumpah ke laut yang memicu tsunami dan lebih menghancurkan daripada apa yang terjadi sebelumnya.
Ombak setinggi lebih dari 40 meter. Mengangkat mercusuar dari pondasinya. Menghancurkan seluruh garis pantai, kota-kota dan desa. Tak ada yang dapat mereka lakukan. Ribuan orang tewas. Apa yang tidak mereka ketahui waktu itu adalah bahwa gunung punya senjata terakhir yang mengerikan. Gunung runtuh melepas hembusan longsor, abu, dan batu terakhir. Di mana akan terlihat gunung bertemu air, berjalan bagai gumpalan uap. Abu, gas, dan batu memanaskan hingga lebih dari 500 derajat celcius, merambah sepanjang laut menuju pulau-pulau di Sumatera Selatan.
Air laut menjadi lebih rendah dari biasanya. Ikan-ikan terdampar di pinggir pantai. Warga berlarian menyelamatkan diri. Beralih ke Rogier Verbeek, pada 1883 ia mengunjungi keluarga Schuiit yang tinggal dan bekerja di mercusuar setelah terjadi peningkatan aktifitas vulkanik Gunung Krakatau. Seorang anak laki-laki bernama Josef memperlihatkan temuannya yakni batu apung. Josef mengatakan, dia menemukannya di pantai. Namun Rogier tidak menyadari bahwa batu apung yang ditemukan Josef merupakan pertanda bahaya.
2. Jika dilihat dari perspektif epistemologis, bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
Karya Rogier Verbeek tentang Krakatau juga menjadi dasar vulkanologi modern. Yang memberi ilmuwan catatan rinci saksi mata dari seluruh siklus letusan untuk pertama kali dalam sejarah. Letusan itu memiliki dampak sangat jauh. 20 juta ton belerang dilepas ke atmosfer yang menyebabkan pandangan senja luar biasa di seluruh planet.
Bahkan hingga menurunkan suhu global hingga abad 20. Krakatau itu sendiri nyaris tak tersisa apa-apa. Batu keras 12 mil persegi telah lenyap di udara dalam 40 jam. Gunung secara harfiah telah meledakkan dirinya hingga hancur. Tapi pada 1927, 300 meter di bawah Selat Sunda, gunung itu meletus lagi.
Seperti yang diramalkan Verbeek dalam tulisannya. Gunung baru akan terbentuk dengan kecepatan 5 meter pertahun. Orang Indonesia menyebut ini Anak Krakatau. Kini jutaan orang hidup dalam pandangannya, dan masih terus tumbuh.
Pemeriksaan setelah tahun 1930 grafik batimetrik dibuat pada 1919 menunjukkan bukti tonjolan indikatif dari magma dekat permukaan dapur, yang dikenal dengan Gunung Anak Krakatau.
3. Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau?
Laki – laki sering menggunakan logika dan mempunyai firasat ketika melihat sesuatu yang akan terjadi, menerima semua resiko
Perempuan cenderung menggunakan firasat, memliki rasa takut dan khawatir lebih tinggi
Laki – laki sering menggunakan logika dan firasat ketika melihat sesuatu yang akan terjadi, dan menerima semua resiko berusaha tidak panik tetapi tetap mencari tahu apa sedang terjadi. Laki-laki cenderung menggunakan akal pikiran atau logika dalam menghadapi suatu masalah, bencana yang terjadi bahkan bisa dijadikan cara untuk mencari uang/keuntungan.
Perempuan cenderung menggunakan firasat, memiliki rasa takut dan khawatir lebih tinggi, perempuan mempercayai bahwa firasatnya selalu benar tentang apa yang akan terjadi. Perempuan tidak akan berhenti memikirkan tanda-tanda bencana tersebut karena ia sudah yakin dengan firasatnya bahwa akan terjadi bencana. Pikiran perempuan juga biasanya lebih mudah untuk mempercayai mitos dan tahayul. Contohnya mitos kera-kera dan burung tidak tinggal dipohon, ayam tidak bertelur dianggap akan terjadi bencana.
Listi hari muntasih
Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau!
Film drama dokumenter tersebut dimulai dengan narasi 26 Agustus 1883. Pulau Gunung Api Kecil Krakatau meletus hebat. Hari itu menjadi salah satu bencana alam terbesar dalam sejarah. Kurang dari 48 jam, gunung itu menghancurkan ratusan kota dan desa, serta menewaskan lebih dari 36.000 orang.
Setelah 20 jam terus-menerus meletus, dapur magma Krakatau kosong, dengan ruang kosong, gunung mulai runtuh. Ledakan yang ditimbulkan amat besar hingga terdengar 3000 mil di Australia. Suara paling bising dalam sejarah. Jutaan ton abu dan batu apung bertumpah ke laut yang memicu tsunami dan lebih menghancurkan daripada apa yang terjadi sebelumnya.
Ombak setinggi lebih dari 40 meter. Mengangkat mercusuar dari pondasinya. Menghancurkan seluruh garis pantai, kota-kota dan desa. Tak ada yang dapat mereka lakukan. Ribuan orang tewas. Apa yang tidak mereka ketahui waktu itu adalah bahwa gunung punya senjata terakhir yang mengerikan. Gunung runtuh melepas hembusan longsor, abu, dan batu terakhir. Di mana akan terlihat gunung bertemu air, berjalan bagai gumpalan uap. Abu, gas, dan batu memanaskan hingga lebih dari 500 derajat celcius, merambah sepanjang laut menuju pulau-pulau di Sumatera Selatan.
Air laut menjadi lebih rendah dari biasanya. Ikan-ikan terdampar di pinggir pantai. Warga berlarian menyelamatkan diri. Beralih ke Rogier Verbeek, pada 1883 ia mengunjungi keluarga Schuiit yang tinggal dan bekerja di mercusuar setelah terjadi peningkatan aktifitas vulkanik Gunung Krakatau. Seorang anak laki-laki bernama Josef memperlihatkan temuannya yakni batu apung. Josef mengatakan, dia menemukannya di pantai. Namun Rogier tidak menyadari bahwa batu apung yang ditemukan Josef merupakan pertanda bahaya.
2. Jika dilihat dari perspektif epistemologis, bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
Karya Rogier Verbeek tentang Krakatau juga menjadi dasar vulkanologi modern. Yang memberi ilmuwan catatan rinci saksi mata dari seluruh siklus letusan untuk pertama kali dalam sejarah. Letusan itu memiliki dampak sangat jauh. 20 juta ton belerang dilepas ke atmosfer yang menyebabkan pandangan senja luar biasa di seluruh planet.
Bahkan hingga menurunkan suhu global hingga abad 20. Krakatau itu sendiri nyaris tak tersisa apa-apa. Batu keras 12 mil persegi telah lenyap di udara dalam 40 jam. Gunung secara harfiah telah meledakkan dirinya hingga hancur. Tapi pada 1927, 300 meter di bawah Selat Sunda, gunung itu meletus lagi.
Seperti yang diramalkan Verbeek dalam tulisannya. Gunung baru akan terbentuk dengan kecepatan 5 meter pertahun. Orang Indonesia menyebut ini Anak Krakatau. Kini jutaan orang hidup dalam pandangannya, dan masih terus tumbuh.
Pemeriksaan setelah tahun 1930 grafik batimetrik dibuat pada 1919 menunjukkan bukti tonjolan indikatif dari magma dekat permukaan dapur, yang dikenal dengan Gunung Anak Krakatau.
3. Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau?
Laki – laki sering menggunakan logika dan mempunyai firasat ketika melihat sesuatu yang akan terjadi, menerima semua resiko
Perempuan cenderung menggunakan firasat, memliki rasa takut dan khawatir lebih tinggi
Laki – laki sering menggunakan logika dan firasat ketika melihat sesuatu yang akan terjadi, dan menerima semua resiko berusaha tidak panik tetapi tetap mencari tahu apa sedang terjadi. Laki-laki cenderung menggunakan akal pikiran atau logika dalam menghadapi suatu masalah, bencana yang terjadi bahkan bisa dijadikan cara untuk mencari uang/keuntungan.
Perempuan cenderung menggunakan firasat, memiliki rasa takut dan khawatir lebih tinggi, perempuan mempercayai bahwa firasatnya selalu benar tentang apa yang akan terjadi. Perempuan tidak akan berhenti memikirkan tanda-tanda bencana tersebut karena ia sudah yakin dengan firasatnya bahwa akan terjadi bencana. Pikiran perempuan juga biasanya lebih mudah untuk mempercayai mitos dan tahayul. Contohnya mitos kera-kera dan burung tidak tinggal dipohon, ayam tidak bertelur dianggap akan terjadi bencana.
Desi Agrevina
FILSAFAT ILMU
SOAL
Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau!
Film drama dokumenter tersebut dimulai dengan narasi 26 Agustus 1883. Pulau Gunung Api Kecil Krakatau meletus hebat. Hari itu menjadi salah satu bencana alam terbesar dalam sejarah. Kurang dari 48 jam, gunung itu menghancurkan ratusan kota dan desa, serta menewaskan lebih dari 36.000 orang.
Setelah 20 jam terus-menerus meletus, dapur magma Krakatau kosong, dengan ruang kosong, gunung mulai runtuh. Ledakan yang ditimbulkan amat besar hingga terdengar 3000 mil di Australia. Suara paling bising dalam sejarah. Jutaan ton abu dan batu apung bertumpah ke laut yang memicu tsunami dan lebih menghancurkan daripada apa yang terjadi sebelumnya.
Ombak setinggi lebih dari 40 meter. Mengangkat mercusuar dari pondasinya. Menghancurkan seluruh garis pantai, kota-kota dan desa. Tak ada yang dapat mereka lakukan. Ribuan orang tewas. Apa yang tidak mereka ketahui waktu itu adalah bahwa gunung punya senjata terakhir yang mengerikan. Gunung runtuh melepas hembusan longsor, abu, dan batu terakhir. Di mana akan terlihat gunung bertemu air, berjalan bagai gumpalan uap. Abu, gas, dan batu memanaskan hingga lebih dari 500 derajat celcius, merambah sepanjang laut menuju pulau-pulau di Sumatera Selatan.
Air laut menjadi lebih rendah dari biasanya. Ikan-ikan terdampar di pinggir pantai. Warga berlarian menyelamatkan diri. Beralih ke Rogier Verbeek, pada 1883 ia mengunjungi keluarga Schuiit yang tinggal dan bekerja di mercusuar setelah terjadi peningkatan aktifitas vulkanik Gunung Krakatau. Seorang anak laki-laki bernama Josef memperlihatkan temuannya yakni batu apung. Josef mengatakan, dia menemukannya di pantai. Namun Rogier tidak menyadari bahwa batu apung yang ditemukan Josef merupakan pertanda bahaya.
Jika dilihat dari perspektif epistemologis, bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
Karya Rogier Verbeek tentang Krakatau juga menjadi dasar vulkanologi modern. Yang memberi ilmuwan catatan rinci saksi mata dari seluruh siklus letusan untuk pertama kali dalam sejarah. Letusan itu memiliki dampak sangat jauh. 20 juta ton belerang dilepas ke atmosfer yang menyebabkan pandangan senja luar biasa di seluruh planet.
Bahkan hingga menurunkan suhu global hingga abad 20. Krakatau itu sendiri nyaris tak tersisa apa-apa. Batu keras 12 mil persegi telah lenyap di udara dalam 40 jam. Gunung secara harfiah telah meledakkan dirinya hingga hancur. Tapi pada 1927, 300 meter di bawah Selat Sunda, gunung itu meletus lagi.
Seperti yang diramalkan Verbeek dalam tulisannya. Gunung baru akan terbentuk dengan kecepatan 5 meter pertahun. Orang Indonesia menyebut ini Anak Krakatau. Kini jutaan orang hidup dalam pandangannya, dan masih terus tumbuh.
Pemeriksaan setelah tahun 1930 grafik batimetrik dibuat pada 1919 menunjukkan bukti tonjolan indikatif dari magma dekat permukaan dapur, yang dikenal dengan Gunung Anak Krakatau.
Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau?
Laki – laki sering menggunakan logika dan mempunyai firasat ketika melihat sesuatu yang akan terjadi, menerima semua resiko
Perempuan cenderung menggunakan firasat, memliki rasa takut dan khawatir lebih tinggi
Laki – laki sering menggunakan logika dan firasat ketika melihat sesuatu yang akan terjadi, dan menerima semua resiko berusaha tidak panik tetapi tetap mencari tahu apa sedang terjadi. Laki-laki cenderung menggunakan akal pikiran atau logika dalam menghadapi suatu masalah, bencana yang terjadi bahkan bisa dijadikan cara untuk mencari uang/keuntungan.
Perempuan cenderung menggunakan firasat, memiliki rasa takut dan khawatir lebih tinggi, perempuan mempercayai bahwa firasatnya selalu benar tentang apa yang akan terjadi. Perempuan tidak akan berhenti memikirkan tanda-tanda bencana tersebut karena ia sudah yakin dengan firasatnya bahwa akan terjadi bencana. Pikiran perempuan juga biasanya lebih mudah untuk mempercayai mitos dan tahayul. Contohnya mitos kera-kera dan burung tidak tinggal dipohon, ayam tidak bertelur dianggap akan terjadi bencana.
Tsania putri
Nama : Tsania putri
Lj 1/LA 1
1. dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau!
Film drama dokumenter tersebut dimulai dengan narasi 26 Agustus 1883. Pulau Gunung Api Kecil Krakatau meletus hebat. Hari itu menjadi salah satu bencana alam terbesar dalam sejarah. Kurang dari 48 jam, gunung itu menghancurkan ratusan kota dan desa, serta menewaskan lebih dari 36.000 orang.
Setelah 20 jam terus-menerus meletus, dapur magma Krakatau kosong, dengan ruang kosong, gunung mulai runtuh. Ledakan yang ditimbulkan amat besar hingga terdengar 3000 mil di Australia. Suara paling bising dalam sejarah. Jutaan ton abu dan batu apung bertumpah ke laut yang memicu tsunami dan lebih menghancurkan daripada apa yang terjadi sebelumnya.
Ombak setinggi lebih dari 40 meter. Mengangkat mercusuar dari pondasinya. Menghancurkan seluruh garis pantai, kota-kota dan desa. Tak ada yang dapat mereka lakukan. Ribuan orang tewas. Apa yang tidak mereka ketahui waktu itu adalah bahwa gunung punya senjata terakhir yang mengerikan. Gunung runtuh melepas hembusan longsor, abu, dan batu terakhir. Di mana akan terlihat gunung bertemu air, berjalan bagai gumpalan uap. Abu, gas, dan batu memanaskan hingga lebih dari 500 derajat celcius, merambah sepanjang laut menuju pulau-pulau di Sumatera Selatan.
Air laut menjadi lebih rendah dari biasanya. Ikan-ikan terdampar di pinggir pantai. Warga berlarian menyelamatkan diri. Beralih ke Rogier Verbeek, pada 1883 ia mengunjungi keluarga Schuiit yang tinggal dan bekerja di mercusuar setelah terjadi peningkatan aktifitas vulkanik Gunung Krakatau. Seorang anak laki-laki bernama Josef memperlihatkan temuannya yakni batu apung. Josef mengatakan, dia menemukannya di pantai. Namun Rogier tidak menyadari bahwa batu apung yang ditemukan Josef merupakan pertanda bahaya.
2. Jika dilihat dari perspektif epistemologis, bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
Karya Rogier Verbeek tentang Krakatau juga menjadi dasar vulkanologi modern. Yang memberi ilmuwan catatan rinci saksi mata dari seluruh siklus letusan untuk pertama kali dalam sejarah. Letusan itu memiliki dampak sangat jauh. 20 juta ton belerang dilepas ke atmosfer yang menyebabkan pandangan senja luar biasa di seluruh planet.
Bahkan hingga menurunkan suhu global hingga abad 20. Krakatau itu sendiri nyaris tak tersisa apa-apa. Batu keras 12 mil persegi telah lenyap di udara dalam 40 jam. Gunung secara harfiah telah meledakkan dirinya hingga hancur. Tapi pada 1927, 300 meter di bawah Selat Sunda, gunung itu meletus lagi.
Seperti yang diramalkan Verbeek dalam tulisannya. Gunung baru akan terbentuk dengan kecepatan 5 meter pertahun. Orang Indonesia menyebut ini Anak Krakatau. Kini jutaan orang hidup dalam pandangannya, dan masih terus tumbuh.
Pemeriksaan setelah tahun 1930 grafik batimetrik dibuat pada 1919 menunjukkan bukti tonjolan indikatif dari magma dekat permukaan dapur, yang dikenal dengan Gunung Anak Krakatau.
3. Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau?
Laki – laki sering menggunakan logika dan mempunyai firasat ketika melihat sesuatu yang akan terjadi, menerima semua resiko
Perempuan cenderung menggunakan firasat, memliki rasa takut dan khawatir lebih tinggi
Laki – laki sering menggunakan logika dan firasat ketika melihat sesuatu yang akan terjadi, dan menerima semua resiko berusaha tidak panik tetapi tetap mencari tahu apa sedang terjadi. Laki-laki cenderung menggunakan akal pikiran atau logika dalam menghadapi suatu masalah, bencana yang terjadi bahkan bisa dijadikan cara untuk mencari uang/keuntungan.
Perempuan cenderung menggunakan firasat, memiliki rasa takut dan khawatir lebih tinggi, perempuan mempercayai bahwa firasatnya selalu benar tentang apa yang akan terjadi. Perempuan tidak akan berhenti memikirkan tanda-tanda bencana tersebut karena ia sudah yakin dengan firasatnya bahwa akan terjadi bencana. Pikiran perempuan juga biasanya lebih mudah untuk mempercayai mitos dan tahayul. Contohnya mitos kera-kera dan burung tidak tinggal dipohon, ayam tidak bertelur dianggap akan terjadi bencana.
Ratna Sari PN
Nama : Ratna Sari PN
Nim : 2310101155
1. Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau!
Film drama dokumenter tersebut dimulai dengan narasi 26 Agustus 1883. Pulau Gunung Api Kecil Krakatau meletus hebat. Hari itu menjadi salah satu bencana alam terbesar dalam sejarah. Kurang dari 48 jam, gunung itu menghancurkan ratusan kota dan desa, serta menewaskan lebih dari 36.000 orang.
Setelah 20 jam terus-menerus meletus, dapur magma Krakatau kosong, dengan ruang kosong, gunung mulai runtuh. Ledakan yang ditimbulkan amat besar hingga terdengar 3000 mil di Australia. Suara paling bising dalam sejarah. Jutaan ton abu dan batu apung bertumpah ke laut yang memicu tsunami dan lebih menghancurkan daripada apa yang terjadi sebelumnya.
Ombak setinggi lebih dari 40 meter. Mengangkat mercusuar dari pondasinya. Menghancurkan seluruh garis pantai, kota-kota dan desa. Tak ada yang dapat mereka lakukan. Ribuan orang tewas. Apa yang tidak mereka ketahui waktu itu adalah bahwa gunung punya senjata terakhir yang mengerikan. Gunung runtuh melepas hembusan longsor, abu, dan batu terakhir. Di mana akan terlihat gunung bertemu air, berjalan bagai gumpalan uap. Abu, gas, dan batu memanaskan hingga lebih dari 500 derajat celcius, merambah sepanjang laut menuju pulau-pulau di Sumatera Selatan.
Air laut menjadi lebih rendah dari biasanya. Ikan-ikan terdampar di pinggir pantai. Warga berlarian menyelamatkan diri. Beralih ke Rogier Verbeek, pada 1883 ia mengunjungi keluarga Schuiit yang tinggal dan bekerja di mercusuar setelah terjadi peningkatan aktifitas vulkanik Gunung Krakatau. Seorang anak laki-laki bernama Josef memperlihatkan temuannya yakni batu apung. Josef mengatakan, dia menemukannya di pantai. Namun Rogier tidak menyadari bahwa batu apung yang ditemukan Josef merupakan pertanda bahaya.
2. Jika dilihat dari perspektif epistemologis, bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
Karya Rogier Verbeek tentang Krakatau juga menjadi dasar vulkanologi modern. Yang memberi ilmuwan catatan rinci saksi mata dari seluruh siklus letusan untuk pertama kali dalam sejarah. Letusan itu memiliki dampak sangat jauh. 20 juta ton belerang dilepas ke atmosfer yang menyebabkan pandangan senja luar biasa di seluruh planet.
Bahkan hingga menurunkan suhu global hingga abad 20. Krakatau itu sendiri nyaris tak tersisa apa-apa. Batu keras 12 mil persegi telah lenyap di udara dalam 40 jam. Gunung secara harfiah telah meledakkan dirinya hingga hancur. Tapi pada 1927, 300 meter di bawah Selat Sunda, gunung itu meletus lagi.
Seperti yang diramalkan Verbeek dalam tulisannya. Gunung baru akan terbentuk dengan kecepatan 5 meter pertahun. Orang Indonesia menyebut ini Anak Krakatau. Kini jutaan orang hidup dalam pandangannya, dan masih terus tumbuh.
Pemeriksaan setelah tahun 1930 grafik batimetrik dibuat pada 1919 menunjukkan bukti tonjolan indikatif dari magma dekat permukaan dapur, yang dikenal dengan Gunung Anak Krakatau.
3. Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau?
Laki – laki sering menggunakan logika dan mempunyai firasat ketika melihat sesuatu yang akan terjadi, menerima semua resiko
Perempuan cenderung menggunakan firasat, memliki rasa takut dan khawatir lebih tinggi
Laki – laki sering menggunakan logika dan firasat ketika melihat sesuatu yang akan terjadi, dan menerima semua resiko berusaha tidak panik tetapi tetap mencari tahu apa sedang terjadi. Laki-laki cenderung menggunakan akal pikiran atau logika dalam menghadapi suatu masalah, bencana yang terjadi bahkan bisa dijadikan cara untuk mencari uang/keuntungan.
Perempuan cenderung menggunakan firasat, memiliki rasa takut dan khawatir lebih tinggi, perempuan mempercayai bahwa firasatnya selalu benar tentang apa yang akan terjadi. Perempuan tidak akan berhenti memikirkan tanda-tanda bencana tersebut karena ia sudah yakin dengan firasatnya bahwa akan terjadi bencana. Pikiran perempuan juga biasanya lebih mudah untuk mempercayai mitos dan tahayul. Contohnya mitos kera-kera dan burung tidak tinggal dipohon, ayam tidak bertelur dianggap akan terjadi bencana.
Nabilla Yulianti A. Bakar
1. Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yg berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau
a. Ontologi adalah cabang filsafat yang mempertanyakan realitas dan eksistensi. Dalam konteks pengetahuan tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau, ontologi dapat memberikan berbagai pandangan tentang realitas yang mendasari pemahaman kita tentang bencana tersebut. Berikut beberapa konsep ontologis yang berkembang terkait dengan tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau:
b. Ontologi Realisme: Dalam perspektif ini, bencana gunung Krakatau dianggap sebagai entitas yang eksis secara objektif tanpa tergantung pada persepsi manusia. Tanda-tanda yang muncul sebelum bencana tersebut dapat dilihat sebagai indikasi objektif dari aktivitas gunung berapi yang sebenarnya, seperti peningkatan gempa bumi, perubahan bentuk gunung, atau emisi gas vulkanik.
c. Ontologi Konstruktivisme: Konsep ini berfokus pada peran manusia dalam memahami bencana. Tanda-tanda bencana gunung Krakatau mungkin dianggap sebagai konstruksi sosial yang terbentuk melalui pengamatan dan interpretasi manusia. Dalam hal ini, tanda-tanda bencana muncul sebagai hasil interaksi sosial dan budaya yang memengaruhi cara kita memahami dan merespons bencana.
d. Ontologi Subyektivisme: Dalam perspektif ini, pengetahuan tentang tanda-tanda bencana gunung Krakatau sangat subjektif dan bergantung pada pengalaman individu atau kelompok. Setiap orang atau komunitas mungkin memiliki interpretasi yang berbeda tentang tanda-tanda tersebut, yang didasarkan pada keyakinan, nilai, dan pengetahuan yang berbeda.
e. Ontologi Naturalisme: Dalam pandangan ini, tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau dijelaskan sebagai bagian dari alam semesta dan proses alamiah. Pengetahuan tentang tanda-tanda ini didasarkan pada pemahaman ilmiah tentang geologi, vulkanologi, dan seismologi. Tanda-tanda tersebut dianggap sebagai manifestasi dari proses alamiah yang dapat diamati dan diukur.
f. Ontologi Kepercayaan Spiritual: Beberapa komunitas mungkin memiliki keyakinan spiritual atau mitologi yang menyertai pemahaman mereka tentang tanda-tanda bencana gunung Krakatau. Dalam ontologi ini, tanda-tanda mungkin dihubungkan dengan kekuatan gaib atau entitas spiritual yang mempengaruhi alam dan manusia.
g. Dengan demikian, ontologi memainkan peran penting dalam membentuk pemahaman kita tentang tanda-tanda yang mungkin muncul sebelum bencana gunung Krakatau. Berbagai pandangan ontologis ini mencerminkan keragaman perspektif manusia terhadap realitas dan eksistensi, serta bagaimana kita menginterpretasikan dunia sekitar kita
2. Jika dilihat dari perspektif epistemologis bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
a. Dalam perspektif epistemologi, kita dapat melihat bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi dan pemahaman tentang bencana gunung Krakatau telah berkembang melalui pengalaman manusia. Epistemologi berkaitan dengan bagaimana pengetahuan diperoleh, diorganisasi, dan diterapkan. Berikut adalah cara ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau:
b. Pengalaman Empiris: Pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung Krakatau memberikan landasan empiris bagi ilmu vulkanologi. Melalui pengamatan langsung terhadap letusan dan aktivitas vulkanik, pengamat pertama kali mengumpulkan data tentang fenomena vulkanik, seperti aliran piroklastik, debu vulkanik, dan aktivitas seismik.
c. Pemahaman Historis: Letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 menciptakan catatan sejarah yang sangat penting. Pengalaman manusia yang menghadapi letusan ini dan saksi mata memberikan laporan dan cerita yang menjadi dasar pemahaman tentang letusan besar gunung berapi.
d. Pengamatan Ilmiah: Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, pengamatan vulkanik menjadi lebih ilmiah. Ilmuwan vulkanologi menggunakan metode ilmiah yang ketat, seperti pengukuran seismik, pemantauan deformasi gunung, analisis gas vulkanik, dan penelitian geologi lapangan untuk mengumpulkan data yang akurat.
e. Penelitian dan Eksperimen: Ilmuwan vulkanologi melakukan penelitian eksperimental untuk memahami fenomena vulkanik secara lebih mendalam. Mereka membangun model gunung berapi dalam laboratorium, menganalisis sampel batuan vulkanik, dan melakukan percobaan untuk mengevaluasi dampak aktivitas vulkanik.
f. Pengembangan Teori dan Model: Berdasarkan data dan penelitian empiris, ilmuwan vulkanologi telah mengembangkan teori dan model matematika yang menjelaskan perilaku gunung berapi. Ini termasuk model peringatan dini untuk bencana vulkanik, pemahaman tentang letusan eksplosif, dan penentuan tanda-tanda awal aktivitas vulkanik.
g. Pengintegrasian Multi-Disiplin: Ilmu vulkanologi melibatkan berbagai disiplin ilmu, termasuk geologi, geofisika, kimia, dan meteorologi. Ini memungkinkan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang untuk memahami lebih baik kompleksitas gunung berapi.
h. Peran Pendidikan: Pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung Krakatau juga memotivasi pendidikan dan pelatihan dalam bidang vulkanologi. Ini menciptakan sumber daya manusia yang terlatih untuk mengelola risiko vulkanik dan memberikan peringatan dini.
Dengan demikian, epistemologi vulkanologi adalah hasil dari evolusi pengetahuan dan pemahaman manusia tentang gunung berapi yang diperoleh melalui pengalaman empiris, observasi ilmiah, penelitian, dan pembelajaran. Dalam hal ini, pengalaman manusia dengan bencana gunung Krakatau telah memainkan peran penting dalam pembentukan dan pengembangan ilmu vulkanologi.
3. Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau? jelaskan dari perspektif ontologis dan epistemologis
Bentuk pandangan laki-laki dan perempuan terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau dapat dipengaruhi oleh perspektif ontologis dan epistemologis mereka. Mari kita jelaskan perbedaannya dari kedua perspektif ini:
Dari Perspektif Ontologis:
a. Ontologi Realisme: Dalam pandangan ontologis realis, tanda-tanda bencana gunung Krakatau dianggap sebagai entitas objektif yang eksis tanpa tergantung pada pandangan subjektif. Baik laki-laki maupun perempuan dapat memiliki pandangan yang serupa tentang tanda-tanda tersebut, yaitu sebagai gejala alam semesta yang ada secara objektif.
b. Ontologi Konstruktivisme: Dalam pandangan ontologis konstruktivis, tanda-tanda bencana gunung Krakatau dianggap sebagai konstruksi sosial yang dipengaruhi oleh budaya dan interpretasi manusia. Laki-laki dan perempuan mungkin memiliki pandangan yang berbeda tergantung pada norma sosial dan budaya yang memengaruhi persepsi mereka terhadap tanda-tanda bencana.
Dari Perspektif Epistemologis:
a. Epistemologi Empiris: Baik laki-laki maupun perempuan mungkin mendekati pemahaman tanda-tanda bencana gunung Krakatau berdasarkan pengamatan empiris dan pengalaman pribadi. Mereka dapat memahami tanda-tanda ini melalui observasi langsung aktivitas gunung berapi atau pengalaman sebelumnya.
b. Epistemologi Sosial: Epistemologi sosial mempertimbangkan bagaimana pengetahuan dipengaruhi oleh interaksi sosial. Laki-laki dan perempuan dapat mendapatkan pengetahuan tentang tanda-tanda bencana melalui interaksi dengan kelompok sosial mereka. Misalnya, dalam masyarakat tertentu, perempuan mungkin memiliki peran khusus dalam pengamatan tanda-tanda vulkanik, sementara laki-laki memiliki peran yang berbeda.
c. Epistemologi Ilmiah: Baik laki-laki maupun perempuan dapat mendekati tanda-tanda bencana gunung Krakatau melalui metode ilmiah. Mereka dapat mengacu pada data geologi, vulkanologi, dan seismologi untuk memahami tanda-tanda tersebut.
d. Epistemologi Kepercayaan dan Mitos: Beberapa individu, baik laki-laki maupun perempuan, mungkin memiliki pendekatan berdasarkan keyakinan spiritual atau mitos. Mereka mungkin menginterpretasikan tanda-tanda tersebut dalam konteks kepercayaan dan mitos kultural yang ada dalam masyarakat mereka.
Penting untuk diingat bahwa pandangan individu terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau akan bervariasi berdasarkan latar belakang pribadi, budaya, pendidikan, dan pengalaman. Terlepas dari perbedaan ini, upaya kolaboratif dan komunikasi yang efektif antara laki-laki dan perempuan dalam menghadapi tanda-tanda bencana sangat penting untuk keamanan dan mitigasi risiko
2310101216 AZIZAH NURLITASARI TAMBULANA
AZIZAH NURLITASARI TAMBULANA
2310101216/ Kelas LJ 2 Semester 1 (2023)
“Film Krakatoa: The Last Days” adalah catatan saksi mata pada letusan Krakatau pada tahun 1883. Separuh jalan cerita (subplot), yang utama Rogier Diederik Marius Verbeek seorang geolog Belanda yang telah mengkaji daerah sekitar Gunung Krakatau dua tahun sebelumnya dan meletakkan dasar bagi vulkanologi modern dari hasil pengamatan dan kajiannya setelah letusan Gunung Krakatau.
Dialog-dialog dalam film:
Tahayul bahwa gunung itu berbahaya
“Ada lagi Bu, Bumi nya bergetar”
“Aku tak menggangap tahayul bisa dipercaya”
Hewan2 kera pergi meninggalkan hutan, ayam tidak mau bertelur pada stress
“kuda-kudanya mengamuk”
“Saya mau telur, tapi ayam tidak brtelur Nyonya”
“Hanya bingung, tidak seimbang, hewan-hewan merasakannya, meraka pergi”
“kau perhatikn hewan-hewan? hewan itu bertingkah aneh, kera-kera dan burung tidak tinggal di pohon ayam tidak bertelur”
Tanda2 batu apung yang sama dengan yg dihasilkan di Gunung Tambora
“Batu apung yang diberikan josef, menyimpan rahasia krakatau”
“Krakatau akan sebesar Tambora? aku tidak tau artinya”
Aku inging memahami cara kerja dunia
Bangsaku tidak takut dengan Gunung Api
Aku yakin sesuatu yang mengerikan akan terjadi (perayaab pembukaan Pasar)
Suaranya membuat kupingku sakit
Letusan I: membuat air pasang surut tiba2 ikan terlihat dan warga berlarian mengambil ikan. Namun tak lama dari itu Tsunami datang
Ranggawasita (mitos)
Dari hasil pengkajian Dialog-dialog dalam “Film Krakatoa: The Last Days” bagaimana proses lahirnya ilmu pengetahuan dari kejadian-kejadian, problematika (proses sebab-akibat yang diketahui sebelumnya), keingitahuan, keaneha-keanehan yang bertentangan dengan kejadian/pemahaman sebelumnya yang berhungan dengan manusia dan alam semesta. Sehingga hasil pengamatan dan penelitian lahirlah ilmu vulkanologi modern.
HASNA H. LABA
Dalam mengevaluasi bagaimana laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau, kita dapat mempertimbangkan perspektif ontologis dan epistemologis:
Perspektif Ontologis:
– Dari segi ontologis, baik laki-laki maupun perempuan adalah entitas manusia yang memiliki hubungan dengan lingkungannya. Mereka adalah bagian dari entitas sosial yang mungkin terpengaruh oleh bencana gunung Krakatau.
– Tanda-tanda bencana gunung Krakatau, seperti aktivitas vulkanik atau perubahan lingkungan, juga merupakan entitas ontologis yang eksis di dunia nyata.
Perspektif Epistemologis:
– Dalam hal pengetahuan dan pemahaman tanda-tanda bencana Krakatau, laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan untuk memperoleh pengetahuan melalui pendidikan formal, pengalaman pribadi, dan informasi dari berbagai sumber.
– Perbedaan dalam cara laki-laki dan perempuan memperoleh pengetahuan tentang tanda-tanda bencana dapat dipengaruhi oleh akses ke pendidikan, peran tradisional dalam masyarakat, dan perbedaan dalam cara individu belajar dan berinteraksi dengan lingkungannya.
– Pengetahuan mereka tentang tanda-tanda bencana akan memengaruhi sikap dan tindakan mereka dalam menghadapi situasi tersebut. Laki-laki dan perempuan dapat memiliki pemahaman yang berbeda tentang risiko dan tanggapan terhadap bencana.
Penting untuk diingat bahwa respon terhadap bencana harus bersifat inklusif dan memperhitungkan peran dan perspektif baik laki-laki maupun perempuan. Keterlibatan dan pengetahuan keduanya dapat berkontribusi pada pemahaman yang lebih komprehensif tentang tanda-tanda bencana gunung Krakatau dan upaya mitigasi risiko.
Ilmi wahana
1. Gempa bumi yang berlangsung lama hingga berbulan-bulan dan semakin kencang, hewan yang ketakutan dan meninggalkan pulau dekat dengan gunung krakatau, batu apung yang sudah keluar dari Krakatau hingga sampai ke tepi Pantai, mengeluarkan asap yang banyak jika terkan matahari berwarna biru dan hijau, adanya ledakan kecil dari gunung kakatau magma yang mencari jalan keluar, ledakan yang dhasyat sampai telinga terasa sakit, batu apung yang ada di dalam mulai keluar dari mulut gunung, air laut yang tiba tiba menyusut, terjadi tsunami, dan abu mulai melapisi daratan,
2. Ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbentuk karena adanya bukti dan telaah peta yang ada, dengan menggabungkan pemikiran dan pertanyaan terkait vulkanologi ilmuan memastikan juga fakta fakta dari sumber yang masih hidup, dan buku terkait dengan meledaknya gunung berapi
3. Cara laki-laki bersikap dalam menghafapi tanda-tanda meletusnya gunung Krakatau salah satunya gempa bumi yaitu bersikap normal saja di depan orang lain walau dalam dirinya merasa khawatir karena urusan bisnis dan uang dianggap lebih utama, merasa khawatir dengan tanda-tanda yang jelas sudah muncul, para ilmuan sendang mencocokan secara bukti bukti yang mengarah terkait kejadian gunung tambora yang meledak, laki laki lebih bertanggung jawab kepada tugasnya
Cara Perempuan bersikap yaitu menunjukan rasa khawatir terhadap sanak keluarga
Resti Mandela
UJIAN FILSAFAT ILMU
SOAL
1. Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau!
Film drama dokumenter tersebut dimulai dengan narasi 26 Agustus 1883. Pulau Gunung Api Kecil Krakatau meletus hebat. Hari itu menjadi salah satu bencana alam terbesar dalam sejarah. Kurang dari 48 jam, gunung itu menghancurkan ratusan kota dan desa, serta menewaskan lebih dari 36.000 orang.
Setelah 20 jam terus-menerus meletus, dapur magma Krakatau kosong, dengan ruang kosong, gunung mulai runtuh. Ledakan yang ditimbulkan amat besar hingga terdengar 3000 mil di Australia. Suara paling bising dalam sejarah. Jutaan ton abu dan batu apung bertumpah ke laut yang memicu tsunami dan lebih menghancurkan daripada apa yang terjadi sebelumnya.
Ombak setinggi lebih dari 40 meter. Mengangkat mercusuar dari pondasinya. Menghancurkan seluruh garis pantai, kota-kota dan desa. Tak ada yang dapat mereka lakukan. Ribuan orang tewas. Apa yang tidak mereka ketahui waktu itu adalah bahwa gunung punya senjata terakhir yang mengerikan. Gunung runtuh melepas hembusan longsor, abu, dan batu terakhir. Di mana akan terlihat gunung bertemu air, berjalan bagai gumpalan uap. Abu, gas, dan batu memanaskan hingga lebih dari 500 derajat celcius, merambah sepanjang laut menuju pulau-pulau di Sumatera Selatan.
Air laut menjadi lebih rendah dari biasanya. Ikan-ikan terdampar di pinggir pantai. Warga berlarian menyelamatkan diri. Beralih ke Rogier Verbeek, pada 1883 ia mengunjungi keluarga Schuiit yang tinggal dan bekerja di mercusuar setelah terjadi peningkatan aktifitas vulkanik Gunung Krakatau. Seorang anak laki-laki bernama Josef memperlihatkan temuannya yakni batu apung. Josef mengatakan, dia menemukannya di pantai. Namun Rogier tidak menyadari bahwa batu apung yang ditemukan Josef merupakan pertanda bahaya.
2. Jika dilihat dari perspektif epistemologis, bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
Karya Rogier Verbeek tentang Krakatau juga menjadi dasar vulkanologi modern. Yang memberi ilmuwan catatan rinci saksi mata dari seluruh siklus letusan untuk pertama kali dalam sejarah. Letusan itu memiliki dampak sangat jauh. 20 juta ton belerang dilepas ke atmosfer yang menyebabkan pandangan senja luar biasa di seluruh planet.
Bahkan hingga menurunkan suhu global hingga abad 20. Krakatau itu sendiri nyaris tak tersisa apa-apa. Batu keras 12 mil persegi telah lenyap di udara dalam 40 jam. Gunung secara harfiah telah meledakkan dirinya hingga hancur. Tapi pada 1927, 300 meter di bawah Selat Sunda, gunung itu meletus lagi.
Seperti yang diramalkan Verbeek dalam tulisannya. Gunung baru akan terbentuk dengan kecepatan 5 meter pertahun. Orang Indonesia menyebut ini Anak Krakatau. Kini jutaan orang hidup dalam pandangannya, dan masih terus tumbuh.
Pemeriksaan setelah tahun 1930 grafik batimetrik dibuat pada 1919 menunjukkan bukti tonjolan indikatif dari magma dekat permukaan dapur, yang dikenal dengan Gunung Anak Krakatau.
3. Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau?
Laki – laki sering menggunakan logika dan mempunyai firasat ketika melihat sesuatu yang akan terjadi, menerima semua resiko
Perempuan cenderung menggunakan firasat, memliki rasa takut dan khawatir lebih tinggi
Laki – laki sering menggunakan logika dan firasat ketika melihat sesuatu yang akan terjadi, dan menerima semua resiko berusaha tidak panik tetapi tetap mencari tahu apa sedang terjadi. Laki-laki cenderung menggunakan akal pikiran atau logika dalam menghadapi suatu masalah, bencana yang terjadi bahkan bisa dijadikan cara untuk mencari uang/keuntungan.
Perempuan cenderung menggunakan firasat, memiliki rasa takut dan khawatir lebih tinggi, perempuan mempercayai bahwa firasatnya selalu benar tentang apa yang akan terjadi. Perempuan tidak akan berhenti memikirkan tanda-tanda bencana tersebut karena ia sudah yakin dengan firasatnya bahwa akan terjadi bencana. Pikiran perempuan juga biasanya lebih mudah untuk mempercayai mitos dan tahayul. Contohnya mitos kera-kera dan burung tidak tinggal dipohon, ayam tidak bertelur dianggap akan terjadi bencana.P
LJ 1 KEBIDANAN : HARNIMAYANTI_2310101189
• Tanda-tanda ika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau!
Film drama dokumenter tersebut dimulai dengan narasi 26 Agustus 1883. Pulau Gunung Api Kecil Krakatau meletus hebat. Hari itu menjadi salah satu bencana alam terbesar dalam sejarah.
tanda – tanda munculnya bencana gunung krakatau
a) Suhu di sekitar gunung naik.
b) Adanya pengeluaran asap
c) Ayam tampak tidak bertelur
d) Mata air menjadi kering.
e) Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa)
f) Tumbuhan di sekitar gunung layu.
g) Binatang di sekitar gunung bermigrasi, kelihatan gelisah.
Setelah 20 jam terus-menerus meletus, dapur magma Krakatau kosong, dengan ruang kosong, gunung mulai runtuh. Ledakan yang ditimbulkan amat besar hingga terdengar 3000 mil di Australia. Suara paling bising dalam sejarah. Jutaan ton abu dan batu apung bertumpah ke laut yang memicu tsunami dan lebih menghancurkan daripada apa yang terjadi sebelumnya.
Ombak setinggi lebih dari 40 meter. Mengangkat mercusuar dari pondasinya. Menghancurkan seluruh garis pantai, kota-kota dan desa. Tak ada yang dapat mereka lakukan. Ribuan orang tewas. Apa yang tidak mereka ketahui waktu itu adalah bahwa gunung punya senjata terakhir yang mengerikan. Gunung runtuh melepas hembusan longsor, abu, dan batu terakhir. Di mana akan terlihat gunung bertemu air, berjalan bagai gumpalan uap. Abu, gas, dan batu memanaskan hingga lebih dari 500 derajat celcius, merambah sepanjang laut menuju pulau-pulau di Sumatera Selatan.
Air laut menjadi lebih rendah dari biasanya. Ikan-ikan terdampar di pinggir pantai. Warga berlarian menyelamatkan diri. Beralih ke Rogier Verbeek, pada 1883 ia mengunjungi keluarga Schuiit yang tinggal dan bekerja di mercusuar setelah terjadi peningkatan aktifitas vulkanik Gunung Krakatau. Seorang anak laki-laki bernama Josef memperlihatkan temuannya yakni batu apung. Josef mengatakan, dia menemukannya di pantai. Namun Rogier tidak menyadari bahwa batu apung yang ditemukan Josef merupakan pertanda bahaya.
• Jika dilihat dari perspektif epistemologis, bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
Di lihat dari perspektif epistemologis, menurut peneliti lebih mengutamakan bisnis ilmu pengetahuan dengan pengamatan dan logika untuk menghindari sejak awal adanya tanda akan terjadi letusan gunung
Karya Rogier Verbeek tentang Krakatau juga menjadi dasar vulkanologi modern. Yang memberi ilmuwan catatan rinci saksi mata dari seluruh siklus letusan untuk pertama kali dalam sejarah. Letusan itu memiliki dampak sangat jauh. 20 juta ton belerang dilepas ke atmosfer yang menyebabkan pandangan senja luar biasa di seluruh planet.
Bahkan hingga menurunkan suhu global hingga abad 20. Krakatau itu sendiri nyaris tak tersisa apa-apa. Batu keras 12 mil persegi telah lenyap di udara dalam 40 jam. Gunung secara harfiah telah meledakkan dirinya hingga hancur. Tapi pada 1927, 300 meter di bawah Selat Sunda, gunung itu meletus lagi.
Seperti yang diramalkan Verbeek dalam tulisannya. Gunung baru akan terbentuk dengan kecepatan 5 meter pertahun. Orang Indonesia menyebut ini Anak Krakatau. Kini jutaan orang hidup dalam pandangannya, dan masih terus tumbuh.
Pemeriksaan setelah tahun 1930 grafik batimetrik dibuat pada 1919 menunjukkan bukti tonjolan indikatif dari magma dekat permukaan dapur, yang dikenal dengan Gunung Anak Krakatau.
• Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau? Jelaskan dari perspektif ontologis dan epistemologis!
Laki – laki sering menggunakan logika dan mempunyai firasat ketika melihat sesuatu yang akan terjadi, menerima semua resiko
Perempuan cenderung menggunakan firasat, memliki rasa takut dan khawatir lebih tinggi
Laki – laki sering menggunakan logika dan firasat ketika melihat sesuatu yang akan terjadi, dan menerima semua resiko berusaha tidak panik tetapi tetap mencari tahu apa sedang terjadi. Laki-laki cenderung menggunakan akal pikiran atau logika dalam menghadapi suatu masalah, bencana yang terjadi bahkan bisa dijadikan cara untuk mencari uang/keuntungan.
Perempuan cenderung menggunakan firasat, memiliki rasa takut dan khawatir lebih tinggi, perempuan mempercayai bahwa firasatnya selalu benar tentang apa yang akan terjadi. Perempuan tidak akan berhenti memikirkan tanda-tanda bencana tersebut karena ia sudah yakin dengan firasatnya bahwa akan terjadi bencana. Pikiran perempuan juga biasanya lebih mudah untuk mempercayai mitos dan tahayul. Contohnya mitos kera-kera dan burung tidak tinggal dipohon, ayam tidak bertelur dianggap akan terjadi bencana.
Titik Sandari
Nama : TITIK SANDARI
NIM : 2310101196
Kelas : LJ 1
1. dilihat dari perspektif ontologis pengetahuan yang berkembang mengenai tanda-tanda akan munculnya bencana gunung krakatau terdiri dari :
1). Mitos : yang mana terdapat pada scane wanita yang mengatakan pada ilmuan Tn. Verbeek mengenai adanya roh gunung yang terlepas lalu memecah belah daratan dan menenggelamkannya kelaut serta menghancurkan manusia. dan mitos ini terdapat pula pada bagian ketika menampilkan pewayangan yang menceritakan kemarahan roh gunung, serta awak kapal yang meyakini bahwa bencana terjadi karena adanya roh jahat yang ingin menenggelamkan kapal yang sedang berlayar.
2). Logika : secara logika tanda-tanda yang muncul dari bencana gunung krakatau sebenarnya sudah dirasakan oleh Ny. Johanna istri dari Tn. Beijerincks yaitu dengan firasatnya yang tidak baik karna merasakan hal yang mengerikan akan terjadi, serta didikung pula dengan hal-hal yang terjadi disekitarnya yaitu ia melihat hewan-hewan bertingkah aneh, menjerit, ayam yang tidak bertelur, kera-kera dan burung tidak tinggal dipohon dan gempa yang terus menerus terjadi. sehingga dari hal tersebut ia berasumsi hal yang mengerikan akan terjadi dan pada kenyataannya hal tersebut benar-benar terjadi.
3). Pengamatan : sumber pengetahuan berikutnya dalam film Krakatau The Last Days adalah pengamatan yang dilakukan oleh seorang ilmuan yang bernama Rogier Verbeek, beliau datang pada mei 1883 setelah mendengar laporan tentang aktivitas gunung api krakatau, beliau mengamati dari setiap kejadian yang terjadi pada krakatau, beliau juga meneliti batu apung yang dimiliki oleh josef anak dari Tn. Schuits yang menunggu menara dan batu apung tersebut diteliti apakah sama dengan batu apung yang ditemukan pada kejadian letusan gunung tambora, selain itu ia juga mengamati dan mengukur tinggi awan abu menggunakan matematika dasar, serta membaca buku-buku mengenai geologi dan gunung api dan juga mempelajari konstruksi area krakatau.
2. secara epistemologis terbangunnya ilmu pengetahuan tentang Vulkanologi itu dibangun oleh dua hal yaitu dari logika dan pengamatan mereka yang benar-benar mngalaminya pada saat itu dan menjadi saksi mata dalam setiap kejadian. yang mana hal tersebut dapat diuji validitas kebenarannya Dan dengan adanya catatan rinci saksi mata dari seluruh siklus letusan gunung krakatau yang di tulis oleh ilmuan Rogier Verbeek tersebut maka muncullah ilmu pengetahuan baru yaitu Vulkanologi modrn yang masih digunakan hingga saat ini.
3. sikap dari perempuan dan laki-laki secara ontologis dan empiris yaitu perempuan memiliki sikap lebih khawatir dan lebih peka, mereka juga percaya pada mitos dan juga logika mereka sendiri dengan mengamati hal-hal yang aneh di sekelilingnya sedangkan laki-laki lebih acuh tidak mempercayai mitos dan mereka juga memiliki sikap yang lebih santai dibandingkan perempuan karena para lelaki beranggapan mereka berada diposisi yang aman karna jarak daratan dengan krakatau yaitu 30 mil.
Siti Mulyani
Setelah menyimak dan menonton film “Krakatoa: The Last Days”
bahwa dapat disimpulkan
1. Dari segi perspektif ontologis, film ini memiliki 3 macam sudut pandang:
a. mitos : dimana masyarakat sekitar mempercayai arwah-arwah pegunungan, yang telah lama berada didalam gunung, saat arawah-arwah tersebut keluar dari dalam gunung angin akan menghembuskan angin kencang, dan laut akan meraung sehingga akan memecah belah daratan dan membanjiri daratan, kisah ini di anut dari buku raja-raja dan cerita rakyat setempat.
b. Logika : menurut sudut pandang logika, sesuatu hal yang buruk akan terjadi dengan menalar beberapa kejadian-kejadian yang sedang berlangsung seperti seringnya gempa yang semakin hari semakin parah getarannya, sifat dan prilaku hewan yang tidak wajar contohnya ayam tidak bertelur, kera-kera dan burung-burung tidak ada di pohonya, insting seekor anjing yang lari kedataran lebih tinggi. menandakan seakan-akan sesuatu yang buruk akan terjadi.
c. Pengamatan : dari sudut pandang pengamatan seorang ilmuan Rogier Verbeek. Ia mendapat laporan aktivitas gunung merapi krakatoa lalu mengumpulkan berbagai sampel seperti batu apung yang ia peroleh dari anak yang tinggal di marcesuar tepi pantai, mengamati letusan dan kepulan asap asap yang selalu dikeluarkan dari gunung krakatoa, hingga terjadinya letusan dasyat yang meluluhlantakan pemukiman di sekitar gunung krakatoa
2. karya Rogier Verbeek tentang Krakatoa menjadi dasar dari vulkanologi, yang memberi ilmuan catatan rinci saksi mata dari seluruh siklus letusan untuk pertama kali dalam sejarah.
3. sikap laki-laki dalam tanda-tanda bencana gunung krakatau, tidak percaya adanya mitos, bersifat rasionalisme dan mereka melogikakan bahwa gunung krakatau jaraknya cukup jauh dari daratan selain itu terbentang atau terhalang oleh lautan sehingga berasumsi tidak akan terjadi apa-apa atau tidak akan mengimbas kedaratan.
sikap perempuan dalam tanda-tanda bencana gunung krakatau. mempercayai adanya mitos, melogikakan setiap kejadian-kejadian sehingga menimbulkan perasaan cemas, khawatir, panik dan takut terjadi sesuatu hal yang buruk akan datang.
Siti Mulyani
Nama : Siti Mulyani
Nim : 2310101199
Kelas : LJ1 alih jalur S1 Kebidanan
Setelah menyimak dan menonton film “Krakatoa: The Last Days”
bahwa dapat disimpulkan
1. Dari segi perspektif ontologis, film ini memiliki 3 macam sudut pandang:
a. mitos : dimana masyarakat sekitar mempercayai arwah-arwah pegunungan, yang telah lama berada didalam gunung, saat arawah-arwah tersebut keluar dari dalam gunung angin akan menghembuskan angin kencang, dan laut akan meraung sehingga akan memecah belah daratan dan membanjiri daratan, kisah ini di anut dari buku raja-raja dan cerita rakyat setempat.
b. Logika : menurut sudut pandang logika, sesuatu hal yang buruk akan terjadi dengan menalar beberapa kejadian-kejadian yang sedang berlangsung seperti seringnya gempa yang semakin hari semakin parah getarannya, sifat dan prilaku hewan yang tidak wajar contohnya ayam tidak bertelur, kera-kera dan burung-burung tidak ada di pohonya, insting seekor anjing yang lari kedataran lebih tinggi. menandakan seakan-akan sesuatu yang buruk akan terjadi.
c. Pengamatan : dari sudut pandang pengamatan seorang ilmuan Rogier Verbeek. Ia mendapat laporan aktivitas gunung merapi krakatoa lalu mengumpulkan berbagai sampel seperti batu apung yang ia peroleh dari anak yang tinggal di marcesuar tepi pantai, mengamati letusan dan kepulan asap asap yang selalu dikeluarkan dari gunung krakatoa, hingga terjadinya letusan dasyat yang meluluhlantakan pemukiman di sekitar gunung krakatoa
2. karya Rogier Verbeek tentang Krakatoa menjadi dasar dari vulkanologi, yang memberi ilmuan catatan rinci saksi mata dari seluruh siklus letusan untuk pertama kali dalam sejarah.
3. sikap laki-laki dalam tanda-tanda bencana gunung krakatau, tidak percaya adanya mitos, bersifat rasionalisme dan mereka melogikakan bahwa gunung krakatau jaraknya cukup jauh dari daratan selain itu terbentang atau terhalang oleh lautan sehingga berasumsi tidak akan terjadi apa-apa atau tidak akan mengimbas kedaratan.
sikap perempuan dalam tanda-tanda bencana gunung krakatau. mempercayai adanya mitos, melogikakan setiap kejadian-kejadian sehingga menimbulkan perasaan cemas, khawatir, panik dan takut terjadi sesuatu hal yang buruk akan datang.
Greseyla Engeline Mantouw_2310101223
1. Dari Perspektif Ontologis bencana gunung Krakatau di lihat dari ontologi ralisme dimana adanya peningkatan gempah bumi, erupsi gas vulkanik. Sedangkangkan pada Ontologi Kepercayaan Spiritual, tanda-tanda bencana gunung krakatau mungkin dihubungkan dengan kekuatan gaib atau entitas spiritual yang mempengaruhi alam dan manusia seperti, manusia berspekulasi bahwa ini merupakan amukan para dewa dan yang maha esa. Dan pada Ontologi Naturalisme tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau dijelaskan sebagai bagian dari alam semesta dan proses alamiah. Tanda-tanda tersebut dianggap sebagai manifestasi dari proses alamiah yang dapat diamati dan diukur.
2. Dalam perspektif epistemologi, kita dapat melihat bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi dan pemahaman tentang bencana gunung Krakatau telah berkembang melalui pengalaman manusia. Pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung Krakatau memberikan landasan empiris bagi ilmu vulkanologi. Melalui pengamatan langsung terhadap letusan dan aktivitas vulkanik, pengamat pertama kali mengumpulkan data tentang fenomena vulkanik, seperti aliran piroklastik, debu vulkanik, dan aktivitas seismik. Berdasarkan data dan penelitian empiris, ilmuwan vulkanologi telah mengembangkan teori dan model matematika yang menjelaskan perilaku gunung berapi. Ini termasuk model peringatan dini untuk bencana vulkanik, pemahaman tentang letusan eksplosif, dan penentuan tanda-tanda awal aktivitas vulkanik.
3. Bentuk pandangan laki-laki dan perempuan terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau dapat dipengaruhi oleh perspektif ontologis dan epistemologis mereka.
-Dari Perspektif Ontologis : Dalam pandangan ontologis realis, tanda-tanda bencana gunung Krakatau dianggap sebagai keberadaan obyektif yang tidak tergantung pada persepsi subyektif. Laki-laki dan perempuan bisa mempunyai pendapat yang sama tentang tanda-tanda tersebut, yakni sebagai tanda-tanda alam semesta itu nyata.
Sedangkan Dalam pandangan ontologis konstruktivis, tanda-tanda bencana gunung Krakatau dianggap sebagai konstruksi sosial yang mempengaruhi budaya dan penafsiran manusia. Laki-laki dan perempuan mungkin berbeda pendapat berdasarkan nilai-nilai sosial dan budaya yang mempengaruhi persepsi mereka terhadap tanda-tanda bencana.
– Dari Perspektif Epistemologis: Baik pria maupun wanita bisa memahami tanda-tanda bencana gunung berapi Krakatau berdasarkan pengamatan empiris dan pengalaman pribadi. Mereka dapat memahami tanda-tanda tersebut melalui pengamatan langsung terhadap gunung berapi atau pengalaman masa lalu.
Sedangkan Epistemologi Kepercayaan dan Mitos baik laki-laki maupun perempuan, mungkin memiliki pendekatan berdasarkan keyakinan spiritual atau mitos. Mereka mungkin menginterpretasikan tanda-tanda tersebut dalam konteks kepercayaan dan mitos kultural yang ada dalam masyarakat mereka.
Dan pada Epistemologi sosial mempertimbangkan bagaimana pengetahuan dipengaruhi oleh interaksi sosial. Laki-laki dan perempuan dapat mendapatkan pengetahuan tentang tanda-tanda bencana melalui interaksi dengan kelompok sosial mereka. Misalnya, dalam masyarakat tertentu, perempuan mungkin memiliki peran khusus dalam pengamatan tanda-tanda vulkanik, sementara laki-laki memiliki peran yang berbeda.
Terima Kasih
NAMA : Greseyla Engeline Mantouw
NIM : 2310101223
SUKMAWATI
FILSAFAT ILMU
Nama : Sukmawati
Nim : 2310101187
SOAL
1. Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau!
Dimulai pada 26 Agustus 1883. Pulau Gunung Api Kecil Krakatau meletus hebat salah satu bencana alam terbesar dalam sejarah. Kurang dari 48 jam, gunung itu menghancurkan ratusan kota dan desa, serta menewaskan lebih dari 36.000 orang.
Ombak sekitar 40 meter Menghancurkan seluruh garis pantai, kota dan desa. Ribuan orang tewas.. Gunung runtuh melepas hembusan longsor, abu, dan batu terakhir. Di mana akan terlihat gunung bertemu air, Abu, gas, dan batu memanaskan hingga lebih dari 500 derajat celcius, merambah sepanjang laut menuju pulau-pulau di Sumatera Selatan.
Air laut menjadi surut dari biasanya. Ikan-ikan terdampar di pinggir pantai. Pada saat itu datanglah tsunami Warga berlarian menyelamatkan diri. Beralih ke Rogier Verbeek, pada 1883 ia mengunjungi keluarga Schuiit yang tinggal dan bekerja di mercusuar setelah terjadi peningkatan aktifitas vulkanik Gunung Krakatau. Seorang anak laki-laki bernama Josef memperlihatkan temuannya yakni batu apung. Josef mengatakan, dia menemukannya di pantai. Namun Rogier tidak menyadari bahwa batu apung yang ditemukan Josef merupakan pertanda bahaya.
2. Jika dilihat dari perspektif epistemologis, bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
Karya Rogier Verbeek tentang Krakatau juga menjadi dasar vulkanologi modern. Yang memberi ilmuwan catatan rinci saksi mata dari seluruh siklus letusan untuk pertama kali dalam sejarah. Letusan itu memiliki dampak sangat jauh. 20 juta ton belerang dilepas ke atmosfer yang menyebabkan pandangan senja luar biasa di seluruh planet.
Bahkan hingga menurunkan suhu global hingga abad 20. Krakatau itu sendiri nyaris tak tersisa apa-apa. Batu keras 12 mil persegi telah lenyap di udara dalam 40 jam. Gunung secara harfiah telah meledakkan dirinya hingga hancur. Tapi pada 1927, 300 meter di bawah Selat Sunda, gunung itu meletus lagi.
Seperti yang diramalkan Verbeek dalam tulisannya. Gunung baru akan terbentuk dengan kecepatan 5 meter pertahun. Orang Indonesia menyebut ini Anak Krakatau. Kini jutaan orang hidup dalam pandangannya, dan masih terus tumbuh.
3. Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau?
Laki – laki sering menggunakan logika dan mempunyai firasat ketika melihat sesuatu yang akan terjadi, menerima semua resiko
Perempuan cenderung menggunakan firasat, memliki rasa takut dan khawatir lebih tinggi
Laki – laki sering menggunakan logika dan firasat ketika melihat sesuatu yang akan terjadi, dan menerima semua resiko berusaha tidak panik tetapi tetap mencari tahu apa sedang terjadi. Laki-laki cenderung menggunakan akal pikiran atau logika dalam menghadapi suatu masalah, bencana yang terjadi bahkan bisa dijadikan cara untuk mencari uang/keuntungan.
Perempuan cenderung menggunakan firasat, memiliki rasa takut dan khawatir lebih tinggi, perempuan mempercayai bahwa firasatnya selalu benar tentang apa yang akan terjadi. Perempuan tidak akan berhenti memikirkan tanda-tanda bencana tersebut karena ia sudah yakin dengan firasatnya bahwa akan terjadi bencana. Pikiran perempuan juga biasanya lebih mudah untuk mempercayai mitos dan tahayul. Contohnya mitos kera-kera dan burung tidak tinggal dipohon, ayam tidak bertelur dianggap akan terjadi bencana.
Nahda Husen
Nama : Nahda Husen
Nim : 2310101221
kelas : LJ 2
1. Dilihat dari perspektif ontologis, pengetahuan ontologis yang berkembang ditandai dengan peningkatan gempa bumi, perubahan aktivitas vulkanik, aktivitas fumarola, dan perumbahan bentuk permukaan bawah. selain itu adanya peningkatan suhu dan kelembaban di sekitar gunung krakatau dapat menjadi indikasi akan terjadinya bencana gunung krakatau.
2. Dilihat dari perspektif epistemologis, ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung krakatau melalui pemahaman empiris dan observasi terhadap fenomena vulkanik serta penelitian ilmiah yang menggali lebih dalam tentang proses yang terjadi di balik bencana gunung krakatau tersebut.
3. Laki-laki dan perempuan dapat bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung krakatu dengan perspektif ontologis dan epistemologis yang berbeda. secara ontologis mereka bisa melihat tanda-tanda bencana sebagai manifestasi dari kekuatan alam yang kuat dan tak terelakan. mereka mungkin percaya bahwa bencana tersebut adalah bagain dari siklus alam.
Farkhatun Nailiyah - 2310101192
1. Jika kita ingin melihatnya dari perspektif ontologis, kita dapat mencermati beberapa aspek pengetahuan ontologis yang berkembang seputar tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau:
Geologi Vulkanik: Dalam film ini, kemungkinan tanda-tanda awal bencana termasuk gempa bumi, aktivitas vulkanik meningkat, serta perubahan bentuk dan struktur gunung berapi. Pengetahuan ontologis tentang geologi vulkanik memberikan wawasan tentang bagaimana gunung berapi menunjukkan tanda-tanda aktivitas yang meningkat sebelum meletus.
Sensor dan Pengamatan Geofisika: Sensor modern dan teknologi pengamatan geofisika memungkinkan para ilmuwan untuk memonitor aktivitas gunung berapi secara real-time. Dalam konteks ini, pengetahuan ontologis mencakup penggunaan seismometer, termometer, dan perangkat pemantauan gas vulkanik untuk mengidentifikasi tanda-tanda awal aktivitas vulkanik yang meningkat.
Pengetahuan tentang Tsunami: Aktivitas vulkanik di bawah laut dapat menyebabkan tsunami. Studi ontologis tentang tsunamis melibatkan pemahaman tentang bagaimana perubahan bentuk dasar laut, terutama akibat letusan gunung berapi, dapat memicu gelombang besar yang mengakibatkan kerusakan besar di pesisir.
Pemahaman tentang Efek Lingkungan dan Sosial: Pengetahuan ontologis juga mencakup dampak sosial dan lingkungan dari letusan gunung berapi. Ini mencakup pemahaman tentang bagaimana masyarakat dapat dipersiapkan dan melindungi diri dari bencana, serta bagaimana lingkungan alami dapat pulih setelah letusan.
Kajian Sejarah Letusan Gunung Krakatau: Para ilmuwan telah mempelajari catatan sejarah letusan gunung Krakatau pada tahun 1883 untuk mendapatkan wawasan tentang tanda-tanda awal dan perkembangan letusan besar. Pengetahuan ontologis ini melibatkan analisis catatan historis, geologi, dan arkeologi untuk memahami skala dan dampak letusan tersebut.
Dengan memahami aspek-aspek ontologis ini, ilmuwan dan peneliti dapat mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang aktivitas vulkanik dan bencana alam yang terkait dengannya, serta membantu masyarakat mempersiapkan diri menghadapi potensi ancaman tersebut.
2. Perspektif epistemologis mengacu pada cara pengetahuan diperoleh dan dibangun dalam ilmu pengetahuan. Dalam kasus vulkanologi, pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau pada film “Krakatoa: The Last Day” tidaklah cukup untuk membentuk ilmu pengetahuan tentang vulkanologi. Meskipun film tersebut dapat memberikan gambaran visual dan emosional tentang kehancuran yang disebabkan oleh letusan gunung berapi, ilmu pengetahuan vulkanologi dibangun melalui metode ilmiah yang melibatkan observasi, eksperimen, analisis data, dan teori ilmiah.
Ilmu pengetahuan vulkanologi berkembang melalui pengamatan ilmiah langsung terhadap gunung berapi, analisis batuan dan material vulkanik, serta pemahaman terhadap proses-proses geologi yang terlibat dalam letusan gunung berapi. Peneliti vulkanologi melakukan penelitian lapangan, menganalisis sampel batuan dan gas vulkanik, memonitor aktivitas seismik, dan mengembangkan model matematika untuk memahami perilaku gunung berapi.
Walaupun pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung berapi dapat memberikan wawasan tentang dampak sosial dan psikologis dari letusan, ilmu pengetahuan vulkanologi yang solid dibangun melalui pengamatan dan analisis ilmiah yang cermat. Film “Krakatoa: The Last Day” dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang potensi bahaya letusan gunung berapi, tetapi untuk memahami ilmu pengetahuan vulkanologi dengan mendalam, diperlukan pendekatan ilmiah yang sistematis dan teruji.
3. Ontologi adalah studi tentang keberadaan dan hakikat realitas, sementara epistemologi adalah studi tentang pengetahuan dan cara manusia memahami dunia. Dalam konteks film “Krakatoa: The Last Day”, kita dapat mempertimbangkan bagaimana laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau dari perspektif ontologis dan epistemologis.
Dari Perspektif Ontologis:
Dalam ontologi, pertanyaan mendasar adalah tentang keberadaan dan hakikat realitas. Bencana alam seperti letusan gunung Krakatau adalah fenomena alam yang eksis di dunia nyata. Dari sudut pandang ontologis, tidak ada perbedaan intrinsik antara cara laki-laki dan perempuan merasakan keberadaan bencana ini. Mereka berdua menghadapi ancaman yang sama terhadap keberadaan dan keselamatan mereka. Letusan gunung Krakatau adalah fenomena objektif yang dapat mempengaruhi semua manusia tanpa memandang jenis kelamin mereka. Ontologisnya, bencana alam adalah realitas yang dapat dirasakan oleh semua manusia tanpa memandang jenis kelamin.
Dari Perspektif Epistemologis:
Dari sudut pandang epistemologis, yaitu pengetahuan dan cara manusia memahami dunia, laki-laki dan perempuan mungkin memiliki pendekatan yang berbeda terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau. Epistemologi mencakup bagaimana pengetahuan diperoleh, disimpan, dan digunakan oleh manusia.
Laki-laki dan perempuan mungkin memiliki pengetahuan yang berbeda tentang tanda-tanda bencana ini berdasarkan pengalaman, pelatihan, atau pengetahuan sebelumnya. Misalnya, seorang ilmuwan atau ahli geologi mungkin memiliki pengetahuan mendalam tentang tanda-tanda letusan gunung berdasarkan penelitian ilmiah, sementara masyarakat umum mungkin memiliki pengetahuan yang lebih terbatas.
Dari sudut pandang epistemologis, film “Krakatoa: The Last Day” dapat memperlihatkan bagaimana orang mencari pengetahuan tentang tanda-tanda bencana ini, bagaimana informasi disampaikan kepada masyarakat, dan bagaimana pengetahuan ini mempengaruhi keputusan dan tindakan mereka dalam menghadapi bencana alam tersebut.
Penting untuk diingat bahwa respon terhadap bencana alam adalah kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pengetahuan, budaya, dan konteks sosial. Kedua jenis kelamin, meskipun mungkin memiliki perspektif yang berbeda, sama-sama dapat mengambil tindakan yang penting dalam menghadapi tanda-tanda bencana gunung Krakatau atau bencana alam lainnya.
Emi Laksmi Zahara
1. Pengetahuan ontologis yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung krakatau adalah pengamatan dan mitos. Dimana pengamatan yang di maksud adalah manusia mengamati indikasi objektif dari aktivitas gunung merapi seperti, peningkatan gempa bumi, perubahan bentuk gunung, atau emisi gas vulkanik. Kemudian yang kedua yaitu mitos, dimana masyarakat tersebut percaya bahwa terjadinya tanda-tanda akan munculnya bencana gunung krakatau karena ada roh jahat yang sedang marah yang berada di bawah gunung sehingga terjadinya gempa bumi.
2. Ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pemikiran empirisme yaitu penalaran secara induktivisme, dimana pengetahuan manusia diproleh dari pengamatan panca indra secara langsung tentang bencana gunung krakatau, setelah manusia mengamati langsung menggunakan panca indra, manusia membuat kesimpulan tentang fakta yang sudah terjadi yaitu tentang bencana gunung krakatau dan dari kesimpulan tersebut manusia menciptakan teori tentang vulkanologi.
3. Pandangan laki-laki dan perempuan tentang tanda-tanda bencana gunung krakatau :
a. Dari segi ontologi tentang tanda-tanda gunung krakatau yaitu Baik laki-laki maupun perempuan memiliki pandangan yang serupa tentang tanda-tanda tersebut yaitu sebagai gejala alam semesta yang ada secara objektif.
b. Dari segi epistemologi laki-laki dan perempuan memiliki pemikiran yang berbeda dimana laki-laki memiliki pemikiran rasionalisme yaitu laki-laki lebih berfokus pada pikiran teori bahwa tanda-tanda yang muncul adalah tanda-tanda gejala alam biasa. Sedangkan perempuan memiliki pemikiran empirisme yaitu perempuan mengamati dengan panca indra bahwa tanda-tanda seperti gempa bumi dan perilaku hewan yang tidak biasa adalah tanda-tanda akan adanya bencana yang terjadi.
Dewi Lestari _2310101244
1. perkembangan pengetahuan ontologis tentang tanda tanda bencana gunung krakatau di antaranya :Aktivitas gunung Krakatau seperti terjadi gempa berulang -ulang , abu vulkanik muncul sekitar 20 jam lamannya, air laut surut secara tiba-tiba ,dan terjadinya tsunami lalu di susul dengan letusan gunung Krakatau.
2. Menurut perspektif epistemologis ledakan gunung krakatau itu adalah isyarat jauh dibawah bumi magma sedang mencari jalan ke permukaan hanya soal waktu sebelum keluar, ilmuan mengukur 100 ml krakatau memberi / mengambil 5280 kaki pada 5320 itu berarti hampir setinggi 5 ml, ilmuan membandingkan batu apung dengan batu tambora karna batu tambora kawahnya selebar 4 mil sedangkan krakatau hanya memiliki 2 kawah dan 3 kawah krakatau terus mengeluarkan uap selama mei hingga juni, asapnya menimbulkan warna biru dan hijau terkena matahari, asap di anggap tidak berbahaya oleh penduduk dikarenakan penduduk percaya dengan roh pegunungan bahwa sebelumnya pernah terjadi letusan dan ilmuan menanggapi jika sebelumnya pernah terjadi letusan maka jika kali ini terjadi letusan kembali diperkirakan letusan ini akan sangat dasyat dan akan menghancurkan seluruh pantai.
3.Laki -laki dan perempuan mungkin menyikapi tanda -tanda bencana gunung Krakatau dengan prespektif ontologis dan epistemologis yang berbeda, di antaranya laki -laki lebih menggunakan pikiran jika hal tersebut yaitu ledakan gunung Krakatau tidak akan sampai ke daerah tempat tinggalnya karena jarak dari gunung Krakatau ke daerah tersebut, Sedangkan perempuan lebih menggunakan perasaan atau naluri jika akan terjadi bencana alam dengan tanda hewan bertingkah aneh ,kera dan burung tidak tinggal di pohon, dan ayam tidak bertelur serta turunnya abu vulkanik di anggap merupakan tanda akan terjadinya bencana letusan gunung Krakatau.
Maratussaada 2310101184
1. Perkembangan pengetahuan ontologis tentang tanda-tanda bencana gunung krakatau diantaranya aktivitas gunung krakatau seperti terjadi gempa berulang, abu vulkanik muncul sekitar 20 jam lamanya, air laut surut secara tiba-tiba, dan terjadinya tsunami lalu disusul dengan letusan gunung krakatau
2. Menurut perspektif epistemologis ledakan gunung krakatau itu adalah isyarat jauh dibawah bumi magma sedang mencari jalan ke permukaan hanya soal waktu sebelum keluar, ilmuan mengukur 100 ml krakatau memberi atau mengambil 5280 kaki pada 5320 itu berarti hampir setinggi 5 ml, ilmuan membandingkan batu apung dengan batu tambora karna batu tambora kawahnya selebar 4 mil sedangkan krakatau hanya memiliki 2 kawah dan 3 kawah krakatau terus mengeluarkan uap selama mei hingga juni, asapnya menimbulkan warna biru dan hijau terkena matahari, asap di anggap tidak berbahaya oleh penduduk dikarenakan penduduk percaya dengan roh pegunungan bahwa sebelumnya pernah terjadi letusan dan ilmuan menanggapi jika sebelumnya pernah terjadi letusan maka jika kali ini terjadi letusan kembali diperkirakan letusan ini akan sangat dasyat dan akan menghancurkan seluruh pantai.
3. Laki-laki dan perempuan mungkin menyikapi tanda-tanda bencana gunung krakatau dengan perspektif ontogis dan epistemologis yang berbeda diantaranya, laki-laki lebih menggukan pikiran jika hal tersebut yaitu ledakan gunung krakatau tidak akan sampai ke daerah tempat tinggalnya karena jarak dari gunung krakatau ke daerah tersebut, sedangkan perempuan lebih menggunakan perasaan atau naluri jika akan terjadi bencana gunung meletus dengan tanda hewan-hewan bertingkah aneh, kera dan burung tidak tinggal di pohon dan ayam tidak bertelur serta turunnya abu vulkanik dianggap merupakan tanda akan terjadinya bencana letusan gunung krakatau.
Putri Uszwatun Hasanah _ 2310101172
Jawaban :
a. perkembangan pengetahuan ontologis tentang tanda – tanda bencana gunung krakatau di anataranya : – aktifitas gunung krakatau seperti terjadi gempa berulang, abu vulkanik muncul sekitar 20 jam lamanya, air laut surut secara tiba tiba dan terjadinya tsunami, lalu disusul dengan letusan gunung krakatau.
b. menurut perspektif epistemologis ledakan gunung krakatau itu adalah isyarat jauh dibawah bumi magma sedang mencari jalan ke permukaan hanya soal waktu sebelum keluar, ilmuan mengukur 100 ml krakatau memberi / mengambil 5280 kaki pada 5320 itu berarti hampir setinggi 5 ml, ilmuan membandingkan batu apung dengan batu tambora karna batu tambora kawahnya selebar 4 mil sedangkan krakatau hanya memiliki 2 kawah dan 3 kawah krakatau terus mengeluarkan uap selama mei hingga juni, asapnya menimbulkan warna biru dan hijau terkena matahari, asap di anggap tidak berbahaya oleh penduduk dikarenakan penduduk percaya dengan roh pegunungan bahwa sebelumnya pernah terjadi letusan dan ilmuan menanggapi jika sebelumnya pernah terjadi letusan maka jika kali ini terjadi letusan kembali diperkirakan letusan ini akan sangat dasyat dan akan menghancurkan seluruh pantai.
c. laki – laki dan perempuan mungkin menyikapi tanda – tanda bencana gunung krakatau dengan perspektif ontologis dan epistemologis yang berbeda, di antaranya laki laki lebih menggunakan pikiran jika hal tersebut yaitu ledakan gunung krakatau tidak akan sampai ke daerah tempat tinggal nya karna jarak dari gunung krakatau ke daerah tersebut, sedangakan perempuan lebih menggunakan perasaan atau naluri jika akan terjadi bencana alam dengan tanda hewan bertingkah aneh, kera dan burung tidak tinggal di pohon,dan ayam tidak bertelur serta turunnya abu vulkanik di anggap merupakan tanda akan terjadinya bencana letusan gunung krakatau.
Ely Evtiasari_2310101205
• perkembangan pengetahuan ontologis tentang tanda-tanda bencana gunung krakatau diantaranya aktivitas gunung krakatau seperti terjadi gempa berulang, abu vulkanik muncul sekitar 20 jam lamanya, air laut surut secara tiba-tiba, dan terjadinya tsunami lalu disusul dengan letusan gunung krakatau
•menurut perspektif epistemologis ledakan gunung krakatau itu adalah isyarat jauh dibawah bumi magma sedang mencari jalan ke permukaan hanya soal waktu sebelum keluar, ilmuan mengukur 100 ml krakatau memberi / mengambil 5280 kaki pada 5320 itu berarti hampir setinggi 5 ml, ilmuan membandingkan batu apung dengan batu tambora karna batu tambora kawahnya selebar 4 mil sedangkan krakatau hanya memiliki 2 kawah dan 3 kawah krakatau terus mengeluarkan uap selama mei hingga juni, asapnya menimbulkan warna biru dan hijau terkena matahari, asap di anggap tidak berbahaya oleh penduduk dikarenakan penduduk percaya dengan roh pegunungan bahwa sebelumnya pernah terjadi letusan dan ilmuan menanggapi jika sebelumnya pernah terjadi letusan maka jika kali ini terjadi letusan kembali diperkirakan letusan ini akan sangat dasyat dan akan menghancurkan seluruh pantai.
•laki-laki dan perempuan mungkin menyikapi tanda-tanda bencana gunung krakatau dengan perspektif ontogis dan epistemologis yang berbeda diantaranya, laki-laki lebih menggukan pikiran jika hal tersebut yaitu ledakan gunung krakatau tidak akan sampai ke daerah tempat tinggalnya karena jarak dari gunung krakatau ke daerah tersebut, sedangkan perempuan lebih menggunakan perasaan atau naluri jika akan terjadi bencana gunung meletus dengan tanda hewan-hewan bertingkah aneh, kera dan burung tidak tinggal di pohon dan ayam tidak bertelur serta turunnya abu vulkanik dianggap merupakan tanda akan terjadinya bencana letusan gunung krakatau.
Wiwit Suprapti
1. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang diberikan segala kemampuan jasmani, rohani dan kemampuan berpikir yang menjadikan manusia berbeda dengan makhluk lainnya. Manusia juga makhluk yang sempurna dan yang pertama kali menggunakan bahasa. Sebagai makhluk yang mulia, manusia memiliki tiga keistimewaan dibandingkan dengan makhluk lainnya, keistimewaan tersebut diantaranya: memiliki penguasaan bahasa, memiliki kemampuan berpikir, dan kesempurnaan bentuk ragawi. Dengan keistimewaan tersebutlah manusia mendapatkan pengetahuan berdasarkan kemampuannya sebagai makhluk yang berpikir, merasa, dan mengindra,maka dari itu semua kejadian di muka bumi atas kehendak allah dari bencana alam yg terjadi termaksud bencana letusan gunung krakarau di sini kita dapat mengambil hikmah bahwa sesuatu dapat kita syukuri dan iklas dengan lapang ada.
2. Letusan gunung berapi diartikan sebagai terbukanya lapisan atas
bumi yang mengeluarkan lelehan atau batu yang mencair, debu, gas, dan
berbagai batuan lainnya. Cairan batuan panas (magma) ini akan mengalir
jauh ke dataran yang lebih rendah dan menghancurkan apa saja yang dilewatinya. Efek letusan gunung berapi yang besar dapat berbahaya dan menimbulkan kerusakan besar pula bagi mahkluk hidup, lingkungan, bangunan, dan sebagainya. Kerusakan dan perubahan lingkungan yang ditimbulkannya juga akan membutuhkan ,Gunung Anak Krakatau merupakan gunung yang cukup aktif dan
letusan gunung Krakatau 1883 merupakan bencana vulkanik terdahsyat
pada abad ke-19 setelah Gunung Tambora 1815 dan menjadi catatan
dalam sejarah vulkanik dunia. Letusan Krakatau 1883 menarik perhatian
para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu hingga saat ini, misalnya saja
dari bidang geologi, hidrologi, meteorologi, dan oseanografi, yang
memberikan kontribusi bagi wahana pemahaman peristiwa-peristiwa
bencana (Simkin & Fiske 1983: 15) dan wawasan baru dalam ilmu
pengetahuan ke depan.
Namun, bagaimanakah peristiwa letusan Krakatau 1883 tersebut
dan apa dampaknya bagi kehidupan sosial di Indonesia? Tulisan ini
hendak memaparkan dampak letusan gunung Krakatau 1883 bagi ekologi
dan penduduk di Banten, serta kaitannya dengan gerakan sosial di Banten
pada tahun 1888. Letusan besar Gunung Krakatau terjadi pada 26 dan 27 Agustus
1883. Saat itu, Krakatau yang mengeluarkan jutaan ton batu, debu, dan
magma, materialnya menutupi wilayah seluas 827.000 km². Pada hari
kedua, letusan Krakatau diikuti oleh gelombang besar tsunami yang
membawa material vulkanik berupa magma dan batu panas menghantam
pesisir Lampung dan Banten. Menurut Carey, Sigurdsson, Mandeville,
dan Bronto (2000), ombak piroklastis (pyroclastic),2
yang mengalir ke
laut dari pusat erupsi, menyebabkan letusan Krakatau adalah unik dan
berbahaya bagi daerah-daerah pantai di sekitarnya. Daya piroklatis
membuat energi tsunami menjadi besar dan sangat beresiko hingga jarak
yang cukup luas. Dari sini, peristiwa letusan Krakatau memberikan
pemahaman baru tentang fenomena ombak piroklatis dari sebuah letusan
gunung berapi di laut atau pantai, yaitu aliran piroklatis (yang terdiri dari
batuan panas mencair atau abu dan gas panas) bersama energi tsunami
mampu melintasi tubuh air laut dengan kecepatan tinggi. Gelombang
tsunami dari letusan Krakatau mencapai hingga Afrika atau meliputi
sekitar seperempat bumi. Sedangkan, suara letusan Krakatau mencapai
Srilangka dan Karachi di bagian barat; Perth dan Sydney di bagian timur.
3. laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau dengan adanya pirasat perspektif ontologis dan epistemologis yg terjadi
a. Tanda yang pertama
Terjadinya gempa lokal biasanya disebut gempa vulkanik. Kalau muncul gempa di daerah gunung berapi, warga pun harus segera waspada.
b. Tanda yang kedua
Banyak binatang yang turun dari gunung. Binatang tertentu dapat mendeteksi suatu getaran halus yang berhubungan dengan perubahan alam yang besar. Ternyata mereka punya firasat juga yah! Lihat aksi monyet dan burung yang langsung turun gunung saat Gunung Merapi akan meletus.
c. Tanda ketiga,
Meningkatnya suhu di sekitar daerah gunung berapi. Seperti yang terjadi pada Gunung Krakatau, suhu di di sekitar Jawa Barat menjadi lebih panas. Cairan magma yang terdapat di perut bumi sangat panas apalagi tekanan di daerah kawah gunung pun berubah jadi tinggi. Semakin dekat cairan itu menunju kawah gunung, suhu di sekitarnya pun akan berubah jadi lebih panas.
d. Tanda keempat,
Mata air di sekitar gunung akan mongering. Lihat tanda gunung akan meletus poin ketiga.
e. Tanda kelima,
Tumbuh-tumbuhan atau tanaman di wilayah gunung berapi akan layu dan mati kering.
Nah, kalau buat kamu yang tinggal di daerah gunung berapi, waspada yah, jika merasakan tanda-tanda alam di atas.
Hasil (Material) dari letusan gunung berapi, diantaranya adalah :
– Gas vulkanik
Gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas tersebut antara lain Karbonmonoksida (CO), Karbondioksida (CO2), Hidrogen Sulfide (H2S), Sulfurdioksida (S02), dan Nitrogen (NO2) yang dapat membahayahan manusia.
– Lava dan aliran pasir serta batu panas
Lava adalah cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari dalam Bumi ke permukaan melalui kawah. Lava encer akan mengalir mengikuti aliran sungai sedangkan lava kental akan membeku dekat dengan sumbernya. Lava yang membeku akan membentuk bermacam-macam batuan.
– Lahar
Lahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material lainnya. Lahar sangat berbahaya bagi penduduk di lereng gunung berapi.
– Abu letusan
Yakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan. Karena sangat halus, abu letusan dapat terbawa angin dan dirasakan sampai ratusan kilometer jauhnya.
– Awan panas
Yakni hasil letusan yang mengalir bergulung seperti awan. Di dalam gulungan ini terdapat batuan pijar yang panas dan material vulkanik padat dengan suhu lebih besar dari 600 °C. Awan panas (wedhus gembel) dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan juga dapat menyebabkan sesak napas.
Septianingsi E Saini
1. Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yg berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau
a. Ontologi adalah cabang filsafat yang mempertanyakan realitas dan eksistensi. Dalam konteks pengetahuan tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau, ontologi dapat memberikan berbagai pandangan tentang realitas yang mendasari pemahaman kita tentang bencana tersebut. Berikut beberapa konsep ontologis yang berkembang terkait dengan tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau:
b. Ontologi Realisme: Dalam perspektif ini, bencana gunung Krakatau dianggap sebagai entitas yang eksis secara objektif tanpa tergantung pada persepsi manusia. Tanda-tanda yang muncul sebelum bencana tersebut dapat dilihat sebagai indikasi objektif dari aktivitas gunung berapi yang sebenarnya, seperti peningkatan gempa bumi, perubahan bentuk gunung, atau emisi gas vulkanik.
c. Ontologi Konstruktivisme: Konsep ini berfokus pada peran manusia dalam memahami bencana. Tanda-tanda bencana gunung Krakatau mungkin dianggap sebagai konstruksi sosial yang terbentuk melalui pengamatan dan interpretasi manusia. Dalam hal ini, tanda-tanda bencana muncul sebagai hasil interaksi sosial dan budaya yang memengaruhi cara kita memahami dan merespons bencana.
d. Ontologi Subyektivisme: Dalam perspektif ini, pengetahuan tentang tanda-tanda bencana gunung Krakatau sangat subjektif dan bergantung pada pengalaman individu atau kelompok. Setiap orang atau komunitas mungkin memiliki interpretasi yang berbeda tentang tanda-tanda tersebut, yang didasarkan pada keyakinan, nilai, dan pengetahuan yang berbeda.
e. Ontologi Naturalisme: Dalam pandangan ini, tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau dijelaskan sebagai bagian dari alam semesta dan proses alamiah. Pengetahuan tentang tanda-tanda ini didasarkan pada pemahaman ilmiah tentang geologi, vulkanologi, dan seismologi. Tanda-tanda tersebut dianggap sebagai manifestasi dari proses alamiah yang dapat diamati dan diukur.
f. Ontologi Kepercayaan Spiritual: Beberapa komunitas mungkin memiliki keyakinan spiritual atau mitologi yang menyertai pemahaman mereka tentang tanda-tanda bencana gunung Krakatau. Dalam ontologi ini, tanda-tanda mungkin dihubungkan dengan kekuatan gaib atau entitas spiritual yang mempengaruhi alam dan manusia.
g. Dengan demikian, ontologi memainkan peran penting dalam membentuk pemahaman kita tentang tanda-tanda yang mungkin muncul sebelum bencana gunung Krakatau. Berbagai pandangan ontologis ini mencerminkan keragaman perspektif manusia terhadap realitas dan eksistensi, serta bagaimana kita menginterpretasikan dunia sekitar kita.
2. Jika dilihat dari perspektif epistemologis bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
a. Dalam perspektif epistemologi, kita dapat melihat bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi dan pemahaman tentang bencana gunung Krakatau telah berkembang melalui pengalaman manusia. Epistemologi berkaitan dengan bagaimana pengetahuan diperoleh, diorganisasi, dan diterapkan. Berikut adalah cara ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau:
b. Pengalaman Empiris: Pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung Krakatau memberikan landasan empiris bagi ilmu vulkanologi. Melalui pengamatan langsung terhadap letusan dan aktivitas vulkanik, pengamat pertama kali mengumpulkan data tentang fenomena vulkanik, seperti aliran piroklastik, debu vulkanik, dan aktivitas seismik.
c. Pemahaman Historis: Letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 menciptakan catatan sejarah yang sangat penting. Pengalaman manusia yang menghadapi letusan ini dan saksi mata memberikan laporan dan cerita yang menjadi dasar pemahaman tentang letusan besar gunung berapi.
d. Pengamatan Ilmiah: Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, pengamatan vulkanik menjadi lebih ilmiah. Ilmuwan vulkanologi menggunakan metode ilmiah yang ketat, seperti pengukuran seismik, pemantauan deformasi gunung, analisis gas vulkanik, dan penelitian geologi lapangan untuk mengumpulkan data yang akurat.
e. Penelitian dan Eksperimen: Ilmuwan vulkanologi melakukan penelitian eksperimental untuk memahami fenomena vulkanik secara lebih mendalam. Mereka membangun model gunung berapi dalam laboratorium, menganalisis sampel batuan vulkanik, dan melakukan percobaan untuk mengevaluasi dampak aktivitas vulkanik.
f. Pengembangan Teori dan Model: Berdasarkan data dan penelitian empiris, ilmuwan vulkanologi telah mengembangkan teori dan model matematika yang menjelaskan perilaku gunung berapi. Ini termasuk model peringatan dini untuk bencana vulkanik, pemahaman tentang letusan eksplosif, dan penentuan tanda-tanda awal aktivitas vulkanik.
g. Pengintegrasian Multi-Disiplin: Ilmu vulkanologi melibatkan berbagai disiplin ilmu, termasuk geologi, geofisika, kimia, dan meteorologi. Ini memungkinkan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang untuk memahami lebih baik kompleksitas gunung berapi.
h. Peran Pendidikan: Pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung Krakatau juga memotivasi pendidikan dan pelatihan dalam bidang vulkanologi. Ini menciptakan sumber daya manusia yang terlatih untuk mengelola risiko vulkanik dan memberikan peringatan dini.
Dengan demikian, epistemologi vulkanologi adalah hasil dari evolusi pengetahuan dan pemahaman manusia tentang gunung berapi yang diperoleh melalui pengalaman empiris, observasi ilmiah, penelitian, dan pembelajaran. Dalam hal ini, pengalaman manusia dengan bencana gunung Krakatau telah memainkan peran penting dalam pembentukan dan pengembangan ilmu vulkanologi.
3. Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau? jelaskan dari perspektif ontologis dan epistemologis
Bentuk pandangan laki-laki dan perempuan terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau dapat dipengaruhi oleh perspektif ontologis dan epistemologis mereka. Mari kita jelaskan perbedaannya dari kedua perspektif ini:
Dari Perspektif Ontologis:
a. Ontologi Realisme: Dalam pandangan ontologis realis, tanda-tanda bencana gunung Krakatau dianggap sebagai entitas objektif yang eksis tanpa tergantung pada pandangan subjektif. Baik laki-laki maupun perempuan dapat memiliki pandangan yang serupa tentang tanda-tanda tersebut, yaitu sebagai gejala alam semesta yang ada secara objektif.
b. Ontologi Konstruktivisme: Dalam pandangan ontologis konstruktivis, tanda-tanda bencana gunung Krakatau dianggap sebagai konstruksi sosial yang dipengaruhi oleh budaya dan interpretasi manusia. Laki-laki dan perempuan mungkin memiliki pandangan yang berbeda tergantung pada norma sosial dan budaya yang memengaruhi persepsi mereka terhadap tanda-tanda bencana.
Dari Perspektif Epistemologis:
a. Epistemologi Empiris: Baik laki-laki maupun perempuan mungkin mendekati pemahaman tanda-tanda bencana gunung Krakatau berdasarkan pengamatan empiris dan pengalaman pribadi. Mereka dapat memahami tanda-tanda ini melalui observasi langsung aktivitas gunung berapi atau pengalaman sebelumnya.
b. Epistemologi Sosial: Epistemologi sosial mempertimbangkan bagaimana pengetahuan dipengaruhi oleh interaksi sosial. Laki-laki dan perempuan dapat mendapatkan pengetahuan tentang tanda-tanda bencana melalui interaksi dengan kelompok sosial mereka. Misalnya, dalam masyarakat tertentu, perempuan mungkin memiliki peran khusus dalam pengamatan tanda-tanda vulkanik, sementara laki-laki memiliki peran yang berbeda.
c. Epistemologi Ilmiah: Baik laki-laki maupun perempuan dapat mendekati tanda-tanda bencana gunung Krakatau melalui metode ilmiah. Mereka dapat mengacu pada data geologi, vulkanologi, dan seismologi untuk memahami tanda-tanda tersebut.
d. Epistemologi Kepercayaan dan Mitos: Beberapa individu, baik laki-laki maupun perempuan, mungkin memiliki pendekatan berdasarkan keyakinan spiritual atau mitos. Mereka mungkin menginterpretasikan tanda-tanda tersebut dalam konteks kepercayaan dan mitos kultural yang ada dalam masyarakat mereka.
Penting untuk diingat bahwa pandangan individu terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau akan bervariasi berdasarkan latar belakang pribadi, budaya, pendidikan, dan pengalaman. Terlepas dari perbedaan ini, upaya kolaboratif dan komunikasi yang efektif antara laki-laki dan perempuan dalam menghadapi tanda-tanda bencana sangat penting untuk keamanan dan mitigasi risiko.
Rahma Alnodula
1. Jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau?
Tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau (ontologis) antara lain : Hewan-hewan gelisah/bertingkah aneh (Kera-kera dan burung tidak tinggal dipohon dan ayam tidak bertelur), kurang lebih 2 bulan terus mengeluarkan asap/uap (asapnya menimbulkan warna biru dan hijau terkena matahari), gempa yang semakin sering terjadi, muncul ledakan dari Krakatau, air laut surut dan terjadi tsunami.
2. Bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
Ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman korban krakatau yang selamat saat peristiwa tersebut yang dituangkan mereka dalam tulisan.
3. Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau? Jelaskan dari perspektif ontologis dan epistemologis!
Dari perspektif ontologi perempuan percaya pada keyakinan penduduk tentang gunung krakatau amat sangat berbahaya walaupun itu merupakan tahayul pada sebagain besar masyarakat. Lalu dari perspektif epistemologis perempuan lebih peka pada perubahan yang terjadi disekitarnya seperti perubahan yang terjadi pada hewan. Yang mendasari alasan kenapa perempuan memliki kecemasan pada hal-hal tidak biasa yang terjadi disekitarnya.
Dari perspektif ontologi laki-laki tidak mempercayai pada keyakinan penduduk dan menganggapnya hanya tahayul yang menyebar luas dilingkungan penduduk. Lalu dari perspektif epistemologis laki-laki laki-laki melihat dari penggukuran menggunakan matematika dasar, dari batu apung yang didapatnya dari anak kecil dan dari gambar geografi gunung Krakatau tersebut (Gunung Krakatau bukan 3 gunung yang berbeda, mereka 1 dengan 1 dapur magma yang sama). Laki-laki menagnggap hal-hal tidak wajar yang terjadi disekitarnya hanya hal biasa dan merasa semua akan tetap aman.
Niki Andika Wulan Sari_2310101176
1. Pengetahuan ontologis apa saja yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau.
a. Mitos
Johana dan istri Tokaya meyakini bahwa perubahan sikap pada hewan seperti kuda, kera, burung dan ayam merupakan tanda bahwa akan terjadi sesuatu karena dianggap hewan lebih mengerti gunung daripada manusia.
b. Agama
Willem percaya bahwa terjadinya gunung krakatau meletus karena Tuhan, dikutip dari kata-kata Willem saat semburan abu siap menerjang pondok di perkebunan bukit “Ku mohon Tuhan. Tidak”.
c. Akal Pikiran
Johanna mengatakan getaran/gempa semakin parah setiap harinya dan menurut Rogier ketinggian abu yang menyembur dari kawah yaitu hampir 5 mil serta terbentuk dari proses geologis rumit dari jutaan tahun lalu, sebelum manusia ada.
d. Pengamatan
Rogier Verbeek melakukan simulasi tentang gunung meletus dengan sebotol bir, dimana bir di dalam botol tertutup dan digoyangkan, sehingga terjadi tekanan di dalam botol dan memaksa gelembung untuk keluar dan akhirnya menyembur keluar botol, sama halnya magma yang ada didasar gunung jika ada tekanan maka akan menyemburkan abu dan batu.
.
2. Perspektif epistemologis tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau.
a. Empirisme
Warga masih menganggap wilayahnya aman walau sudah merasakan gempa yang terjadi selama berbulan-bulan.
b. Rasionalisme
Warga mulai gelisah ketika sudah diketahui bahwa gunung krakatau bukan 3 gunung melainkan 1 gunung dengan dapur magma yang besar, sehingga saat terjadi letusan akan mengakibatkan letusan yang amat besar.
c. Kritisme
Warga mulai pasrah setelah 20 jam dapur magma krakatau mengeluarkan abu dan batu. Gunung krakatau mulai runtuh, dimana terlihat gunung krakatau bertemu air, berjalan bagai gumpalan uap. Abu, gas dan batu memanaskan hingga > 500 derajat celcius yang merambah sepanjang laut menuju pulau-pulau Sumatera.
3. Cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau dari perspektif ontologis dan epistemologis.
a. Ontologis
– Mitos.
Willem menganggap bahwa perubahan sikap hewan hanyalah sebuah khayalan, sehingga dia tidak khawatir dengan adanya gempa yang terus-menerus.
.
– Agama
Tokaya yang mengikhlaskan keluarganya untuk mengungsi bersama temannya dan dia memilih menemani tuan dan keluarganya untuk mengungsi ke perkebunan bukit agar terhindar dari stunami susulan.
.
– Akal pikiran
Lindeman bersikap siaga dan berusaha menyelamatkan seluruh penumpang di dalam kapal dengan cara memutar kembali kapalnya menuju tengah laut, agar kapal tidak hancur di terjang ombak.
.
– Pengamatan
Jacob yang selalu waspada mengobservasi lampu di mercusuar untuk memantau keadaan gunung krakatau dan tidak mau mengungsi.
.
b. Epistemologi
– Empirisme
Verbeek meyakini masih aman dalam kondisi saat ini, sehingga Verbeek masih sibuk mengumpulkan sampel untuk membuktikan bahwa Gunung Krakatau aman.
.
– Rasionalisme
Menurut Verbeek dengan jarak daratan dan Gunung Krakatau 30 mil dianggap masih aman karena masih ada pembatas yaitu lautan.
Menurut Johanna rumah dengan jarak 25 mil dengan gunung Krakatau itu tidak aman dan lebih baik mengungsi ke Batavia atau Perkebunan Bukit.
.
– Kritisme
Untuk membuktikan bahwa gunung Krakatau aman, Verbeek dan Schuurman mencari literasi dari berbagai buku dan peta. Pada akhirnya ditemukan peta atau gambar yang memperlihatkan profil Gunung Krakatau yang curam dan dangkal tengahnya dan membuktikan bahwa gunung Krakatau bukan 3 gunung melainkan 1 gunung dengan dapur magma yang besar.
Sandiya Ferlina
Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau!
Film drama dokumenter tersebut dimulai dengan narasi 26 Agustus 1883. Pulau Gunung Api Kecil Krakatau meletus hebat. Hari itu menjadi salah satu bencana alam terbesar dalam sejarah. Kurang dari 48 jam, gunung itu menghancurkan ratusan kota dan desa, serta menewaskan lebih dari 36.000 orang.
Setelah 20 jam terus-menerus meletus, dapur magma Krakatau kosong, dengan ruang kosong, gunung mulai runtuh. Ledakan yang ditimbulkan amat besar hingga terdengar 3000 mil di Australia. Suara paling bising dalam sejarah. Jutaan ton abu dan batu apung bertumpah ke laut yang memicu tsunami dan lebih menghancurkan daripada apa yang terjadi sebelumnya.
Ombak setinggi lebih dari 40 meter. Mengangkat mercusuar dari pondasinya. Menghancurkan seluruh garis pantai, kota-kota dan desa. Tak ada yang dapat mereka lakukan. Ribuan orang tewas. Apa yang tidak mereka ketahui waktu itu adalah bahwa gunung punya senjata terakhir yang mengerikan. Gunung runtuh melepas hembusan longsor, abu, dan batu terakhir. Di mana akan terlihat gunung bertemu air, berjalan bagai gumpalan uap. Abu, gas, dan batu memanaskan hingga lebih dari 500 derajat celcius, merambah sepanjang laut menuju pulau-pulau di Sumatera Selatan.
Air laut menjadi lebih rendah dari biasanya. Ikan-ikan terdampar di pinggir pantai. Warga berlarian menyelamatkan diri. Beralih ke Rogier Verbeek, pada 1883 ia mengunjungi keluarga Schuiit yang tinggal dan bekerja di mercusuar setelah terjadi peningkatan aktifitas vulkanik Gunung Krakatau. Seorang anak laki-laki bernama Josef memperlihatkan temuannya yakni batu apung. Josef mengatakan, dia menemukannya di pantai. Namun Rogier tidak menyadari bahwa batu apung yang ditemukan Josef merupakan pertanda bahaya.
Jika dilihat dari perspektif epistemologis, bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
Karya Rogier Verbeek tentang Krakatau juga menjadi dasar vulkanologi modern. Yang memberi ilmuwan catatan rinci saksi mata dari seluruh siklus letusan untuk pertama kali dalam sejarah. Letusan itu memiliki dampak sangat jauh. 20 juta ton belerang dilepas ke atmosfer yang menyebabkan pandangan senja luar biasa di seluruh planet.
Bahkan hingga menurunkan suhu global hingga abad 20. Krakatau itu sendiri nyaris tak tersisa apa-apa. Batu keras 12 mil persegi telah lenyap di udara dalam 40 jam. Gunung secara harfiah telah meledakkan dirinya hingga hancur. Tapi pada 1927, 300 meter di bawah Selat Sunda, gunung itu meletus lagi.
Seperti yang diramalkan Verbeek dalam tulisannya. Gunung baru akan terbentuk dengan kecepatan 5 meter pertahun. Orang Indonesia menyebut ini Anak Krakatau. Kini jutaan orang hidup dalam pandangannya, dan masih terus tumbuh.
Pemeriksaan setelah tahun 1930 grafik batimetrik dibuat pada 1919 menunjukkan bukti tonjolan indikatif dari magma dekat permukaan dapur, yang dikenal dengan Gunung Anak Krakatau.
Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau?
Laki – laki sering menggunakan logika dan firasat ketika melihat sesuatu yang akan terjadi, dan menerima semua resiko berusaha tidak panik tetapi tetap mencari tahu apa sedang terjadi. Laki-laki cenderung menggunakan akal pikiran atau logika dalam menghadapi suatu masalah, bencana yang terjadi bahkan bisa dijadikan cara untuk mencari uang/keuntungan.
Perempuan cenderung menggunakan firasat, memiliki rasa takut dan khawatir lebih tinggi, perempuan mempercayai bahwa firasatnya selalu benar tentang apa yang akan terjadi. Perempuan tidak akan berhenti memikirkan tanda-tanda bencana tersebut karena ia sudah yakin dengan firasatnya bahwa akan terjadi bencana. Pikiran perempuan juga biasanya lebih mudah untuk mempercayai mitos dan tahayul. Contohnya mitos kera-kera dan burung tidak tinggal dipohon, ayam tidak bertelur dianggap akan terjadi bencana.
Veven Seftian Helianti
FILSAFAT ILMU
SOAL
1. Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau!
Film drama dokumenter tersebut dimulai dengan narasi 26 Agustus 1883. Pulau Gunung Api Kecil Krakatau meletus hebat. Hari itu menjadi salah satu bencana alam terbesar dalam sejarah. Kurang dari 48 jam, gunung itu menghancurkan ratusan kota dan desa, serta menewaskan lebih dari 36.000 orang.
Setelah 20 jam terus-menerus meletus, dapur magma Krakatau kosong, dengan ruang kosong, gunung mulai runtuh. Ledakan yang ditimbulkan amat besar hingga terdengar 3000 mil di Australia. Suara paling bising dalam sejarah. Jutaan ton abu dan batu apung bertumpah ke laut yang memicu tsunami dan lebih menghancurkan daripada apa yang terjadi sebelumnya.
Ombak setinggi lebih dari 40 meter. Mengangkat mercusuar dari pondasinya. Menghancurkan seluruh garis pantai, kota-kota dan desa. Tak ada yang dapat mereka lakukan. Ribuan orang tewas. Apa yang tidak mereka ketahui waktu itu adalah bahwa gunung punya senjata terakhir yang mengerikan. Gunung runtuh melepas hembusan longsor, abu, dan batu terakhir. Di mana akan terlihat gunung bertemu air, berjalan bagai gumpalan uap. Abu, gas, dan batu memanaskan hingga lebih dari 500 derajat celcius, merambah sepanjang laut menuju pulau-pulau di Sumatera Selatan.
Air laut menjadi lebih rendah dari biasanya. Ikan-ikan terdampar di pinggir pantai. Warga berlarian menyelamatkan diri. Beralih ke Rogier Verbeek, pada 1883 ia mengunjungi keluarga Schuiit yang tinggal dan bekerja di mercusuar setelah terjadi peningkatan aktifitas vulkanik Gunung Krakatau. Seorang anak laki-laki bernama Josef memperlihatkan temuannya yakni batu apung. Josef mengatakan, dia menemukannya di pantai. Namun Rogier tidak menyadari bahwa batu apung yang ditemukan Josef merupakan pertanda bahaya.
2. Jika dilihat dari perspektif epistemologis, bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
Karya Rogier Verbeek tentang Krakatau juga menjadi dasar vulkanologi modern. Yang memberi ilmuwan catatan rinci saksi mata dari seluruh siklus letusan untuk pertama kali dalam sejarah. Letusan itu memiliki dampak sangat jauh. 20 juta ton belerang dilepas ke atmosfer yang menyebabkan pandangan senja luar biasa di seluruh planet.
Bahkan hingga menurunkan suhu global hingga abad 20. Krakatau itu sendiri nyaris tak tersisa apa-apa. Batu keras 12 mil persegi telah lenyap di udara dalam 40 jam. Gunung secara harfiah telah meledakkan dirinya hingga hancur. Tapi pada 1927, 300 meter di bawah Selat Sunda, gunung itu meletus lagi.
Seperti yang diramalkan Verbeek dalam tulisannya. Gunung baru akan terbentuk dengan kecepatan 5 meter pertahun. Orang Indonesia menyebut ini Anak Krakatau. Kini jutaan orang hidup dalam pandangannya, dan masih terus tumbuh.
Pemeriksaan setelah tahun 1930 grafik batimetrik dibuat pada 1919 menunjukkan bukti tonjolan indikatif dari magma dekat permukaan dapur, yang dikenal dengan Gunung Anak Krakatau.
3. Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau?
Laki – laki sering menggunakan logika dan mempunyai firasat ketika melihat sesuatu yang akan terjadi, menerima semua resiko
Perempuan cenderung menggunakan firasat, memliki rasa takut dan khawatir lebih tinggi
Laki – laki sering menggunakan logika dan firasat ketika melihat sesuatu yang akan terjadi, dan menerima semua resiko berusaha tidak panik tetapi tetap mencari tahu apa sedang terjadi. Laki-laki cenderung menggunakan akal pikiran atau logika dalam menghadapi suatu masalah, bencana yang terjadi bahkan bisa dijadikan cara untuk mencari uang/keuntungan.
Perempuan cenderung menggunakan firasat, memiliki rasa takut dan khawatir lebih tinggi, perempuan mempercayai bahwa firasatnya selalu benar tentang apa yang akan terjadi. Perempuan tidak akan berhenti memikirkan tanda-tanda bencana tersebut karena ia sudah yakin dengan firasatnya bahwa akan terjadi bencana. Pikiran perempuan juga biasanya lebih mudah untuk mempercayai mitos dan tahayul. Contohnya mitos kera-kera dan burung tidak tinggal dipohon, ayam tidak bertelur dianggap akan terjadi bencana.
BELLA ANGRIANI 2310101280
1.PENGETAHUAN ONTOLOGIS YANG BERKEMBANG
a. Ontologi adalah cabang filsafat yang mempertanyakan realitas dan eksistensi. Dalam konteks pengetahuan tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau, ontologi dapat memberikan berbagai pandangan tentang realitas yang mendasari pemahaman kita tentang bencana tersebut. Berikut beberapa konsep ontologis yang berkembang terkait dengan tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau:
b. Ontologi Realisme: Dalam perspektif ini, bencana gunung Krakatau dianggap sebagai entitas yang eksis secara objektif tanpa tergantung pada persepsi manusia. Tanda-tanda yang muncul sebelum bencana tersebut dapat dilihat sebagai indikasi objektif dari aktivitas gunung berapi yang sebenarnya, seperti peningkatan gempa bumi, perubahan bentuk gunung, atau emisi gas vulkanik.
c. Ontologi Konstruktivisme: Konsep ini berfokus pada peran manusia dalam memahami bencana. Tanda-tanda bencana gunung Krakatau mungkin dianggap sebagai konstruksi sosial yang terbentuk melalui pengamatan dan interpretasi manusia. Dalam hal ini, tanda-tanda bencana muncul sebagai hasil interaksi sosial dan budaya yang memengaruhi cara kita memahami dan merespons bencana.
d. Ontologi Subyektivisme: Dalam perspektif ini, pengetahuan tentang tanda-tanda bencana gunung Krakatau sangat subjektif dan bergantung pada pengalaman individu atau kelompok. Setiap orang atau komunitas mungkin memiliki interpretasi yang berbeda tentang tanda-tanda tersebut, yang didasarkan pada keyakinan, nilai, dan pengetahuan yang berbeda.
e. Ontologi Naturalisme: Dalam pandangan ini, tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau dijelaskan sebagai bagian dari alam semesta dan proses alamiah. Pengetahuan tentang tanda-tanda ini didasarkan pada pemahaman ilmiah tentang geologi, vulkanologi, dan seismologi. Tanda-tanda tersebut dianggap sebagai manifestasi dari proses alamiah yang dapat diamati dan diukur.
f. Ontologi Kepercayaan Spiritual: Beberapa komunitas mungkin memiliki keyakinan spiritual atau mitologi yang menyertai pemahaman mereka tentang tanda-tanda bencana gunung Krakatau. Dalam ontologi ini, tanda-tanda mungkin dihubungkan dengan kekuatan gaib atau entitas spiritual yang mempengaruhi alam dan manusia.
2.PENGETAHUAN TENTANG VULKANOLOGI
a. Dalam perspektif epistemologi, kita dapat melihat bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi dan pemahaman tentang bencana gunung Krakatau telah berkembang melalui pengalaman manusia. Epistemologi berkaitan dengan bagaimana pengetahuan diperoleh, diorganisasi, dan diterapkan. Berikut adalah cara ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau:
b. Pengalaman Empiris: Pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung Krakatau memberikan landasan empiris bagi ilmu vulkanologi. Melalui pengamatan langsung terhadap letusan dan aktivitas vulkanik, pengamat pertama kali mengumpulkan data tentang fenomena vulkanik, seperti aliran piroklastik, debu vulkanik, dan aktivitas seismik.
c. Pemahaman Historis: Letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 menciptakan catatan sejarah yang sangat penting. Pengalaman manusia yang menghadapi letusan ini dan saksi mata memberikan laporan dan cerita yang menjadi dasar pemahaman tentang letusan besar gunung berapi.
d. Pengamatan Ilmiah: Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, pengamatan vulkanik menjadi lebih ilmiah. Ilmuwan vulkanologi menggunakan metode ilmiah yang ketat, seperti pengukuran seismik, pemantauan deformasi gunung, analisis gas vulkanik, dan penelitian geologi lapangan untuk mengumpulkan data yang akurat.
e. Penelitian dan Eksperimen: Ilmuwan vulkanologi melakukan penelitian eksperimental untuk memahami fenomena vulkanik secara lebih mendalam. Mereka membangun model gunung berapi dalam laboratorium, menganalisis sampel batuan vulkanik, dan melakukan percobaan untuk mengevaluasi dampak aktivitas vulkanik.
f. Pengembangan Teori dan Model: Berdasarkan data dan penelitian empiris, ilmuwan vulkanologi telah mengembangkan teori dan model matematika yang menjelaskan perilaku gunung berapi. Ini termasuk model peringatan dini untuk bencana vulkanik, pemahaman tentang letusan eksplosif, dan penentuan tanda-tanda awal aktivitas vulkanik.
g. Pengintegrasian Multi-Disiplin: Ilmu vulkanologi melibatkan berbagai disiplin ilmu, termasuk geologi, geofisika, kimia, dan meteorologi. Ini memungkinkan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang untuk memahami lebih baik kompleksitas gunung berapi.
h. Peran Pendidikan: Pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung Krakatau juga memotivasi pendidikan dan pelatihan dalam bidang vulkanologi. Ini menciptakan sumber daya manusia yang terlatih untuk mengelola risiko vulkanik dan memberikan peringatan dini.
Dengan demikian, epistemologi vulkanologi adalah hasil dari evolusi pengetahuan dan pemahaman manusia tentang gunung berapi yang diperoleh melalui pengalaman empiris, observasi ilmiah, penelitian, dan pembelajaran. Dalam hal ini, pengalaman manusia dengan bencana gunung Krakatau telah memainkan peran penting dalam pembentukan dan pengembangan ilmu vulkanologi.
3.Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau? Jelaskan dari perspektif ontologis dan epistemologis!
Bentuk pandangan laki-laki dan perempuan terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau dapat dipengaruhi oleh perspektif ontologis dan epistemologis mereka. Mari kita jelaskan perbedaannya dari kedua perspektif ini:
Dari Perspektif Ontologis:
a. Ontologi Realisme: Dalam pandangan ontologis realis, tanda-tanda bencana gunung Krakatau dianggap sebagai entitas objektif yang eksis tanpa tergantung pada pandangan subjektif. Baik laki-laki maupun perempuan dapat memiliki pandangan yang serupa tentang tanda-tanda tersebut, yaitu sebagai gejala alam semesta yang ada secara objektif.
b. Ontologi Konstruktivisme: Dalam pandangan ontologis konstruktivis, tanda-tanda bencana gunung Krakatau dianggap sebagai konstruksi sosial yang dipengaruhi oleh budaya dan interpretasi manusia. Laki-laki dan perempuan mungkin memiliki pandangan yang berbeda tergantung pada norma sosial dan budaya yang memengaruhi persepsi mereka terhadap tanda-tanda bencana.
Dari Perspektif Epistemologis:
a. Epistemologi Empiris: Baik laki-laki maupun perempuan mungkin mendekati pemahaman tanda-tanda bencana gunung Krakatau berdasarkan pengamatan empiris dan pengalaman pribadi. Mereka dapat memahami tanda-tanda ini melalui observasi langsung aktivitas gunung berapi atau pengalaman sebelumnya.
b. Epistemologi Sosial: Epistemologi sosial mempertimbangkan bagaimana pengetahuan dipengaruhi oleh interaksi sosial. Laki-laki dan perempuan dapat mendapatkan pengetahuan tentang tanda-tanda bencana melalui interaksi dengan kelompok sosial mereka. Misalnya, dalam masyarakat tertentu, perempuan mungkin memiliki peran khusus dalam pengamatan tanda-tanda vulkanik, sementara laki-laki memiliki peran yang berbeda.
t.
Dwi Sri Wulandari
1. Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yg berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau
a. Ontologi adalah cabang filsafat yang mempertanyakan realitas dan eksistensi. Dalam konteks pengetahuan tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau, ontologi dapat memberikan berbagai pandangan tentang realitas yang mendasari pemahaman kita tentang bencana tersebut. Berikut beberapa konsep ontologis yang berkembang terkait dengan tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau:
b. Ontologi Realisme: Dalam perspektif ini, bencana gunung Krakatau dianggap sebagai entitas yang eksis secara objektif tanpa tergantung pada persepsi manusia. Tanda-tanda yang muncul sebelum bencana tersebut dapat dilihat sebagai indikasi objektif dari aktivitas gunung berapi yang sebenarnya, seperti peningkatan gempa bumi, perubahan bentuk gunung, atau emisi gas vulkanik.
c. Ontologi Konstruktivisme: Konsep ini berfokus pada peran manusia dalam memahami bencana. Tanda-tanda bencana gunung Krakatau mungkin dianggap sebagai konstruksi sosial yang terbentuk melalui pengamatan dan interpretasi manusia. Dalam hal ini, tanda-tanda bencana muncul sebagai hasil interaksi sosial dan budaya yang memengaruhi cara kita memahami dan merespons bencana.
d. Ontologi Subyektivisme: Dalam perspektif ini, pengetahuan tentang tanda-tanda bencana gunung Krakatau sangat subjektif dan bergantung pada pengalaman individu atau kelompok. Setiap orang atau komunitas mungkin memiliki interpretasi yang berbeda tentang tanda-tanda tersebut, yang didasarkan pada keyakinan, nilai, dan pengetahuan yang berbeda.
e. Ontologi Naturalisme: Dalam pandangan ini, tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau dijelaskan sebagai bagian dari alam semesta dan proses alamiah. Pengetahuan tentang tanda-tanda ini didasarkan pada pemahaman ilmiah tentang geologi, vulkanologi, dan seismologi. Tanda-tanda tersebut dianggap sebagai manifestasi dari proses alamiah yang dapat diamati dan diukur.
f. Ontologi Kepercayaan Spiritual: Beberapa komunitas mungkin memiliki keyakinan spiritual atau mitologi yang menyertai pemahaman mereka tentang tanda-tanda bencana gunung Krakatau. Dalam ontologi ini, tanda-tanda mungkin dihubungkan dengan kekuatan gaib atau entitas spiritual yang mempengaruhi alam dan manusia.
g. Dengan demikian, ontologi memainkan peran penting dalam membentuk pemahaman kita tentang tanda-tanda yang mungkin muncul sebelum bencana gunung Krakatau. Berbagai pandangan ontologis ini mencerminkan keragaman perspektif manusia terhadap realitas dan eksistensi, serta bagaimana kita menginterpretasikan dunia sekitar kita
2. Jika dilihat dari perspektif epistemologis bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
a. Dalam perspektif epistemologi, kita dapat melihat bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi dan pemahaman tentang bencana gunung Krakatau telah berkembang melalui pengalaman manusia. Epistemologi berkaitan dengan bagaimana pengetahuan diperoleh, diorganisasi, dan diterapkan. Berikut adalah cara ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau:
b. Pengalaman Empiris: Pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung Krakatau memberikan landasan empiris bagi ilmu vulkanologi. Melalui pengamatan langsung terhadap letusan dan aktivitas vulkanik, pengamat pertama kali mengumpulkan data tentang fenomena vulkanik, seperti aliran piroklastik, debu vulkanik, dan aktivitas seismik.
c. Pemahaman Historis: Letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 menciptakan catatan sejarah yang sangat penting. Pengalaman manusia yang menghadapi letusan ini dan saksi mata memberikan laporan dan cerita yang menjadi dasar pemahaman tentang letusan besar gunung berapi.
d. Pengamatan Ilmiah: Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, pengamatan vulkanik menjadi lebih ilmiah. Ilmuwan vulkanologi menggunakan metode ilmiah yang ketat, seperti pengukuran seismik, pemantauan deformasi gunung, analisis gas vulkanik, dan penelitian geologi lapangan untuk mengumpulkan data yang akurat.
e. Penelitian dan Eksperimen: Ilmuwan vulkanologi melakukan penelitian eksperimental untuk memahami fenomena vulkanik secara lebih mendalam. Mereka membangun model gunung berapi dalam laboratorium, menganalisis sampel batuan vulkanik, dan melakukan percobaan untuk mengevaluasi dampak aktivitas vulkanik.
f. Pengembangan Teori dan Model: Berdasarkan data dan penelitian empiris, ilmuwan vulkanologi telah mengembangkan teori dan model matematika yang menjelaskan perilaku gunung berapi. Ini termasuk model peringatan dini untuk bencana vulkanik, pemahaman tentang letusan eksplosif, dan penentuan tanda-tanda awal aktivitas vulkanik.
g. Pengintegrasian Multi-Disiplin: Ilmu vulkanologi melibatkan berbagai disiplin ilmu, termasuk geologi, geofisika, kimia, dan meteorologi. Ini memungkinkan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang untuk memahami lebih baik kompleksitas gunung berapi.
h. Peran Pendidikan: Pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung Krakatau juga memotivasi pendidikan dan pelatihan dalam bidang vulkanologi. Ini menciptakan sumber daya manusia yang terlatih untuk mengelola risiko vulkanik dan memberikan peringatan dini.
Dengan demikian, epistemologi vulkanologi adalah hasil dari evolusi pengetahuan dan pemahaman manusia tentang gunung berapi yang diperoleh melalui pengalaman empiris, observasi ilmiah, penelitian, dan pembelajaran. Dalam hal ini, pengalaman manusia dengan bencana gunung Krakatau telah memainkan peran penting dalam pembentukan dan pengembangan ilmu vulkanologi.
3. Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau? jelaskan dari perspektif ontologis dan epistemologis
Bentuk pandangan laki-laki dan perempuan terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau dapat dipengaruhi oleh perspektif ontologis dan epistemologis mereka. Mari kita jelaskan perbedaannya dari kedua perspektif ini:
Dari Perspektif Ontologis:
a. Ontologi Realisme: Dalam pandangan ontologis realis, tanda-tanda bencana gunung Krakatau dianggap sebagai entitas objektif yang eksis tanpa tergantung pada pandangan subjektif. Baik laki-laki maupun perempuan dapat memiliki pandangan yang serupa tentang tanda-tanda tersebut, yaitu sebagai gejala alam semesta yang ada secara objektif.
b. Ontologi Konstruktivisme: Dalam pandangan ontologis konstruktivis, tanda-tanda bencana gunung Krakatau dianggap sebagai konstruksi sosial yang dipengaruhi oleh budaya dan interpretasi manusia. Laki-laki dan perempuan mungkin memiliki pandangan yang berbeda tergantung pada norma sosial dan budaya yang memengaruhi persepsi mereka terhadap tanda-tanda bencana.
Dari Perspektif Epistemologis:
a. Epistemologi Empiris: Baik laki-laki maupun perempuan mungkin mendekati pemahaman tanda-tanda bencana gunung Krakatau berdasarkan pengamatan empiris dan pengalaman pribadi. Mereka dapat memahami tanda-tanda ini melalui observasi langsung aktivitas gunung berapi atau pengalaman sebelumnya.
b. Epistemologi Sosial: Epistemologi sosial mempertimbangkan bagaimana pengetahuan dipengaruhi oleh interaksi sosial. Laki-laki dan perempuan dapat mendapatkan pengetahuan tentang tanda-tanda bencana melalui interaksi dengan kelompok sosial mereka. Misalnya, dalam masyarakat tertentu, perempuan mungkin memiliki peran khusus dalam pengamatan tanda-tanda vulkanik, sementara laki-laki memiliki peran yang berbeda.
c. Epistemologi Ilmiah: Baik laki-laki maupun perempuan dapat mendekati tanda-tanda bencana gunung Krakatau melalui metode ilmiah. Mereka dapat mengacu pada data geologi, vulkanologi, dan seismologi untuk memahami tanda-tanda tersebut.
d. Epistemologi Kepercayaan dan Mitos: Beberapa individu, baik laki-laki maupun perempuan, mungkin memiliki pendekatan berdasarkan keyakinan spiritual atau mitos. Mereka mungkin menginterpretasikan tanda-tanda tersebut dalam konteks kepercayaan dan mitos kultural yang ada dalam masyarakat mereka.
Penting untuk diingat bahwa pandangan individu terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau akan bervariasi berdasarkan latar belakang pribadi, budaya, pendidikan, dan pengalaman. Terlepas dari perbedaan ini, upaya kolaboratif dan komunikasi yang efektif antara laki-laki dan perempuan dalam menghadapi tanda-tanda bencana sangat penting untuk keamanan dan mitigasi risiko
Putri Mayasari H Arbie
1. Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yg berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau
a. Ontologi adalah cabang filsafat yang mempertanyakan realitas dan eksistensi. Berikut beberapa konsep ontologis yang berkembang terkait dengan tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau:
b. Ontologi Realisme: Dalam perspektif ini, bencana gunung Krakatau dianggap sebagai entitas yang eksis secara objektif tanpa tergantung pada persepsi manusia. Tanda-tanda yang muncul sebelum bencana tersebut dapat dilihat sebagai indikasi objektif dari aktivitas gunung berapi yang sebenarnya, seperti peningkatan gempa bumi, perubahan bentuk gunung, atau emisi gas vulkanik.
c. Ontologi Konstruktivisme: Konsep ini berfokus pada peran manusia dalam memahami bencana. Tanda-tanda bencana gunung Krakatau mungkin dianggap sebagai konstruksi sosial yang terbentuk melalui pengamatan dan interpretasi manusia. Dalam hal ini, tanda-tanda bencana muncul sebagai hasil interaksi sosial dan budaya yang memengaruhi cara kita memahami dan merespons bencana.
d. Ontologi Subyektivisme: Dalam perspektif ini, pengetahuan tentang tanda-tanda bencana gunung Krakatau sangat subjektif dan bergantung pada pengalaman individu atau kelompok. Setiap orang atau komunitas mungkin memiliki interpretasi yang berbeda tentang tanda-tanda tersebut, yang didasarkan pada keyakinan, nilai, dan pengetahuan yang berbeda.
e. Ontologi Naturalisme: Dalam pandangan ini, tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau dijelaskan sebagai bagian dari alam semesta dan proses alamiah. Pengetahuan tentang tanda-tanda ini didasarkan pada pemahaman ilmiah tentang geologi, vulkanologi, dan seismologi. Tanda-tanda tersebut dianggap sebagai manifestasi dari proses alamiah yang dapat diamati dan diukur.
f. Ontologi Kepercayaan Spiritual: Beberapa komunitas mungkin memiliki keyakinan spiritual atau mitologi yang menyertai pemahaman mereka tentang tanda-tanda bencana gunung Krakatau. Dalam ontologi ini, tanda-tanda mungkin dihubungkan dengan kekuatan gaib atau entitas spiritual yang mempengaruhi alam dan manusia.
g. Dengan demikian, ontologi memainkan peran penting dalam membentuk pemahaman kita tentang tanda-tanda yang mungkin muncul sebelum bencana gunung Krakatau. Berbagai pandangan ontologis ini mencerminkan keragaman perspektif manusia terhadap realitas dan eksistensi, serta bagaimana kita menginterpretasikan dunia sekitar kita
2. Jika dilihat dari perspektif epistemologis bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
a. Dalam perspektif epistemologi, kita dapat melihat bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi dan pemahaman tentang bencana gunung Krakatau telah berkembang melalui pengalaman manusia. Epistemologi berkaitan dengan bagaimana pengetahuan diperoleh, diorganisasi, dan diterapkan. Berikut adalah cara ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau:
b. Pengalaman Empiris: Pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung Krakatau memberikan landasan empiris bagi ilmu vulkanologi. Melalui pengamatan langsung terhadap letusan dan aktivitas vulkanik, pengamat pertama kali mengumpulkan data tentang fenomena vulkanik, seperti aliran piroklastik, debu vulkanik, dan aktivitas seismik.
c. Pemahaman Historis: Letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 menciptakan catatan sejarah yang sangat penting. Pengalaman manusia yang menghadapi letusan ini dan saksi mata memberikan laporan dan cerita yang menjadi dasar pemahaman tentang letusan besar gunung berapi.
d. Pengamatan Ilmiah: Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, pengamatan vulkanik menjadi lebih ilmiah. Ilmuwan vulkanologi menggunakan metode ilmiah yang ketat, seperti pengukuran seismik, pemantauan deformasi gunung, analisis gas vulkanik, dan penelitian geologi lapangan untuk mengumpulkan data yang akurat.
e. Penelitian dan Eksperimen: Ilmuwan vulkanologi melakukan penelitian eksperimental untuk memahami fenomena vulkanik secara lebih mendalam. Mereka membangun model gunung berapi dalam laboratorium, menganalisis sampel batuan vulkanik, dan melakukan percobaan untuk mengevaluasi dampak aktivitas vulkanik.
f. Pengembangan Teori dan Model: Berdasarkan data dan penelitian empiris, ilmuwan vulkanologi telah mengembangkan teori dan model matematika yang menjelaskan perilaku gunung berapi. Ini termasuk model peringatan dini untuk bencana vulkanik, pemahaman tentang letusan eksplosif, dan penentuan tanda-tanda awal aktivitas vulkanik.
g. Pengintegrasian Multi-Disiplin: Ilmu vulkanologi melibatkan berbagai disiplin ilmu, termasuk geologi, geofisika, kimia, dan meteorologi. Ini memungkinkan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang untuk memahami lebih baik kompleksitas gunung berapi.
h. Peran Pendidikan: Pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung Krakatau juga memotivasi pendidikan dan pelatihan dalam bidang vulkanologi. Ini menciptakan sumber daya manusia yang terlatih untuk mengelola risiko vulkanik dan memberikan peringatan dini.
Dengan demikian, epistemologi vulkanologi adalah hasil dari evolusi pengetahuan dan pemahaman manusia tentang gunung berapi yang diperoleh melalui pengalaman empiris, observasi ilmiah, penelitian, dan pembelajaran. Dalam hal ini, pengalaman manusia dengan bencana gunung Krakatau telah memainkan peran penting dalam pembentukan dan pengembangan ilmu vulkanologi.
3. Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau? jelaskan dari perspektif ontologis dan epistemologis
Bentuk pandangan laki-laki dan perempuan terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau dapat dipengaruhi oleh perspektif ontologis dan epistemologis mereka. Mari kita jelaskan perbedaannya dari kedua perspektif ini:
Dari Perspektif Ontologis:
a. Ontologi Realisme: Dalam pandangan ontologis realis, tanda-tanda bencana gunung Krakatau dianggap sebagai entitas objektif yang eksis tanpa tergantung pada pandangan subjektif. Baik laki-laki maupun perempuan dapat memiliki pandangan yang serupa tentang tanda-tanda tersebut, yaitu sebagai gejala alam semesta yang ada secara objektif.
b. Ontologi Konstruktivisme: Dalam pandangan ontologis konstruktivis, tanda-tanda bencana gunung Krakatau dianggap sebagai konstruksi sosial yang dipengaruhi oleh budaya dan interpretasi manusia. Laki-laki dan perempuan mungkin memiliki pandangan yang berbeda tergantung pada norma sosial dan budaya yang memengaruhi persepsi mereka terhadap tanda-tanda bencana.
Dari Perspektif Epistemologis:
a. Epistemologi Empiris: Baik laki-laki maupun perempuan mungkin mendekati pemahaman tanda-tanda bencana gunung Krakatau berdasarkan pengamatan empiris dan pengalaman pribadi. Mereka dapat memahami tanda-tanda ini melalui observasi langsung aktivitas gunung berapi atau pengalaman sebelumnya.
b. Epistemologi Sosial: Epistemologi sosial mempertimbangkan bagaimana pengetahuan dipengaruhi oleh interaksi sosial. Laki-laki dan perempuan dapat mendapatkan pengetahuan tentang tanda-tanda bencana melalui interaksi dengan kelompok sosial mereka. Misalnya, dalam masyarakat tertentu, perempuan mungkin memiliki peran khusus dalam pengamatan tanda-tanda vulkanik, sementara laki-laki memiliki peran yang berbeda.
c. Epistemologi Ilmiah: Baik laki-laki maupun perempuan dapat mendekati tanda-tanda bencana gunung Krakatau melalui metode ilmiah. Mereka dapat mengacu pada data geologi, vulkanologi, dan seismologi untuk memahami tanda-tanda tersebut.
d. Epistemologi Kepercayaan dan Mitos: Beberapa individu, baik laki-laki maupun perempuan, mungkin memiliki pendekatan berdasarkan keyakinan spiritual atau mitos. Mereka mungkin menginterpretasikan tanda-tanda tersebut dalam konteks kepercayaan dan mitos kultural yang ada dalam masyarakat mereka.
Penting untuk diingat bahwa pandangan individu terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau akan bervariasi berdasarkan latar belakang pribadi, budaya, pendidikan, dan pengalaman. Terlepas dari perbedaan ini, upaya kolaboratif dan komunikasi yang efektif antara laki-laki dan perempuan dalam menghadapi tanda-tanda bencana sangat penting untuk keamanan dan mitigasi risiko
Laila Rinasari Meradji
`dari film “KRAKATAU” saya mengambil beberapa pandangan dari Ontologi dari Epistemoligi yaitu
1. tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau : gempa, mengeluarkan erupsi dan hewan-hewan pergi atau meninggalkan habitatnya.
2. bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau ? = ada beberapa yg tidak peduli dan menggap itu sebagai penghasilan, atau tidak meyakini adanya letusan krakatau.
3. untuk laki-laki melihat bahwa bencana gunung krakatau itu hanya sebuah mitos, ada juga yang berpandangan secara logika dan rasionalisme sedangkan perempuan melihat dari logikanya dimana telah saya jelaskan di point 1
terima kasih
Siti Marifah Marasabessy
1. Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yg berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau
a. Ontologi adalah cabang filsafat yang mempertanyakan realitas dan eksistensi. Dalam konteks pengetahuan tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau, ontologi dapat memberikan berbagai pandangan tentang realitas yang mendasari pemahaman kita tentang bencana tersebut. Berikut beberapa konsep ontologis yang berkembang terkait dengan tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau:
b. Ontologi Realisme: Dalam perspektif ini, bencana gunung Krakatau dianggap sebagai entitas yang eksis secara objektif tanpa tergantung pada persepsi manusia. Tanda-tanda yang muncul sebelum bencana tersebut dapat dilihat sebagai indikasi objektif dari aktivitas gunung berapi yang sebenarnya, seperti peningkatan gempa bumi, perubahan bentuk gunung, atau emisi gas vulkanik.
c. Ontologi Konstruktivisme: Konsep ini berfokus pada peran manusia dalam memahami bencana. Tanda-tanda bencana gunung Krakatau mungkin dianggap sebagai konstruksi sosial yang terbentuk melalui pengamatan dan interpretasi manusia. Dalam hal ini, tanda-tanda bencana muncul sebagai hasil interaksi sosial dan budaya yang memengaruhi cara kita memahami dan merespons bencana.
d. Ontologi Subyektivisme: Dalam perspektif ini, pengetahuan tentang tanda-tanda bencana gunung Krakatau sangat subjektif dan bergantung pada pengalaman individu atau kelompok. Setiap orang atau komunitas mungkin memiliki interpretasi yang berbeda tentang tanda-tanda tersebut, yang didasarkan pada keyakinan, nilai, dan pengetahuan yang berbeda.
e. Ontologi Naturalisme: Dalam pandangan ini, tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau dijelaskan sebagai bagian dari alam semesta dan proses alamiah. Pengetahuan tentang tanda-tanda ini didasarkan pada pemahaman ilmiah tentang geologi, vulkanologi, dan seismologi. Tanda-tanda tersebut dianggap sebagai manifestasi dari proses alamiah yang dapat diamati dan diukur.
f. Ontologi Kepercayaan Spiritual: Beberapa komunitas mungkin memiliki keyakinan spiritual atau mitologi yang menyertai pemahaman mereka tentang tanda-tanda bencana gunung Krakatau. Dalam ontologi ini, tanda-tanda mungkin dihubungkan dengan kekuatan gaib atau entitas spiritual yang mempengaruhi alam dan manusia.
g. Dengan demikian, ontologi memainkan peran penting dalam membentuk pemahaman kita tentang tanda-tanda yang mungkin muncul sebelum bencana gunung Krakatau. Berbagai pandangan ontologis ini mencerminkan keragaman perspektif manusia terhadap realitas dan eksistensi, serta bagaimana kita menginterpretasikan dunia sekitar kita
2. Jika dilihat dari perspektif epistemologis bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
a. Dalam perspektif epistemologi, kita dapat melihat bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi dan pemahaman tentang bencana gunung Krakatau telah berkembang melalui pengalaman manusia. Epistemologi berkaitan dengan bagaimana pengetahuan diperoleh, diorganisasi, dan diterapkan. Berikut adalah cara ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau:
b. Pengalaman Empiris: Pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung Krakatau memberikan landasan empiris bagi ilmu vulkanologi. Melalui pengamatan langsung terhadap letusan dan aktivitas vulkanik, pengamat pertama kali mengumpulkan data tentang fenomena vulkanik, seperti aliran piroklastik, debu vulkanik, dan aktivitas seismik.
c. Pemahaman Historis: Letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 menciptakan catatan sejarah yang sangat penting. Pengalaman manusia yang menghadapi letusan ini dan saksi mata memberikan laporan dan cerita yang menjadi dasar pemahaman tentang letusan besar gunung berapi.
d. Pengamatan Ilmiah: Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, pengamatan vulkanik menjadi lebih ilmiah. Ilmuwan vulkanologi menggunakan metode ilmiah yang ketat, seperti pengukuran seismik, pemantauan deformasi gunung, analisis gas vulkanik, dan penelitian geologi lapangan untuk mengumpulkan data yang akurat.
e. Penelitian dan Eksperimen: Ilmuwan vulkanologi melakukan penelitian eksperimental untuk memahami fenomena vulkanik secara lebih mendalam. Mereka membangun model gunung berapi dalam laboratorium, menganalisis sampel batuan vulkanik, dan melakukan percobaan untuk mengevaluasi dampak aktivitas vulkanik.
f. Pengembangan Teori dan Model: Berdasarkan data dan penelitian empiris, ilmuwan vulkanologi telah mengembangkan teori dan model matematika yang menjelaskan perilaku gunung berapi. Ini termasuk model peringatan dini untuk bencana vulkanik, pemahaman tentang letusan eksplosif, dan penentuan tanda-tanda awal aktivitas vulkanik.
g. Pengintegrasian Multi-Disiplin: Ilmu vulkanologi melibatkan berbagai disiplin ilmu, termasuk geologi, geofisika, kimia, dan meteorologi. Ini memungkinkan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang untuk memahami lebih baik kompleksitas gunung berapi.
h. Peran Pendidikan: Pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung Krakatau juga memotivasi pendidikan dan pelatihan dalam bidang vulkanologi. Ini menciptakan sumber daya manusia yang terlatih untuk mengelola risiko vulkanik dan memberikan peringatan dini.
Dengan demikian, epistemologi vulkanologi adalah hasil dari evolusi pengetahuan dan pemahaman manusia tentang gunung berapi yang diperoleh melalui pengalaman empiris, observasi ilmiah, penelitian, dan pembelajaran. Dalam hal ini, pengalaman manusia dengan bencana gunung Krakatau telah memainkan peran penting dalam pembentukan dan pengembangan ilmu vulkanologi.
3. Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau? jelaskan dari perspektif ontologis dan epistemologis
Bentuk pandangan laki-laki dan perempuan terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau dapat dipengaruhi oleh perspektif ontologis dan epistemologis mereka. Mari kita jelaskan perbedaannya dari kedua perspektif ini:
Dari Perspektif Ontologis:
a. Ontologi Realisme: Dalam pandangan ontologis realis, tanda-tanda bencana gunung Krakatau dianggap sebagai entitas objektif yang eksis tanpa tergantung pada pandangan subjektif. Baik laki-laki maupun perempuan dapat memiliki pandangan yang serupa tentang tanda-tanda tersebut, yaitu sebagai gejala alam semesta yang ada secara objektif.
b. Ontologi Konstruktivisme: Dalam pandangan ontologis konstruktivis, tanda-tanda bencana gunung Krakatau dianggap sebagai konstruksi sosial yang dipengaruhi oleh budaya dan interpretasi manusia. Laki-laki dan perempuan mungkin memiliki pandangan yang berbeda tergantung pada norma sosial dan budaya yang memengaruhi persepsi mereka terhadap tanda-tanda bencana.
Dari Perspektif Epistemologis:
a. Epistemologi Empiris: Baik laki-laki maupun perempuan mungkin mendekati pemahaman tanda-tanda bencana gunung Krakatau berdasarkan pengamatan empiris dan pengalaman pribadi. Mereka dapat memahami tanda-tanda ini melalui observasi langsung aktivitas gunung berapi atau pengalaman sebelumnya.
b. Epistemologi Sosial: Epistemologi sosial mempertimbangkan bagaimana pengetahuan dipengaruhi oleh interaksi sosial. Laki-laki dan perempuan dapat mendapatkan pengetahuan tentang tanda-tanda bencana melalui interaksi dengan kelompok sosial mereka. Misalnya, dalam masyarakat tertentu, perempuan mungkin memiliki peran khusus dalam pengamatan tanda-tanda vulkanik, sementara laki-laki memiliki peran yang berbeda.
c. Epistemologi Ilmiah: Baik laki-laki maupun perempuan dapat mendekati tanda-tanda bencana gunung Krakatau melalui metode ilmiah. Mereka dapat mengacu pada data geologi, vulkanologi, dan seismologi untuk memahami tanda-tanda tersebut.
d. Epistemologi Kepercayaan dan Mitos: Beberapa individu, baik laki-laki maupun perempuan, mungkin memiliki pendekatan berdasarkan keyakinan spiritual atau mitos. Mereka mungkin menginterpretasikan tanda-tanda tersebut dalam konteks kepercayaan dan mitos kultural yang ada dalam masyarakat mereka.
Penting untuk diingat bahwa pandangan individu terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau akan bervariasi berdasarkan latar belakang pribadi, budaya, pendidikan, dan pengalaman. Terlepas dari perbedaan ini, upaya kolaboratif dan komunikasi yang efektif antara laki-laki dan perempuan dalam menghadapi tanda-tanda bencana sangat penting untuk keamanan dan mitigasi risiko
Athiya Dwi Tsabitha_2310101240
A. Ontology
1. Mitos
Digunakan pada zaman dahulu untuk menjawab pertanyaan
Evaluasi
a. Adanya pertunjukan wayang, dimana pada pertunjukan tersebut pewayang menceritakan bahwa ada roh yang tersumbat di bawah pegunungan dan sekarang roh tersebut akan bangkit dengan kemarahan dari roh pegunungan yang menyebabkan gunung berapi akan meletus (19.20)
2. Agama
Berkontribusi terhadap pengetahuan untuk petunjuk-petunjuk wahyu dalam kitab suci dan hadist untuk menjawab pertayaan-pertanyaan
Evaluasi: Tidak menemukan
3. Pengamatan
Mengamati alam dan sekitarnya dengan segala keteraturan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
a. Pada 20 Mei, Krakatau untuk pertama kalinya mulai mengeluarkan asap yang sangat banya, dan di Pelabuhan Anyer yang jaraknya 58km dari Krakatau mulai bergelombang (08.16)
b. Kapten melihat dari kapal bahwa gunung berapi mulai mengeluarkan tanda-tanda keanehan seakan-akan ingin meletus, angin kencang (13.20)
c. Rogier Diederik Marius Verbeek mencari Shcuurman dengan jarak 160km dari Krakatau dan memberi tahu bahwa gunung Krakatau hampir Meletus. Dan Rogier Diederik Marius Verbeek langsung mengambil teropong, untuk mengukur seberapa jauh jangkauan letusan gunung Merapi, setelah itu ia membandingan ba tu apung yang dari letusan gunung tambora dengan batu apung yang di temukan oleh Josef di Pantai. (13.23)
d. Rogier masih mengamati besar awan berdasarkan matematika dasar(25.26)
e. Rogier dan Schrumman melakukan Survey Geologi Sumatra 1850, prinsip geologi serta membaca peta geoloi gunuung Krakatau melakukan pengamatan (40.00)
4. Logika
Manusia memiliki akal pikiran untuk menalar kejadian-kejadian yang berlangsung disekitar mereka dengan logika yang masuk akal
a. Josef memberi Rogier Diederik Marius Verbeek batu apung yang ia temukan di Pantai, dan menurut Rogier ini merupakan sebuat pertanda ahwa terjadi sesuatu rahasia gunung api.
b. Sehari sebelum terjadinya letusan puncak mulai terlihat keanehan yang terjadi pada hewan-hewan yang berada di perkampungan mulai bersikap aneh seolah hewan-hewan tersebut tahu dan merasakan akan terjadi sesuatu di kampung tersebut(17.15)
c. Istri Willem merasa bahwa getaran yang terjadi semakin lama semakin kencang dan ia sudah memperingatkan suaminya mengenai kejanggalan-keganggalan yang dirasanya.
B. Epistiomologi
1. Empirisme
Suatu pengetahuan itu benar jika dapat dirasakan atau diandalkan oleh panca Indera. Oleh karena itu suatu pengetahuan harus bisa dibuktikan oleh beberapa panca Indera.
Evaluasi:
a. Rogier Diederik Marius Verbeek langsung mengambil teropong, untuk mengukur seberapa jauh jangkauan letusan gunung Merapi, setelah itu ia membandingan batu apung yang dari letusan gunung tambora dengan batu apung yang di temukan oleh Josef di Pantai.
b. 26 Agustus gunung Merapi Meletus, dan memuntahkan seluruh isi perut gunung, setiap detik gunung mengeluarkan 1 juta kubik meter batu apung dan batu abu dan membuat longsoran yang menimbulkan perubahan pasang surut air laut.
c. Pasang surut yang sangat cepat terjadi akibat longsor yang menimbulkan gelombang besar Masyarakat tidak sadar hingga akhirnya air pantai mengalami surut yang begitu cepat hingga banyak ikan yang tergeletak di pantai. Masyarakat bingung terhadap hal yang terjadi. Hingga akhirnya gelombang besar pun dating setelah surut yang begitu cepat. Masyarakat berlari dengan panic melihat gelombang yang dating menuju pantai begitu cepat. Sampai akhirnya gelombang mencapai pantai dengan kekuatan yang begitu besar menyapu dan menghancurkan semua yang menghalanginya.
2. Rasionalisme
Memandang bahwa manusia memiliki ide (Innate Ides) yang ada dalam dirinya,; akal pikiran
Evaluasi :
a. Rogier langsung membandingkan kedua batu apung yan ia miliki
b. Willem dan Dutch mengikatkan tubuhnya ke pohon kelapa agar tida terbawa tsunami
3. Kritisme
Mencoba menggabungkan antara empiris dan rasionalisme
Evaluasi:
Melakukan penelitian berdasartan pengamatan, mtos, logika ydan ilmu yang telah ada dan dikaji ulang sehingga catatan gunung berapi ini menjadi dasar vulkanologi modern dengan catatan siklus gunung api.
3. Sikap wanita dalam film tersebut membuktikan bahwa feeling seorang perempuan kuat dan benar akan terjadi, sedangkan laki-laki rasa tanggung jawabnya sangat besar untuk melindungi masyarakat dengan mengesampingkan tanda-tanda yang dirasakan para wanita.
Riska Awalia Nur
Soal:
1. Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau!
Jawab : Pengetahuan ontologis yang berkembang diantaranya :
a. Mitos/ Dongeng/ Cerita Rakyat terkait pengalaman nenek moyang yang juga pernah mengalami letusan Krakatau. Dibuktikan dengan beberapa kali pernyataan oleh gadis desa Indonesia yang mengatakan “IT HAS DONE BEFORE”
Cerita rakyat yang ditampilakn oleh festival wayang/ yang bercerita tentang “The Spirit Of The Mountain/ Roh Dewa di Gunung telah terbangun”
Dongeng Rakyat juga tertulis dalam catatan kuno “Pustaka Raja Purwa yang terdapat pada bab Ranggawarsitu = History of the People and the Mountain tentang ledakan yang pernah terjadi, Tahun 416 dengan gemuruh besar, gunung meletus dan menenggelamkan dataran, air laut naik dan membanjiri daratan (History repeating its self)
Awak kapal yang mendengar cerita dari kaum Kuli yang berkata bahwa “They Think, It’s Evil Spirit Sir, try to sink the ship”
b. Geologi , didandai dengan adanya pengeluaran batu hasil ledakan gunung, seperti yang di temukan oleh Anak laki-laki kecil (joseph)
• Terjadinya penyusutan air laut.
• Terjadinya goncangan/gempa kecil beberapa waktu sebelum terjadinya ledakan.
c. Pada catatan johanna yang mengalami secara langsung kejadian tersebut, mengatakan sering mendengar suara gemuruh dari gunung Krakatau (Empirisme)
d. Etologi/Zoologi yaitu ilmu tentang perilaku hewan, juga terjadi pada beberapa saat sebelum terjadi ledakan, yang ditandai dengan :
• Ayam tidak bertelur
• Para hewan seperti Monyet, Ayam, dan lain-lain pergi dari kandang/habitatnya.
• Kuda Peliharaan Mati karena ketidakmampuan menghirup udara yang bercampur abu dan asap.
e. Oseanologi/Sailing/ Nautikal Ilmu kelautan, ilmu pelayaran, dan ilmu perkapalan juga terlibat dalam kejadian pada film tersebut yang ditunjukkan dengan :
• Kompas di kapal tidak berfungsi lagi.
• Abu + Gas membakar layar kapal
• Tumpukan abu hasil erupsi Krakatau membuat keseimbanagn kapal terganggu, dan mempengaruhi kelembababn udara.
2. Jika dilihat dari perspektif epistemologis, bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
Jawab :
• Dari perspektif epistemologis Vulkanologi terbangun akibat bencana Letusan Gunung Krakatau melalui beberapa pendekatan yaitu rasionalisme dan empirisme.
• Pada Film ini diceritakan tentang bagaimana seorang peneliti (Mr. Verbeek) melakukan pengkajian tentang jarak pemukiman penduduk dengan batu hasil erupsi gunung. Mengukur tingginya semburan abu yang dikelurakan gunung krakatau
• Melakukan pengkajian tentang hasil/catatan sejarah kejadian letusan gunung Krakatau sebelumnya.
• Melakukan pengkajian dengan Johanna yang mencatat pengalaman pribadi menjadi saksi hidup kejadiaan. Juga terhadap penduduk setempat yang pernah mendengar informasi tentang kejadian
• Menghubungkan sejarah kejadian letusan dimasa lalu dengan kejadian/tanda-tanda letusan Krakatau saat kejadian pada film.
• Mengkaji informasi dari penjaga mercusuar di pinggir pantai.
• Dari film ini juga dikaji informasi dari pengalaman yang dialami oleh seorang kapten kapal yang mengalami kejadian letusan. (dari sudut pandang pelayaran/perkapalan/ nautical dll.)
• Dalam film ini juga dikaji tentang respon mahluk hidup seperti hewan dalam menghadapi tanda-tanda akan terjadinya letusan gunung.
3. Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau? Jelaskan dari perspektif ontologis dan epistemologis!
Jawab :
(ONTOLOGI)
Mitos :Pada Film Ini sangat tampak bahwa Kaum Perempuan sangat peka terhadap firasat-firasat yang dialami, Juga sering mengambil dan mempertimbangkan cerita-cerita masa lalu atau dari leluhurnya. Dengan kekhawatiran yang besar, saat terjadi ledakan ketika menghadiri festival, Johanna meminta suaminya untuk pergi meninggalkan desa.
Logika dan pengamatan :Sedangkan pada kaum laki-laki lebih banyak menggunakan logika, misalnya ketika terjadi percakapan antara pemeran William (pemilik bank Kapas) yang mengatakan pada istrinya bahwa Krakatau berjarak 25 mil dari tempat tinggal mereka, jadi letusannya tidak akan mungkin berdampak kepada keluarga mereka.
Mitos Dan Pengamatan :Perempuan Pembantu rumah tangga Tuan William juga memperhatikan perilaku hewan/ayam yang tidak lagi bertelur ketika waktu-waktu ledakan gunung sudah mendekat dan mengaitkannya dengan bencana yang mungkin akan terjadi.
Mitos Penduduk lokal perempuan juga cenderung mempercayai hal-hal mistis yang diceritakan secara turun temurun oleh masyarakat lokal dan nenek moyang
.
EPISTEMOLOGI
(Rasioalisme dan Empirisme)
Kaum laki laki lebih berfokus kepada hasil pengukuran seperti pengukuran jarak ketinggian semburan abu, jarak gunung dengan pemukiman warga, catatan sejarah/kejadian sebelumnya, kompas untuk mengukur arah yang tidak berfungsi, ketidakseimbangan kapal karena tumpukan abu, layar kapal yang terbakar karena abu panas dan gas, Terjadinya penyusutan air laut sebelum terjadi sunami, menghubungkan batu hasil erupsi gunung, dan lain-lain.
Kurang dan lebihnya mohon dimaafkan.
Alvina Nur Rahmah Indrianti
1. Dalam perspektif ontologis, pengetahuan tentang tanda-tanda bencana gunung Krakatau melibatkan pemahaman tentang entitas ontologis yang terlibat, seperti geologi, atmosfer, dan perilaku gunung itu sendiri. Studi ontologis dapat mencakup pengamatan terhadap perubahan aktivitas vulkanik, variabel atmosfer, dan pola perilaku alam yang dapat menjadi indikator potensial untuk munculnya bencana gunung Krakatau.
2. Dari perspektif epistemologis, pengetahuan vulkanologi berkembang melalui pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau dengan mengumpulkan data empiris dari peristiwa erupsi, dampaknya, serta observasi ilmiah. Pengalaman tersebut menjadi dasar bagi pengembangan teori dan model ilmiah untuk memahami fenomena vulkanik, memperkuat metode pemantauan, dan meningkatkan prediksi bencana gunung berapi. Epistemologi vulkanologi melibatkan iterasi siklus pengamatan, eksperimen, dan pembelajaran dari pengalaman praktis untuk membangun pengetahuan yang lebih baik tentang aktivitas vulkanik, termasuk melalui analisis data seismik, gas, dan visual.
3. Dari perspektif ontologis, laki-laki dan perempuan memiliki entitas ontologis yang unik, yang dapat mempengaruhi persepsi dan respons mereka terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau. Faktor-faktor seperti perbedaan biologis, sosial, dan psikologis dapat membentuk ontologi mereka, yang mungkin memengaruhi cara mereka merespons dan mengatasi ancaman bencana.
Dari segi epistemologis, respons laki-laki dan perempuan terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau juga dapat dipahami melalui pembentukan pengetahuan dan pengalaman yang mereka peroleh. Pengalaman pribadi, informasi yang diterima, dan budaya dapat membentuk pemahaman mereka tentang risiko bencana. Faktor epistemologis ini dapat memengaruhi keputusan mereka dalam merespons peringatan atau evakuasi, serta cara mereka beradaptasi dengan situasi bencana.
Rosiana
• Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau!
a. Mitos : Mitos atau mite adalah bagian dari suatu folklor yang berupa kisah berlatar masa lampau, mengandung penafsiran tentang alam semesta, serta dianggap benar-benar terjadi oleh yang punya cerita atau penganutnya
Yang terjadi dalam film tersebut ialah: pertunjukan wayang, pernyataan roh gunung telah memecah belah daratan menenggelamkan nya ke laut dan kemudian lahir kembali ke permukaan
b. Agama : Agama adalah sistem yang mengatur kepercayaan serta peribadatan kepada Tuhan serta tata kaidah yang berhubungan dengan adat istiadat, dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan kehidupan
Yang terjadi dalam film tersebut ialah: saat abu vulkanik di kapal mereka menyembah dan mengira itu roh jahat sedang berkeja
c. Logika : Logika adalah ilmu yang bertujuan untuk meraih penalaran yang tepat dan sah
Yang terjadi dalam film tersebut ialah: tanda gunung Meletus gempa yg sering, binatang yang ketakutan seperti ayam yg tidak mau bertelur terus monyet dan burung yg bepergian tidak diatas pohon, aktivitas vulkanik yg terus menerus ditandai dengan asap tebal yg keluar dari kawah gunung, batu apung yg di temukan di pinggir pantai, suara dentuman yg terdengar dari jauh
d. Pengamatan : Pengamatan atau observasi adalah aktivitas terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya.
Yang terjadi dalam film tersebut ialah: gunung Meletus, Vulcanology, geografi, Geologi dan Geofisika setelah melihat peta gunung ilmuan akhirnya tau bahwa itu bukan dua gunung tetapi 1 buah gunung berapi aktif dengan 1 dapur magma
• Jika dilihat dari perspektif epistemologis, bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
Jawaban: Pengalaman manusia menghadapi bencana gunung krakatau tersebut ialah mereka semua berangkat ditempat dataran tinggi untuk menghidari dari letusan gunung dan trunami, dan apa bila terjebak di Tengah lautan makan mereka tidak langsung mengambil keputusan untuk singgah di Pelabuhan atau daratan karna mereka tau itu akan sangat membahayakan diri
• Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau? Jelaskan dari perspektif ontologis dan epistemologis!
Jawaban: laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau ialah;
a. perspektif ontologis : laki-laki bersikap untuk lebih membuktikan teori ,pengamatan empirisme dan logika
b. perspektif epistemologis : Perempuan sudah mengamati dengan logika dan percaya terhadap pengalaman warga
NURSANI_2310101214
Jika dilihat dari perspektif Ontologi, tanda-tanda munculnya bencana gunung Krakatu adalah:
1. mitos
misalnya pada pertunjukan wayang, dan menceritakan tentang Roh gunung yg terlepas sehingga memecah belah daratan lalu menenggelamkannya.
2. akal dan logika
misalnya: hewan-hewan ternak warga tiba-tiba berubah tingkah lakunya (ayam yg tidak bertelur) orang berpikir itu adalah sebuah pertanda terjadinya sesuatu.
3. hasil pengamatan
misalnya pengamatan yang dilakukan oleh seorang menggunakan teropong dari jauh yang mengamati aktivitas gunung krakatau seperti memprediksi ketinggian asap/ erupsi gunung yang semakin hari semakin tinggi.
Jika dilihat dari Epistemologi ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung Krakatau:
1. Epistemologi ilmu pengetahuan tentang Vulkanologi dalam menghadapi bencana yaitu Empirisme (panca indra) dan Rasionalisme (akal) dalam mengamati setiap aktivitas erupsi abu vulkanik dari gunung krakatau tersebut sehingga kejadian-kejadian itu harus di uji kebenarannya sehingga lahirnya teori/ ilmu baru yang dapat digunakan dalam menghadapi suatu pertanda terjadinya bencana gunung meletus.
2. Dikaitkan dengan pengamatan manusia dalam memperkirakan Letusan gunung Krakatau akan sama hebat letusannya dengan Gunung tambora yang terjadi pada tahun 1815.
3. letusan gunung krakatau menarik perhatian para ilmuwan dari berbagai ilmu misalnya dari bidang Geologi, Hidrologi, Meteorologi dan Oseanografi.
Zelika Apriyani
Nama : Zelika Apriyani
NIM : 2310101255
Kelas : LJ1 Kebidanan
1. Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau!
=
Berdasarkan film dokumenter Letusan Gunung Api Krakatau pada tahun 1883 di Indonesia, yang dimana pada tanggal 26 Agustus 1883, Pulau Gunung Api Kecil Krakatau meletus, menghasilkan salah satu bencana alam terbesar dalam sejarah. Kurang dari 48 jam, gunung itu menghancurkan ratusan kota dan desa, serta menewaskan lebih dari 36.000 orang. Dimulai dengan penemuan seorang anak laki-laki yang bernama Josef memperlihatkan temuannya yakni batu apung. Josef mengatakan, dia menemukannya di pantai. Namun Rogier tidak menyadari bahwa batu apung yang ditemukan Josef merupakan pertanda bahaya. Pada 20 Mei Krakatau untuk pertama kali mulai mengeluarkan asap yang sangat banyak. Pada 27 mei 1883, terjadi ledakan kecil yang merupakan isyarat dari gunung krakatau bahwa akan terjadi sesuatu. Di Buitenzorg 100 mil dari krakatau, rogier memperkirakan kawahnya hampir setinggi 5 mil. Sepanjang Mei hingga Juni 3 kawah Krakatau terus mengeluarkan uap. Asapnya menimbulkan warna biru dan hijau terkena matahari. Asap dianggap berbahaya oleh penduduk. Pada 25 agustus, malam sebelum letusan, Johanna merasakan sikap aneh hewan-hewan. Seperti, kera-kera dan burung tidak tinggal di pohon, ayam tidak bertelur. Dan Johanna meyakini kepercayaan masyarakat setempat bahwa gunung tersebut berbahaya. Namun, rogier menganggap itu hanyalah sebuah tahayul. Pada Minggu, 26 agustus, hari terjadinya letusan. Terlihat suasana alam buminya bergetar atau berguncang hingga air pantai menjadi ombak yang gelombangnya cukup besar. Pada saat gunung meletus, setiap detik hampir 1 juta kubik meter batu Abu dan batu Apung dimuntahkan dari lubangnya, menerpa sekitar sisi gunung. Longsor besar ini memberi pengaruh pada laut. Menimbulkan perubahan pasang surut amat cepat yang tak terduga dan Gunung akan meminta korbannya yang pertama. Pada jam 14.30, fenomena yang terjadi yaitu air pantai mulai surut secara tiba tiba. Terlihat ikan-ikan yang terdampar di pasir pantai. Namun, dalam waktu sekejap air pantai kembali ke permukaan atau kearah tepi pantai dan membentuk gelombang besar yaitu Tsunami. Gunung krakatau meletus, kurang dari sejam gumpalan abu sudah setinggi 30 mil. Melebar ke segala arah segera Abu akan menelan daratan dan laut.
Ternyata letusan yang terjadi hanyalah sebuah permulaan, jam 08.30 malam, loudon kini di laut lebih dari 12 jam. Disekitarnya, abu menyerap kelembapan dari udara. Senin 27 agustus, pagi itu tak ada fajar di Krakatau. Sepanjang malam letusannya meningkat. Dentuman-dentumannya bisa terdengar hingga ratusan mil. Gunung api memasuki tahap baru. Setelah 20 jam terus menerus meletus dapur magma Krakatau kosong. Dengan ruang kosong, gunung mulai runtuh. Ledakan yang ditimbulkan amat besar hingga terdengar 3000 mil di Australia. Suara paling bising dalam sejarah. Jutaan ton Abu dan batu apung tertumpah ke laut. Yang memicu tsunami dan lebih menghancurkan daripada apa yang pernah terjadi sebelumnya. Ombak setinggi lebih dari 40 meter. mengangkat mercusuar dari fondasinya. Menghancurkan seluruh garis pantai, kota-kota, desa-desa, tak ada yang dapat mereka lakukan. Ribuan tewas. Apa yang tidak mereka ketahui waktu itu adalah bahwa gunung punya senjata terakhir yang mengerikan. Gunung Runtuh melepas hembusan longsor abu dan batu terakhir. Di mana akan terlihat Gunung bertemu air, berjalan bagai gumpalan uap, abu, gas dan batu memanaskan hingga lebih dari 500 °C. Merambah sepanjang laut nya menuju pulau-pulau di Sumatera Selatan.
Keluarga Beijerinck meninggalkan pondok mereka yang hancur. Dari 3000 penduduk yang lari ke daratan tinggi lebih dari 1000 tewas. Mereka menderita luka bakar parah akibat abu dan batu. Selain itu, tsunami yang membunuhnya. Letusan itu menghancurkan 165 desa di pantai. Dan menewaskan lebih dari 36.000 orang tewas. Ada laporan mayat dan batu Apung yang terdampar di pantai Afrika setahun kemudian. penguasa Belanda memesan 250.000 galon bensin untuk dipakai membakar mayat.
2. Jika dilihat dari perspektif epistemologis, bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
=
Karya Rogier Verbeek tentang Krakatau menjadi dasar dari vulkanologi modern. Yang memberi ilmuan catatan rinci saksi mata dari seluruh siklus letusan. Untuk pertama kali dalam sejarah. Letusan gunung itu mempunyai dampak sangat jauh. 20 juta ton belerang dilepas ke atmosfer. Yang menyebabkan pandangan senja luar biasa di seluruh planet. Dan menurunkan suhu global hingga abad ke-20. Krakatau itu sendiri nyaris tak tersisa apa apa. Batu keras 12 mil persegi telah lenyap di udara dalam 40 jam. Gunung secara harfiah telah meledakkan dirinya hingga hancur. Tapi pada tahun 1927, 300 meter di bawah Selat Sunda gunung itu meletus lagi. Seperti yang di ramal Verbeek dalam tulisannya. Gunung baru akan terbentuk dengan kecepatan 5 meter pertahun. Orang indonesia menyebut gunung ini anak Krakatau. Kini, jutaan orang hidup dalam pandangannya. Dan masih terus tumbuh.
Mereka yang hidup dari letusan itu meninggalkan buku harian catatan saksi mata dan wawancara. Mereka dikumpulkan oleh ahli geologi Rogier Verbeek salah satu ilmuwan yang menjadi saksi letusannya. Film ini didasari catatan-catatan itu. Dan tak lupa bahwa catatan Johanna Beijerinck tentang letusan juga disebarkan ke seluruh dunia.
3. Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau?
=
Laki–laki sering menggunakan logika dan mempunyai firasat ketika melihat sesuatu yang akan terjadi, menerima semua resiko. Sedangkan,
Perempuan cenderung menggunakan perasaan ataupun firasat, memiliki rasa takut dan khawatir lebih tinggi.
Laki–laki sering menggunakan logika dan firasat ketika melihat sesuatu yang akan terjadi, dan menerima semua resiko, berusaha tidak panik tetapi tetap mencari tahu apa sedang terjadi. Laki-laki cenderung menggunakan akal pikiran atau logika dalam menghadapi suatu masalah, bencana yang terjadi bahkan bisa dijadikan cara untuk mencari uang/keuntungan. Laki-laki juga sulit untuk percaya akan hal yang berbau mitos ataupun tahayul. Sedangkan,
Perempuan cenderung menggunakan perasaan ataupun firasat, memiliki rasa takut dan khawatir lebih tinggi, perempuan mempercayai bahwa firasatnya selalu benar tentang apa yang akan terjadi. Perempuan tidak akan berhenti memikirkan tanda-tanda bencana tersebut karena ia sudah yakin dengan firasatnya bahwa akan terjadi bencana. Contohnya, perempuan itu merasakan keanehan/kejanggalan dari perubahan hewan-hewan seperti, kera-kera dan burung tidak tinggal dipohon, ayam tidak bertelur, maka perempuan itu meyakini bahwa akan terjadi suatu bencana.
MIFTAKHUL JANNAH SARJIYONO
1. Krakatau (atau dengan nama internasionalnya Krakatau atau Rakata) merupakan sebuah
pulau vulkanik aktif yang terletak di kabupaten Rajabasa, sebelah selatan kabupaten Lampung,
tepatnya di perairan Selat Sunda, antara pulau Jawa dan Sumatera. Gunung berapi purba
Krakatau meletus hebat pada tahun 535 M, menyebabkan terbentuknya
Selat Sunda dan lenyapnya peradaban Pasemah Lampung dan Salakanegara Banten dalam
waktu sekitar 20 hingga 30 tahun. Letusan Gunung Krakatau menimbulkan tsunami, langit
gelap, dan cuaca dingin. Pada tahun 1680 juga terjadi letusan.
Peristiwa ini terus terulang hingga menyebabkan Krakatau musnah akibat letusan dahsyat
pada 26-27 Agustus 1883. Letusan ini menewaskan sekitar 36.
000 orang dan menyebabkan perubahan iklim global.
Dunia tetap gelap selama dua setengah hari karena abu vulkanik menutupi atmosfer.
Matahari bersinar redup hingga tahun depan.
Debu berserakan terlihat di langit Norwegia hingga New York 1.
Sementara itu, menurut Liputan6, letusan gunung berapi tersebut tergolong bencana alam.
Penyebab terjadinya letusan gunung berapi ada 6 yaitu tekanan lempeng, tekanan tinggi,
gempa vulkanik, tektonik, peningkatan suhu kawah, peningkatan gelombang magnet dan
listrik.
Namun, belum ada pengetahuan ontologis yang berkembang tentang tanda-tanda letusan
gunung berapi.
Bencana vulkanik Krakatau.
Meski begitu, Badan Geologi Indonesia mencatat Anak Krakatau telah menunjukkan tanda-
tanda aktivitas tinggi selama beberapa hari terakhir, memuntahkan awan abu setinggi ribuan
meter ke udara.
Gunung berapi tersebut kembali meletus pada Sabtu, 22 Desember setelah jam 9 malam.
2. Menurut sumber yang saya temukan, ilmu gunung berapi dibangun dari pengalaman
masyarakat menghadapi bencana gunung berapi Krakatau, melalui observasi dan analisis.
Letusan dahsyat Gunung Krakatau pada tahun 1883 menyebabkan tsunami dan kegelapan
total di seluruh dunia.
Setelah letusan, para ilmuwan mulai mempelajari fenomena gunung berapi dan mencoba
memahami penyebab letusan tersebut.
Mereka melakukan penelitian lapangan dan pengamatan terhadap gunung berapi aktif lainnya
untuk lebih memahami gunung berapi 2.
Dari sudut pandang epistemologis, pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung
berapi Krakatau merupakan sumber ilmu vulkanologi.
Pengalaman tersebut memicu pertanyaan-pertanyaan yang kemudian memunculkan hipotesis
dan teori baru tentang vulkanisme.
Dalam hal ini, pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau menjadi pemicu
bagi terbentuknya ilmu pengetahuan tentang vulkanologi
3. Dari sudut pandang ontologis, tanda-tanda bencana gunung Krakatau dapat dianggap sebagai
satu kesatuan yang berdiri sendiri-sendiri.
Dalam hal ini, laki-laki dan perempuan dapat menyikapi tanda-tanda tersebut dengan cara
yang sama, yaitu dengan mengamati dan memperhatikan tanda-tanda tersebut serta
melakukan tindakan pencegahan yang tepat.
Dari sudut pandang epistemologis, sikap laki-laki dan perempuan terhadap tanda-tanda
bencana gunung berapi Krakatau mungkin dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman
mereka.
Laki-laki dan perempuan yang memiliki lebih banyak pengetahuan dan pengalaman tentang
bencana gunung berapi Krakatau mungkin akan lebih mampu mengenali tanda-tandanya dan
mengambil tindakan yang tepat.
Di sisi lain, pria dan wanita yang kurang berpengetahuan dan kurang berpengalaman mungkin
tidak dapat mengenali tanda-tanda ini dan mungkin memerlukan bantuan orang lain.
WINDARI_2310101174
1. Dalam film tersebut terdapat mitos tentang tanda-tanda datangnya bencana seperti ayam tidak bertelur, kera dan burung tidak tinggal dipohon. Dan tentang bagaimana penduduk menganggap asap yang keluar dari Krakatau itu tidak berbahaya.
2. Batu apung yang di temukan anak itu berasal dari Krakatau berdasarkan pengamatan sang ilmuwan batu apung tersebut memiliki hal yang sama seperti bencana besar yang terjadi di Tambora. Ilmuwan juga mengukur ketinggian asap Krakatau yang di perkirakan setinggi 5 kaki.
3. Dari perempuan saat terjadi tanda-tanda datangnya gempa seperti getaran dan asap yang keluar, wanita lebih khawatir dan peka terhadap tanda-tanda tersebut. Dalam ontologi wanita lebih percaya dengan mitos tentang ayam yang tidak bertelur lagi serta burung dan kera yang tidak tinggal di pohon. Dan pribumi yang percaya tentang bagaiman roh gunung terlepas memecah belah daratan lalu menenggelamkanny kelaut, dan bagaimana ia dilahirkan kembali dari laut, dan akan muncul kembali untuk menghancurkan kita.
Pada laki-laki lebih banyak percaya terhadap pengamatan bagaimana ilmuwan mengukur tinggi asap yang diperkirakan tidak akan meletus. Mengabaikan tanda-tanda yang merujuk terjadinya gunung meletus.
Jihan Alifah_2310101165_LJ1
Nama : Jihan Alifah
NIM : 2310101165
Kelas : S1 Kebidanan (LJ1)
1. Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau!
Jawaban :
Sumber Pengetahuan Ontologis
– Mitos : kepercayaan mitos bahwa hewan merasakan hal yang sama terhadap tanda tersebut seperti ayam tidak bertelur, kera dan burung tidak tinggal di pohon (Takoya, dan Johanna).
Pertunjukan wayang yang didasarkan pada kepercayaan pendudukan sekitar tentang roh yang menjaga gunung krakatau.
– Agama : didalam film ini kurang ditonjolkan unsur agama masih banyaknya menganut kepercayaan setempat seperti tahayul/mitos.
– Logika : Kepekaan hewan juga termasuk logika karena bila dikaitan hewan memiliki kepekaan terhadap suatu hal.
– Pengamatan : pengamatan beberapa sumber seperti Willem “salah satu tanda, yaitu gunung sudah banyak mengeluarkan asap, ditemukannya batu apung disekitar pesisir pantai oleh seorang anak bernama josef, dan sering terjadinya gempa.
2. Jika dilihat dari perspektif epistemologis, bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
Prinsip Epistemologi
– Empirisme (Sains) : Ilmuan rogier memiliki petunjuk dari batung apung yang dikaitan bahwa sama dengan tambora, tidak hanya itu dari pengamatan adanya gempa dan asap yang terus menerus muncul. Dari pengamatan dan pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung tersebut terbangunnya pengetahuan tentang vulkanologi.
– Rasionalisme (Matematika): Seorang Ilmuan bernama Rogier mengukur tinggi awan abu krakatau yang merupakan matematika dasar.
3. Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau? Jelaskan dari perspektif ontologis dan epistemologis!
– Dalam prespektif ontologis terdapat salah satu sumber pengetahuan (mitos) : Seorang pelayan perempuan berkata dalam dialognya “ada banyak cerita tentang gunung itu, tentang bagaimana roh gunung terlepas memecah belah daratan. Lalu menenggelamkannya kelaut. Dan bagaimana ia lahir kembali dari laut.” Kesimpulannya yang saya ambil yaitu sikap perempuan terhadap tanda bencana gunung krakatau tersebut didasarkan pada mitos. Dan sebaliknya seorang laki-laki ilmuan yang bernama rogier tidak percaya akan tahayul/mitos.
-Dalam prespektif epistemologis terdapat prinsip empiris yaitu sains seperti adanya batu apung yang ditemukan didekat gunung yang dianalisa boleh rogier bahwa ada hubungan terhadap gunung Krakatau tersebut.
Aprilliana AyuWulan Melastrana
NIM: 2310101211
Definisi ontologi mengenai krakatau: Krakatau yang terkenal karena letusan hebatnya pada tahun 1883. Ontologi Krakatau mencakup berbagai aspek terkait pulau ini, Aktivitas tektonik di daerah ini menyebabkan pembentukan gunung berapi yang menghasilkan Krakatau. Pulau ini terdiri dari beberapa gunung berapi, dengan anak gunung berapi baru muncul setelah letusan besar pada tahun 1883. Pada 26 Agustus 1883, Krakatau mengalami salah satu letusan gunung berapi paling dahsyat dalam sejarah. Letusan ini memusnahkan pulau tersebut dan menyebabkan gelombang tsunami yang mengakibatkan kerugian besar di wilayah sekitarnya. Letusan tersebut mengeluarkan asap dan debu vulkanik ke atmosfer, menyebabkan perubahan iklim global, serta menewaskan banyak korban jiwa sekitar kurang lebih 36.000 jiwa dalam waktu kurang lebih 48 jam
Definisi epistemologi mengenai krakatau: Epistemologi Krakatau mencakup cara kita memahami dan memperoleh pengetahuan tentang pulau ini. Ini mencakup metode dan memahami seperti sejarah letusan. Krakatau melibatkan pertimbangan tentang sumber daya informasi mana yang diandalkan dalam membangun pengetahuan. Krakatau juga terkait dengan budaya dan mitos setempat. Epistemologi ini mempertimbangkan bagaimana cerita rakyat dan keyakinan lokal dapat mempengaruhi atau dicampurkan dengan pengetahuan ilmiah tentang Krakatau. Epistemologi Krakatau juga mencakup pemahaman tentang bagaimana pengetahuan tentang gunung berapi ini berkembang. Bagaimana para ilmuwan dan masyarakat membangun pemahaman mereka terkait Krakatau, epistemologi dari Krakatau juga melibatkan pemahaman tentang bagaimana pengetahuan ini diterapkan untuk mengelola risiko dan keamanan. Ini mencakup bagaimana pemahaman ilmiah digunakan untuk memprediksi, memberikan peringatan dini, dan merencanakan respons terhadap ancaman vulkanik.
Inrawati Umaternate_2310101227
1. Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yg berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau
a. Ontologi adalah cabang filsafat yang mempertanyakan realitas dan eksistensi. Dalam konteks pengetahuan tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau, ontologi dapat memberikan berbagai pandangan tentang realitas yang mendasari pemahaman kita tentang bencana tersebut. Berikut beberapa konsep ontologis yang berkembang terkait dengan tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau:
b. Ontologi Realisme: Dalam perspektif ini, bencana gunung Krakatau dianggap sebagai entitas yang eksis secara objektif tanpa tergantung pada persepsi manusia. Tanda-tanda yang muncul sebelum bencana tersebut dapat dilihat sebagai indikasi objektif dari aktivitas gunung berapi yang sebenarnya, seperti peningkatan gempa bumi, perubahan bentuk gunung, atau emisi gas vulkanik.
c. Ontologi Konstruktivisme: Konsep ini berfokus pada peran manusia dalam memahami bencana. Tanda-tanda bencana gunung Krakatau mungkin dianggap sebagai konstruksi sosial yang terbentuk melalui pengamatan dan interpretasi manusia. Dalam hal ini, tanda-tanda bencana muncul sebagai hasil interaksi sosial dan budaya yang memengaruhi cara kita memahami dan merespons bencana.
d. Ontologi Subyektivisme: Dalam perspektif ini, pengetahuan tentang tanda-tanda bencana gunung Krakatau sangat subjektif dan bergantung pada pengalaman individu atau kelompok. Setiap orang atau komunitas mungkin memiliki interpretasi yang berbeda tentang tanda-tanda tersebut, yang didasarkan pada keyakinan, nilai, dan pengetahuan yang berbeda.
e. Ontologi Naturalisme: Dalam pandangan ini, tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau dijelaskan sebagai bagian dari alam semesta dan proses alamiah. Pengetahuan tentang tanda-tanda ini didasarkan pada pemahaman ilmiah tentang geologi, vulkanologi, dan seismologi. Tanda-tanda tersebut dianggap sebagai manifestasi dari proses alamiah yang dapat diamati dan diukur.
f. Ontologi Kepercayaan Spiritual: Beberapa komunitas mungkin memiliki keyakinan spiritual atau mitologi yang menyertai pemahaman mereka tentang tanda-tanda bencana gunung Krakatau. Dalam ontologi ini, tanda-tanda mungkin dihubungkan dengan kekuatan gaib atau entitas spiritual yang mempengaruhi alam dan manusia.
g. Dengan demikian, ontologi memainkan peran penting dalam membentuk pemahaman kita tentang tanda-tanda yang mungkin muncul sebelum bencana gunung Krakatau. Berbagai pandangan ontologis ini mencerminkan keragaman perspektif manusia terhadap realitas dan eksistensi, serta bagaimana kita menginterpretasikan dunia sekitar kita
2. Jika dilihat dari perspektif epistemologis bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
a. Dalam perspektif epistemologi, kita dapat melihat bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi dan pemahaman tentang bencana gunung Krakatau telah berkembang melalui pengalaman manusia. Epistemologi berkaitan dengan bagaimana pengetahuan diperoleh, diorganisasi, dan diterapkan. Berikut adalah cara ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau:
b. Pengalaman Empiris: Pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung Krakatau memberikan landasan empiris bagi ilmu vulkanologi. Melalui pengamatan langsung terhadap letusan dan aktivitas vulkanik, pengamat pertama kali mengumpulkan data tentang fenomena vulkanik, seperti aliran piroklastik, debu vulkanik, dan aktivitas seismik.
c. Pemahaman Historis: Letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 menciptakan catatan sejarah yang sangat penting. Pengalaman manusia yang menghadapi letusan ini dan saksi mata memberikan laporan dan cerita yang menjadi dasar pemahaman tentang letusan besar gunung berapi.
d. Pengamatan Ilmiah: Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, pengamatan vulkanik menjadi lebih ilmiah. Ilmuwan vulkanologi menggunakan metode ilmiah yang ketat, seperti pengukuran seismik, pemantauan deformasi gunung, analisis gas vulkanik, dan penelitian geologi lapangan untuk mengumpulkan data yang akurat.
e. Penelitian dan Eksperimen: Ilmuwan vulkanologi melakukan penelitian eksperimental untuk memahami fenomena vulkanik secara lebih mendalam. Mereka membangun model gunung berapi dalam laboratorium, menganalisis sampel batuan vulkanik, dan melakukan percobaan untuk mengevaluasi dampak aktivitas vulkanik.
f. Pengembangan Teori dan Model: Berdasarkan data dan penelitian empiris, ilmuwan vulkanologi telah mengembangkan teori dan model matematika yang menjelaskan perilaku gunung berapi. Ini termasuk model peringatan dini untuk bencana vulkanik, pemahaman tentang letusan eksplosif, dan penentuan tanda-tanda awal aktivitas vulkanik.
g. Pengintegrasian Multi-Disiplin: Ilmu vulkanologi melibatkan berbagai disiplin ilmu, termasuk geologi, geofisika, kimia, dan meteorologi. Ini memungkinkan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang untuk memahami lebih baik kompleksitas gunung berapi.
h. Peran Pendidikan: Pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung Krakatau juga memotivasi pendidikan dan pelatihan dalam bidang vulkanologi. Ini menciptakan sumber daya manusia yang terlatih untuk mengelola risiko vulkanik dan memberikan peringatan dini.
Dengan demikian, epistemologi vulkanologi adalah hasil dari evolusi pengetahuan dan pemahaman manusia tentang gunung berapi yang diperoleh melalui pengalaman empiris, observasi ilmiah, penelitian, dan pembelajaran. Dalam hal ini, pengalaman manusia dengan bencana gunung Krakatau telah memainkan peran penting dalam pembentukan dan pengembangan ilmu vulkanologi.
3. Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau? jelaskan dari perspektif ontologis dan epistemologis
Bentuk pandangan laki-laki dan perempuan terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau dapat dipengaruhi oleh perspektif ontologis dan epistemologis mereka. Mari kita jelaskan perbedaannya dari kedua perspektif ini:
Dari Perspektif Ontologis:
a. Ontologi Realisme: Dalam pandangan ontologis realis, tanda-tanda bencana gunung Krakatau dianggap sebagai entitas objektif yang eksis tanpa tergantung pada pandangan subjektif. Baik laki-laki maupun perempuan dapat memiliki pandangan yang serupa tentang tanda-tanda tersebut, yaitu sebagai gejala alam semesta yang ada secara objektif.
b. Ontologi Konstruktivisme: Dalam pandangan ontologis konstruktivis, tanda-tanda bencana gunung Krakatau dianggap sebagai konstruksi sosial yang dipengaruhi oleh budaya dan interpretasi manusia. Laki-laki dan perempuan mungkin memiliki pandangan yang berbeda tergantung pada norma sosial dan budaya yang memengaruhi persepsi mereka terhadap tanda-tanda bencana.
Dari Perspektif Epistemologis:
a. Epistemologi Empiris: Baik laki-laki maupun perempuan mungkin mendekati pemahaman tanda-tanda bencana gunung Krakatau berdasarkan pengamatan empiris dan pengalaman pribadi. Mereka dapat memahami tanda-tanda ini melalui observasi langsung aktivitas gunung berapi atau pengalaman sebelumnya.
b. Epistemologi Sosial: Epistemologi sosial mempertimbangkan bagaimana pengetahuan dipengaruhi oleh interaksi sosial. Laki-laki dan perempuan dapat mendapatkan pengetahuan tentang tanda-tanda bencana melalui interaksi dengan kelompok sosial mereka. Misalnya, dalam masyarakat tertentu, perempuan mungkin memiliki peran khusus dalam pengamatan tanda-tanda vulkanik, sementara laki-laki memiliki peran yang berbeda.
c. Epistemologi Ilmiah: Baik laki-laki maupun perempuan dapat mendekati tanda-tanda bencana gunung Krakatau melalui metode ilmiah. Mereka dapat mengacu pada data geologi, vulkanologi, dan seismologi untuk memahami tanda-tanda tersebut.
d. Epistemologi Kepercayaan dan Mitos: Beberapa individu, baik laki-laki maupun perempuan, mungkin memiliki pendekatan berdasarkan keyakinan spiritual atau mitos. Mereka mungkin menginterpretasikan tanda-tanda tersebut dalam konteks kepercayaan dan mitos kultural yang ada dalam masyarakat mereka.
Penting untuk diingat bahwa pandangan individu terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau akan bervariasi berdasarkan latar belakang pribadi, budaya, pendidikan, dan pengalaman. Terlepas dari perbedaan ini, upaya kolaboratif dan komunikasi yang efektif antara laki-laki dan perempuan dalam menghadapi tanda-tanda bencana sangat penting untuk keamanan dan mitigasi risiko.
Nova Fitria Salzabila (2310101169)
1. Prospektif ontologis, tanda” Munculnya bencana gunung krakatau :
– Mitos : Asap di anggap tidak berbahaya, ayam tidak bertelur karena merasakan adanya bencana, kera dan burung” Tidak tinggal di atas pohon
– Agama : Roh gunung terlepas memecah belah daratan dan menenggelamkannya lalu lahir kembali dari laut.
– Logika : melakukan pengamatan dengan mengukur tingginya awan abu berdasarkan matematika dasar, gunung berapi merupakan proses geologis rumit.
-pengamatan : terjadinya gempa berbulan -bulan, asap tebal, terjadinya ledakan yang mengakibatkan munculnya batu apung yang menjadi rahasia gunung krakatau,mengeluarkan magma, dan kawah krakatau mengeluarkan uap.
2. Prespektif estimologi, pengetahuan vulkanologis pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau
– Berdasarkan pengetahuan dari batu apung yang di dapatkan di gunung tambora merupakann tanda bencana besar yang mungkin akan terjadi di gunung Krakatau.
– berdasarkan pengamatan dengan mengukur tingginya awan berdasarkan matematika dasar
– Hampir satu juta kubik meter batu abu dan batu aung keluar dati gunung Krakatau yang menerpa di sisi gunung
– longsor besar terjadi dan memberikan pengaruh pada laut yang menimbulkan perubahan pasang surut yang cepat dan mengakibatkan tsunami
– Jika benar sejarah terulang kembali maka lahir gunung Krakatau akan menimbulkan gelombang yang akan menelan semua pantai di sekitarnya
3. Sikap dalam menghadapi tanda bencans gunung krakatau
– Sikap wanita terhadap pengetahusn dalam menghadapi tanda bahwa gunung krakatsu
– Gempa berbulan-bulan sikap wanita yang menyarankan untuk pindah ke bukit batavia, sedangkan suami masih yakin tidak akan terjadi apa”
– Dari munculnya tanda bencana gunung Krakatau masih banyak warga yang tidak menghiraukan bencana twrsebut tetapi menggunakannya sebagai penghasilan uang.
SRI WAHYUNI_2310101173
Nama : Sri Wahyuni
NIM : 2310101173
S1 Kebidanan Lintas Jalur-Semester 1
1. Dalam film tersebut terdapat mitos tentang tanda-tanda datangnya bencana seperti; ayam tidak bertelur, kera dan burung tidak tinggal dipohon. Tentang bagaimana penduduk menganggap asap yang keluar dari Krakatau itu tidak berbahaya.
2. Batu apung yang ditemuka anak itu berasal dari Krakatau berdasarkan pemngamatan sang ilmuan, batu apung tersbut memiliki hal yang sama seperti bencana besar yang terjadi di Tambora. Ilmuan juga mengukur ketinggian asap Krakatau yang diperkirakan setinggi 5 kaki.
3. Perempuan; saat terjadi tanda-tanda datangnya gempa seperti getaran dan asap yang keluar, wanita lebih khawatir dan peka terhadap tanda-tanda tersebut. Dalam ontologi wanita lebih percaya dengan mitos ayam yang tidak bertlur lagi serta burung dan kera yang tidak tinggal di pohon. Dan pribumi yang percaya tentang bagaimana roh gunung terlepas memecah belah daratan lalu menenggelamkannya ke laut, dan bagaimana ia dilahirkan kembali ke laut, serta akan muncul kembali untuk menghancurkan kita.
Laki-laki; lebih banyak percaya terhadap pengamatan bagaimana ilmuan mengukur tinggi asap yang diperkirakan tidak akan meletu. Mengabaikan tanda-tanda yang merujuk terjadinya gunung meletus.
rindi ayu desi pangestu
1. Ontologi :
a).sering terjadi gempa bumi
b). hewan – hewan gelisah/bertingkah aneh (kera – kera dan burung tidak tinggal di pohon, ayam tidak bertelur)
c). munculnya banyak asap dari krakatau
d).terdapat ledakan 0 ledakan dari krakatau
e). 2 bulan megeluarkan uap
f). asapnya menimbulkkan warna biru dan hijau tekena matahari
g). penduduk yang yakin gunung krakatau amat berbahaya
h). air laut surut
2. epistemologi :
a). mengukur abu menggunakan mkd dasar
b). kerakatau bukan 3 gunung api berbeda tetapi satu dengan dapur magma yang sama
3. perempuan: perempuan dalam video tersebut lebih peka terhadap tanda – tanda yang di tunjukkan alam, dan lebih percaya terhadap perkataan atau mitos – mitos yang beredar di masyarakat
laki – laki : berbading terbalik dengan perempuan yang ada di dalam video tersebut laki – laki lebih mengedepankan logika dan tidak mempercayai mitos – mitos yang beredar di masyarakat dan tanda – tanda alam yang terjadi .
Rahmy Nur Pertiwi_2310101194
1. Ontologis materialisme, karena beberapa dari meraka hanya mementingkan urusan dunia dan menghiraukan isyarat yang alam telah berikan sehingga terjadi bencana alam yang akhirnya mengubah kehidupan mereka
2. Ilmu pengetahuan didapatkan dari pengalaman cerita pengalaman masa lalu.
3. Dari perspektif ontologis, laki-laki dan perempuan mungkin akan merespons tanda-tanda bencana gunung krakatau dengan cara yang mencerminkan pandangan mereka tentang realitas dan keberadaan. Mereka mungkin akan memandang tanda-tanda tersebut sebagai manifestasi dari kekuatan alam yang lebih besar dari diri mereka, yang dapat mempengaruhi eksistensi dan keberadaan manusia. Dalam konteks ini, mereka mungkin mengembangkan rasa keterhubungan yang lebih dalam dengan alam dan merenungkan peran manusia dalam hubungannya dengan kekuatan alam yang lebih besar.
Dari perspektif epistemologis, laki-laki dan perempuan mungkin akan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung krakatau dengan cara yang mencerminkan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang fenomena alam dan sejarah letusan gunung berapi. Mereka mungkin akan mencari informasi ilmiah dan pengetahuan yang dapat membantu mereka memahami tanda-tanda tersebut, serta mengambil langkah-langkah berdasarkan pengetahuan tersebut untuk melindungi diri dan komunitas mereka dari potensi bahaya yang terkait dengan letusan gunung krakatau.
SUCI KHILMI_2310101183
Kesimpulan dari film meletusnya gunung krakatau dilihat dari beberapa sudut pandang menurut filsafat
1. Secara ontologi dapat dilihat dari berbagai aspek mulai dari budaya atau mitos setempat bahwa gunung krakatau itu di huni roh-roh yang ada diatas gunung kejadian gempa yg sering terjadi itu pertanda roh2 yg tersumbat dibawah pegunungan sudah mulai marah
Beberapa tanda sebelum meletusnya gunung krakatau pada pagi 26 agustus saat ostri william johanna sedang memeriksa dan melihat pegawainya yg sedang meributkan ayam yg pagi ini tidak bertelur. Percakapan johanna dan federic saat memberitahu kera dan burung tidak mau tinggal diatas pohon
2. Secara epistimologi pengamatan dari federic ahli sain dengan mengamati cuaca, serta tingginya awan abu dari krakata, batu2 apung koleksinya dan yg diberikan oleh josep serta mendengar sejarah dari wanita dirumahnya tentang sejarah krakatau juga pernah mengalami peletusan seperti itu yg didapat dari buku sejarah raja2 jepang oleh Ranggawarsita .
Tsunami trjadi akibat meletusnya gnung berapi dibawah petmukaan air laut yg ditandai dengan seketika air laut yg tiba2 surut dan langsung berubah menjadi ombak yg menggulung.
30 mil letusan akan menimbulkan gelombang tsunami dan letusan, ombak yg tinggi sekitar 40m mengangkat mercusuar jatuh dari pondasinya, gas dan batu yg bisa memanas sampai 5000derajat celcius yg trus keluar
iqoh uluil istianatun nadhifah
a. mitos : mempercayai arwah-arwah leluhur dan percaya bahwa hewan-hewan berubah sikap seperti ayam tidak lagi mau bertelur, monyet-monyet tidak bergelantungan di pohon lagi,memberi pertanda bahwa alam sedang tidak baik-baik
b. logika : mereka tidak percaya bahwa akan terjadi bencana alam yang besar karna jarak laut dengan daratan jauh
c. pengetahuan : para ilmuan belanda mengamati dari tingginya asap, dan batu apung lalu mencari tahu melalui buku-buku
iqoh uluil istianatun nadhifah
1. a. mitos : mempercayai arwah-arwah leluhur dan percaya bahwa hewan-hewan berubah sikap seperti ayam tidak lagi mau bertelur, monyet-monyet tidak bergelantungan di pohon lagi,memberi pertanda bahwa alam sedang tidak baik-baik
b. logika : mereka tidak percaya bahwa akan terjadi bencana alam yang besar karna jarak laut dengan daratan jauh
c. pengetahuan : para ilmuan belanda mengamati dari tingginya asap, dan batu apung lalu mencari tahu melalui buku-buku
2. buku yang mengkaji tentang vulkanosis pertama,tentang kesaksian kejadian gunung krakatau
3. laki-laki : tidak mempercayai mitos bahwa hewan-hewan memberi pertanda
perempuan : sebagian meyakini hal tersebut
iqoh uluil istianatun nadhifah
1. a. mitos: mempercayai cerita lelehur dahului dan mempercayai bahwa perilaku hewan-hewan membawa tanda pada alam sekitar kita
b. logika : mereka tidak percaya jika akan terjadi bencana yang besar karna jarak laut dan daratan yang jauh
c. pengamatan : ilmuan belanda mengamati tingginya asap dan batu apung dengan kejadian sebelumnya yang pernah dialami melakukan pembuktian melalui buku
2. dibuku menjelaskan kejadian krakatau dahulu
3. laki-laki tidak mempercayai mitos lebih kelogika
perempuan percaya adannya sebagian mitos itu nyata
Sofi Alriza (2310101168) Kelompok A2
Pemahaman ontologis dan epistemologis dalam film “Krakatoa: The Last Days”
1. Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau!
– Asap dianggap tidak berbahaya oleh beberapa masyarakat
– Ayam tidak bertelur, kera dan burung tidak tinggal dipohon, merupakan tahayul yang dipercaya masyarakat bahwa akan ada bencana besar
– Roh gunung yang memecah belah daratan dan menenggelamkan lalu lahir kembali dari laut merupakan perspektif masyarakat terhadap dunung krakatau
– Melakukan pengamatan dengan mengukur tingginya awan abu berdasarkan matematika dasar dan gunung merapi merupakan proses geologis rumit
– Tanda-tanda gunung merapi akan meletus sudah terlihat seperti gempa berbulan-bulan, kawah krakatau mengeluarkan uap dan asap
2. Jika dilihat dari perspektif epistemologis, bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
– Berdasarkan pengetahuan dari batu apung yang didapatkan dari gunung tambora merupakan tanda bencana besar yang mungkin akan terjadi digunung krakatau, karena batu apung tersebut sama dengan batu yang didapatkan pada batu yang berada digunung krakatau
– Pengamatan mengukur tingginya awan abu berdasarkan matematika dasar
– Setelah adanya tanda-tanda gunung akan meletus ilmuan mendapatkan beberapa informasi terkait krakatau yang hampir satu juta kubik meter batu abu dan batu apung keluar dari gunung krakatau, menerpa sekitar sisi gunung
– Longsor besar terjadi dan memberikan pengaruh pada laut yang menimbulkan perubahan pasang surut yang cepat yang menyebabkan terjadinya tsunami
– Curam dan dangkal ditengah dumber batu didalam kawah tepat ada satu kalderah (lubang besar) pada gunung yang dianggap 3 gunung api berbeda tetapi ternyata satu terbentuk oleh dapur magma
Dari penjelasan diatas ilmuan sudah mendapatkan informasi jika benar sejarah terulang kembali maka letusan gunung krakatau akan menimbulkan gelombang yang menelan semua pantai, tetapi sudah terlambat untuk melakukan evakuasi terhadap masyarakat yang tinggal di dekat gunung api.
3. Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau? Jelaskan dari perspektif ontologis dan epistemologis
– Sikap wanita dalam menghadapi tanda-tanda akan adanya bencana yaitu percaya tahayul contohnya tingkah laku yang tidak lazim dari beberapa hewan seperti ayam yang tidak bertelur, kera serta burung yang tidak tinggal dipohon dan gempa berbulan-bulan. Dari kepercayaan tersebut sikap diambil yaitu menyarankan untuk pindah ke tempat yang lebih tinggi seperti perkebunan bukit
– Dari munculnya tanda bencana gunung krakatau masih banyak warga yang tidak menghiraukan terutama yang bukan penduduk pribumi mereka tidak menghiraukan bencana tersebut tetapi menggunaknnya untuk menghasilkan uang dan meningkatkan bisnis mereka
Celyna Cahyaningsih
1. Ontologi:
a. sering terjadi gempa bumi
b. hewan hewan gelisah, kerra dan burung tidak tinggal dipohon, ayam tidak bertelur
c. munculnya banyak asap dari krakatau
d. terdapat ledakan ledakan dari krakatau
e. 2 bulan mengeluarkan uap
f. asap menimbulkan warna biru dan hijau jika terkena matahari
g. penduduk yang yakin gunung krakatu sangat berbahaya
h. air laut surut
2. Epistemologi
a. mengukur abu menggunakan mkd dasar.
b. krakatau bukan 3 gunung api berbeda tetapi satu dengan dapur magma yang sama
3. perempuan : perempuan yang ada didalam video lebih peka terhadap tanda- tanda yang
ditunjukkan alam, dan lebih percaya terhadap mitos yang beredar di masyarakat.
laki- laki : berbanding terbalik dengan perempuan yang ada pada video tersebut, laki- laki lebih
mengedepankan logika dan tidak mempercayai mitos yang beredar di masyarakat dan tanda
tanda alam yang terjadi.
Regita Amanda Putri
1.Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yang berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau!
Film drama dokumenter tersebut dimulai dengan narasi 26 Agustus 1883. Pulau Gunung Api Kecil Krakatau meletus hebat. Hari itu menjadi salah satu bencana alam terbesar dalam sejarah. Kurang dari 48 jam, gunung itu menghancurkan ratusan kota dan desa, serta menewaskan lebih dari 36.000 orang.
Setelah 20 jam terus-menerus meletus, dapur magma Krakatau kosong, dengan ruang kosong, gunung mulai runtuh. Ledakan yang ditimbulkan amat besar hingga terdengar 3000 mil di Australia. Suara paling bising dalam sejarah. Jutaan ton abu dan batu apung bertumpah ke laut yang memicu tsunami dan lebih menghancurkan daripada apa yang terjadi sebelumnya.
Ombak setinggi lebih dari 40 meter. Mengangkat mercusuar dari pondasinya. Menghancurkan seluruh garis pantai, kota-kota dan desa. Tak ada yang dapat mereka lakukan. Ribuan orang tewas. Apa yang tidak mereka ketahui waktu itu adalah bahwa gunung punya senjata terakhir yang mengerikan. Gunung runtuh melepas hembusan longsor, abu, dan batu terakhir. Di mana akan terlihat gunung bertemu air, berjalan bagai gumpalan uap. Abu, gas, dan batu memanaskan hingga lebih dari 500 derajat celcius, merambah sepanjang laut menuju pulau-pulau di Sumatera Selatan.
Air laut menjadi lebih rendah dari biasanya. Ikan-ikan terdampar di pinggir pantai. Warga berlarian menyelamatkan diri. Beralih ke Rogier Verbeek, pada 1883 ia mengunjungi keluarga Schuiit yang tinggal dan bekerja di mercusuar setelah terjadi peningkatan aktifitas vulkanik Gunung Krakatau. Seorang anak laki-laki bernama Josef memperlihatkan temuannya yakni batu apung. Josef mengatakan, dia menemukannya di pantai. Namun Rogier tidak menyadari bahwa batu apung yang ditemukan Josef merupakan pertanda bahaya.
2.Jika dilihat dari perspektif epistemologis, bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
Karya Rogier Verbeek tentang Krakatau juga menjadi dasar vulkanologi modern. Yang memberi ilmuwan catatan rinci saksi mata dari seluruh siklus letusan untuk pertama kali dalam sejarah. Letusan itu memiliki dampak sangat jauh. 20 juta ton belerang dilepas ke atmosfer yang menyebabkan pandangan senja luar biasa di seluruh planet.
Bahkan hingga menurunkan suhu global hingga abad 20. Krakatau itu sendiri nyaris tak tersisa apa-apa. Batu keras 12 mil persegi telah lenyap di udara dalam 40 jam. Gunung secara harfiah telah meledakkan dirinya hingga hancur. Tapi pada 1927, 300 meter di bawah Selat Sunda, gunung itu meletus lagi.
Seperti yang diramalkan Verbeek dalam tulisannya. Gunung baru akan terbentuk dengan kecepatan 5 meter pertahun. Orang Indonesia menyebut ini Anak Krakatau. Kini jutaan orang hidup dalam pandangannya, dan masih terus tumbuh.
Pemeriksaan setelah tahun 1930 grafik batimetrik dibuat pada 1919 menunjukkan bukti tonjolan indikatif dari magma dekat permukaan dapur, yang dikenal dengan Gunung Anak Krakatau.
3.Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau?
Laki – laki sering menggunakan logika dan mempunyai firasat ketika melihat sesuatu yang akan terjadi, menerima semua resiko
Perempuan cenderung menggunakan firasat, memliki rasa takut dan khawatir lebih tinggi
Laki – laki sering menggunakan logika dan firasat ketika melihat sesuatu yang akan terjadi, dan menerima semua resiko berusaha tidak panik tetapi tetap mencari tahu apa sedang terjadi. Laki-laki cenderung menggunakan akal pikiran atau logika dalam menghadapi suatu masalah, bencana yang terjadi bahkan bisa dijadikan cara untuk mencari uang/keuntungan.
Perempuan cenderung menggunakan firasat, memiliki rasa takut dan khawatir lebih tinggi, perempuan mempercayai bahwa firasatnya selalu benar tentang apa yang akan terjadi. Perempuan tidak akan berhenti memikirkan tanda-tanda bencana tersebut karena ia sudah yakin dengan firasatnya bahwa akan terjadi bencana. Pikiran perempuan juga biasanya lebih mudah untuk mempercayai mitos dan tahayul. Contohnya mitos kera-kera dan burung tidak tinggal dipohon, ayam tidak bertelur dianggap akan terjadi bencana.
IKA LUTFIAH FADIL (2310101206)
NAMA : IKA LUTFIAH FADIL
NIM : 2310101206
KELAS : LJ I KEBIDANAN
1. Ontologi memiliki sumber ilmu pengetahuan, yaitu mitos, agama, logika, dan pengamatan.
a. Berdasarnya mitos, dalam film krakatoa dijelaskna bahwa pada zaman sebelum tahun 1883 telah tersebar di kalangan masyarakat pribumi bahwa terdapat roh gunung yang diceritakan dalam perwayangan. Diceritakan bahwa seorang anak membangunkan roh gunung, angin berhembus, laut meraung, lalu munculah roh gunung yang telah lama terdiam dibawah pegunungan dan mengamuk.
wanita yang merupakan teman Tn.Schuurman yaitu asisten dari Tn. Verbeek mengatakan bahwa kejadian serupa pernah terjadi sebelumnya. Dia mengatakan bahwa roh gunung terlepas memecah belah daratan dan tenggelam kedalam lautan dan terlahir kembali dari lautan.
Kemudian dalam ranggawarsita yaitu dongeng rakyat menceritakan bahwa pada akhir tahun 416 gunung meletus disertai dengan gemuruh besar, kemudian gunung meletus berkeping-keping dan kemuidan tenggelam ke dalam bumi, air laut naik dan membanjiri daratan.
b. Berdasarkan logika, dimana seorang anak bernama josef memberikan batu apung kepada Tn. verbeek setelah Tn. Verbeek mendemonstrasikan bagaimana mekanisme gunung meletus. Yang mana batu yang diberikan oleh josef merupakan batuan yang berasal dari gunung krakatu yang strukturnya mirip dengan batuan yang berasal dari letusan Tombara.
Lalu Tn. verbeek juga mengukur perkiraan wilayah yang akan berdampak dan besarnya kerusakan yang diakibatkan oleh gunung meletus berdasarkan perhitungan matematisnya yang diukur dari ketinggian asap yang dihasilkan oleh gunung krakatau.
c. Berdasarkan pengamatan, dimana Ny.Johanna merasa gelisah dikarenakan kejadian gempa yang sudah terjadi selama berbulan-bulan yang ditambah dengan kuda-kuda yng mulai mengamu, lalu ayam-ayam mulai enggan untuk bertelur, dan monyet-monyet serta burung-burung tidak di pohon dan sarangnya.
2. Karya Rogier verbeek tentang krakatau yang menjadi dasar dari ilmu vulkanologi karena dalam karyanya tersebut terdapat 2 sumber ilmu pengetahuan berupa logika dan pengamatan yang dialami oleh semua saksi mata yaitu sebelum dan sesudah kejadian gunung krakatu meletus. Kemudian dari logika dan pengamatan tersebut dianalisa dan kemudian menjadikan sebuah epistimologi berupa ilmu vulkanologi.
3. Berdasarkan dalam Film Krakatoa, perempuan memiliki insting dan kepekaan terhadapa pengamatan di lingkungan sekitarnya lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Pada saat kejadian kuda-kuda yang mengamuk Ny.Johanna meminta suaminya yaitu Tn.Willian untuk segera pindah ke bukit perkebunan untuk menyelamatkan diri karena pengamatannya dari kejadian yang tidak biasa tersebut. Lalu insting Ny.Johanna tepat sebeleum gunung meletus ia sangat merasa was-was dan gelisah karna dia merasakan bahwa sesautu yang dahsyat akan terjadi.
Wanita juga lebih percaya mengenai mitos-mitos yang pernah terjadi dibandingkan dengan laki-laki, karena biasanya laki-laki lebih mempercayai logika mereka. Seperti Tn.Verbeek yang lebih mempercayai perhitungan matematisnya daripada cerita tahayul yang disampaikan oleh seorang wanita yang berada dirumahnya dan cerita Ny.Johanna yang mengatakan tingkah laku binatang yang tidak biasa.
Shinta Nuriana
Secara ontologis, krakatau meletus karena mitos dari masyarakat mengenai roh pegunungan yang marah dan ramalan mengenai meletusnya krakatau yang merupakan peristiwa berulang dimana akan lahir gunung berapi baru dari letusannya yang kemudian akan meletus kembali serta dianggap sebagai bentuk azab dari Allah SWT untuk warga sekitar krakatau. Kemudian, meletusnya krakatau ditandai dengan adanya ayam yang tidak bertelur, kera dan burung tidak tinggal di pohon serta hewan-hewan mengamuk. Secara epistemologis, krakatau meletus ditandai dengan adanya akrivitas vulkanik dari dalam gunung seperti gempa bumi dan keluar abu dari kerucut gunung krakatau. Dalam menghadapi peristiwa ini, laki-laki menganggap remeh tanda-tanda tersebut karena mereka menganggap hal tersebut merupakan sebuah kesempatan untuk menghasilkan uang , sedangkan bagi para perempuan mereka sangat khawatir dan mempunyai firasat bahwa gunung krakatau akan meletus.
Melinda Umagapi_2310101226
1. Jika dilihat dari perspektif ontologis, jelaskan pengetahuan ontologis apa saja yg berkembang tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau
a. Ontologi adalah cabang filsafat yang mempertanyakan realitas dan eksistensi. Dalam konteks pengetahuan tentang tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau, ontologi dapat memberikan berbagai pandangan tentang realitas yang mendasari pemahaman kita tentang bencana tersebut. Berikut beberapa konsep ontologis yang berkembang terkait dengan tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau:
b. Ontologi Realisme: Dalam perspektif ini, bencana gunung Krakatau dianggap sebagai entitas yang eksis secara objektif tanpa tergantung pada persepsi manusia. Tanda-tanda yang muncul sebelum bencana tersebut dapat dilihat sebagai indikasi objektif dari aktivitas gunung berapi yang sebenarnya, seperti peningkatan gempa bumi, perubahan bentuk gunung, atau emisi gas vulkanik.
c. Ontologi Konstruktivisme: Konsep ini berfokus pada peran manusia dalam memahami bencana. Tanda-tanda bencana gunung Krakatau mungkin dianggap sebagai konstruksi sosial yang terbentuk melalui pengamatan dan interpretasi manusia. Dalam hal ini, tanda-tanda bencana muncul sebagai hasil interaksi sosial dan budaya yang memengaruhi cara kita memahami dan merespons bencana.
d. Ontologi Subyektivisme: Dalam perspektif ini, pengetahuan tentang tanda-tanda bencana gunung Krakatau sangat subjektif dan bergantung pada pengalaman individu atau kelompok. Setiap orang atau komunitas mungkin memiliki interpretasi yang berbeda tentang tanda-tanda tersebut, yang didasarkan pada keyakinan, nilai, dan pengetahuan yang berbeda.
e. Ontologi Naturalisme: Dalam pandangan ini, tanda-tanda akan munculnya bencana gunung Krakatau dijelaskan sebagai bagian dari alam semesta dan proses alamiah. Pengetahuan tentang tanda-tanda ini didasarkan pada pemahaman ilmiah tentang geologi, vulkanologi, dan seismologi. Tanda-tanda tersebut dianggap sebagai manifestasi dari proses alamiah yang dapat diamati dan diukur.
f. Ontologi Kepercayaan Spiritual: Beberapa komunitas mungkin memiliki keyakinan spiritual atau mitologi yang menyertai pemahaman mereka tentang tanda-tanda bencana gunung Krakatau. Dalam ontologi ini, tanda-tanda mungkin dihubungkan dengan kekuatan gaib atau entitas spiritual yang mempengaruhi alam dan manusia.
g. Dengan demikian, ontologi memainkan peran penting dalam membentuk pemahaman kita tentang tanda-tanda yang mungkin muncul sebelum bencana gunung Krakatau. Berbagai pandangan ontologis ini mencerminkan keragaman perspektif manusia terhadap realitas dan eksistensi, serta bagaimana kita menginterpretasikan dunia sekitar kita
2. Jika dilihat dari perspektif epistemologis bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau?
a. Dalam perspektif epistemologi, kita dapat melihat bagaimana ilmu pengetahuan tentang vulkanologi dan pemahaman tentang bencana gunung Krakatau telah berkembang melalui pengalaman manusia. Epistemologi berkaitan dengan bagaimana pengetahuan diperoleh, diorganisasi, dan diterapkan. Berikut adalah cara ilmu pengetahuan tentang vulkanologi terbangun dari pengalaman manusia menghadapi bencana gunung Krakatau:
b. Pengalaman Empiris: Pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung Krakatau memberikan landasan empiris bagi ilmu vulkanologi. Melalui pengamatan langsung terhadap letusan dan aktivitas vulkanik, pengamat pertama kali mengumpulkan data tentang fenomena vulkanik, seperti aliran piroklastik, debu vulkanik, dan aktivitas seismik.
c. Pemahaman Historis: Letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 menciptakan catatan sejarah yang sangat penting. Pengalaman manusia yang menghadapi letusan ini dan saksi mata memberikan laporan dan cerita yang menjadi dasar pemahaman tentang letusan besar gunung berapi.
d. Pengamatan Ilmiah: Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, pengamatan vulkanik menjadi lebih ilmiah. Ilmuwan vulkanologi menggunakan metode ilmiah yang ketat, seperti pengukuran seismik, pemantauan deformasi gunung, analisis gas vulkanik, dan penelitian geologi lapangan untuk mengumpulkan data yang akurat.
e. Penelitian dan Eksperimen: Ilmuwan vulkanologi melakukan penelitian eksperimental untuk memahami fenomena vulkanik secara lebih mendalam. Mereka membangun model gunung berapi dalam laboratorium, menganalisis sampel batuan vulkanik, dan melakukan percobaan untuk mengevaluasi dampak aktivitas vulkanik.
f. Pengembangan Teori dan Model: Berdasarkan data dan penelitian empiris, ilmuwan vulkanologi telah mengembangkan teori dan model matematika yang menjelaskan perilaku gunung berapi. Ini termasuk model peringatan dini untuk bencana vulkanik, pemahaman tentang letusan eksplosif, dan penentuan tanda-tanda awal aktivitas vulkanik.
g. Pengintegrasian Multi-Disiplin: Ilmu vulkanologi melibatkan berbagai disiplin ilmu, termasuk geologi, geofisika, kimia, dan meteorologi. Ini memungkinkan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang untuk memahami lebih baik kompleksitas gunung berapi.
h. Peran Pendidikan: Pengalaman manusia dalam menghadapi bencana gunung Krakatau juga memotivasi pendidikan dan pelatihan dalam bidang vulkanologi. Ini menciptakan sumber daya manusia yang terlatih untuk mengelola risiko vulkanik dan memberikan peringatan dini.
Dengan demikian, epistemologi vulkanologi adalah hasil dari evolusi pengetahuan dan pemahaman manusia tentang gunung berapi yang diperoleh melalui pengalaman empiris, observasi ilmiah, penelitian, dan pembelajaran. Dalam hal ini, pengalaman manusia dengan bencana gunung Krakatau telah memainkan peran penting dalam pembentukan dan pengembangan ilmu vulkanologi.
3. Bagaimana cara laki-laki dan perempuan bersikap terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau? jelaskan dari perspektif ontologis dan epistemologis
Bentuk pandangan laki-laki dan perempuan terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau dapat dipengaruhi oleh perspektif ontologis dan epistemologis mereka. Mari kita jelaskan perbedaannya dari kedua perspektif ini:
Dari Perspektif Ontologis:
a. Ontologi Realisme: Dalam pandangan ontologis realis, tanda-tanda bencana gunung Krakatau dianggap sebagai entitas objektif yang eksis tanpa tergantung pada pandangan subjektif. Baik laki-laki maupun perempuan dapat memiliki pandangan yang serupa tentang tanda-tanda tersebut, yaitu sebagai gejala alam semesta yang ada secara objektif.
b. Ontologi Konstruktivisme: Dalam pandangan ontologis konstruktivis, tanda-tanda bencana gunung Krakatau dianggap sebagai konstruksi sosial yang dipengaruhi oleh budaya dan interpretasi manusia. Laki-laki dan perempuan mungkin memiliki pandangan yang berbeda tergantung pada norma sosial dan budaya yang memengaruhi persepsi mereka terhadap tanda-tanda bencana.
Dari Perspektif Epistemologis:
a. Epistemologi Empiris: Baik laki-laki maupun perempuan mungkin mendekati pemahaman tanda-tanda bencana gunung Krakatau berdasarkan pengamatan empiris dan pengalaman pribadi. Mereka dapat memahami tanda-tanda ini melalui observasi langsung aktivitas gunung berapi atau pengalaman sebelumnya.
b. Epistemologi Sosial: Epistemologi sosial mempertimbangkan bagaimana pengetahuan dipengaruhi oleh interaksi sosial. Laki-laki dan perempuan dapat mendapatkan pengetahuan tentang tanda-tanda bencana melalui interaksi dengan kelompok sosial mereka. Misalnya, dalam masyarakat tertentu, perempuan mungkin memiliki peran khusus dalam pengamatan tanda-tanda vulkanik, sementara laki-laki memiliki peran yang berbeda.
c. Epistemologi Ilmiah: Baik laki-laki maupun perempuan dapat mendekati tanda-tanda bencana gunung Krakatau melalui metode ilmiah. Mereka dapat mengacu pada data geologi, vulkanologi, dan seismologi untuk memahami tanda-tanda tersebut.
d. Epistemologi Kepercayaan dan Mitos: Beberapa individu, baik laki-laki maupun perempuan, mungkin memiliki pendekatan berdasarkan keyakinan spiritual atau mitos. Mereka mungkin menginterpretasikan tanda-tanda tersebut dalam konteks kepercayaan dan mitos kultural yang ada dalam masyarakat mereka.
Penting untuk diingat bahwa pandangan individu terhadap tanda-tanda bencana gunung Krakatau akan bervariasi berdasarkan latar belakang pribadi, budaya, pendidikan, dan pengalaman. Terlepas dari perbedaan ini, upaya kolaboratif dan komunikasi yang efektif antara laki-laki dan perempuan dalam menghadapi tanda-tanda bencana sangat penting untuk keamanan dan mitigasi risiko.
DIAN WIDYAWATI
NAMA : Dian Widyawati
NIM : 2310101197
KELAS : Kebidanan Lintas Jalur I
1. Ontologi atau pengetahuan memiliki 4 sumber ilmu pengetahuan, yaitu
a. Mitos
b. Agama
c. Logika
d. Pengamatan
Dari Film krakatoa dijelaskan mitos terkait kepercayaan penduduk setempat tentang roh gunung yang bersemayan di bawah gunung dan dapat marah sewaktu-waktu kapanpun ia mau. Menurut mitos saat roh gunung mulai murka, maka roh gunung akan memecah belah daratan, tenggelam dalam lautan, dan terlahir kembali dari lautan. Kejadian ini disertai dengan gemuruh yang besar, air laut surut yang kemudian membanjiri daratan.
Didalam film ini tidak disebutkan dan dijelaskan mengenai kejadian letusan gunung krakatoa dari segi agama, sehingga saya tidak dapat menjelaskan hal tersebut.
Dari segi logika, penilaian Verbeek tentang batu apung yang diberikan oleh seorang anak yang dibandingkan dengan batu dari letusan tombara dan besarnya dampak letusan gunung krakatau berdasarkan ketinggian asap gunung krakatu.
Dari segi pengamatan, sebelum peristiwa letusan gunung krakatau kuda-kuda mengamuk, monyet dan burung pergi dari pohonnya, dan ayam-ayam tidak mau bertelur. Lalu terjadinya surut air laut yang sangat drastis menandakan akan terjadinya tsunami yang sangat dahsyat.
2. Epistimologi terbentuk berdasarkan sumber ilmu pengetahuan yang dapat di sepakati yaitu adanya logika dan pengamatan. Berdasarkan buku Verbeek dimana saat peristiwa sebelum, sesaat, dan sesudah letusan gunung krakatau semua tertuang dalam karyanya tersebut berdasarkan pengalaman pribadi, maupun saksi hidup dari kejadian letusan tersebut. Sehingga dari kumpulan kejadian yang dialami oleh orang-orang tersebut dikumpulkan dan dianalisis sehingga menjadikan sebuah keilmuan baru yaitu ilmu vulkanologi.
3. Dalam film krakatoa, perempuan memiliki kepekaan terhadap perubahan lingkungan disekitarnya sehingga pengamatan perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, hal ini juga didukung oleh insting perempuan yang lebih tinggi dari pada laki-laki. Karena laki-laki hanya mengedepankan logika nya dibandingkan dengan instingnya sendiri. Seperti johanna yang mulai gelisah dan meminta pindah ke bukit perkebunan setelah kejadian kuda-kuda mengamuk ke suaminya.
Siti Nurlaeli
Nama : Siti Nurlaeli
Nim : 2310101195
1. Jika dilihat dari perspektif ontoligis ada pemikiran ontologis
– Mitos : masyarakat yang percaya akan roh-roh dan wayang-wayang dalam pertunjukan yang ada dalam film tersebut, adanya ayam-ayam tidak bertelur, kera-kera dan burung yang tidak tinggal dipohon.
– logika : yang diamati/dilihat secara secara langsung oleh ilmuan tersebut yaitu ilmuan mengukur tinggi awan abu, batu apung yang diberikan oleh josef karena menyimpan rahasia krakatau suatu tanda pada apa yang terjadi didalam gunung
– Pengamatan : Dari segi pengamatan sebelum peristiwa letusan gunung krakatau kuda-kuda mengamuk, air yang tiba-tiba yang mulai surut drastis yang menandakan akan adanya tsunami.
2. epistimologi terbentuk berdasarkan sumber ilmu pengetahuan yang dapat disepakati yaitu adanya logika dan pengamatan. berdarsarkan buku veerbeek dimana peristiwa sebelum, sesaat, dan sesudah letusan gunung krakatau semua tertuang dalam karyanya tersebut berdasarkan pengalaman pribadi, maupun saksi hidup dari kejadian letusan tersebut. sehingga dari kumpulan kejadian yang dialami oleh orang-orang tersebut dikumpulkan dan dianalisis sehingga menjadikan sebuah keilmuan baru yaitu ilmu vulkanologi.
3. Dari segi perempuan bersikap lebih khawatir akan kejadian-kejadian yang menurutnya tidak masuk akal sedangkan dari segi laki-laki lebih malas tau dan bodo amat karena mereka beranggapan hal itu sudah sering terjadi.
Reza Ayu Lestari
– warga sekitar masih mempercayai roh pegunungan,
-hewan bertingkah aneh, kera dan burung tidak tinggal di pohon, ayam tidak bertelur
-ilmuan menggap tanda tanda itu bukan tahayul tetapi warga sekitar menganggap itu merupakan sebuah pertanda
-warga lokal tidaj takut dengan gunung berapi
-ilmuan mengatakan gunung merapi sudah ada sebelum manusia ada
-tanda tanda air laut surut secepat kilat, ikan ikan mati dan lau pasang secara tiba tiba
-menurut ilmuwan bukan ada 3 gunung tetapi 1 gunung
-efek ledakan menyebabkan pendengaran berkurang
-ledakan terdengar sampai australia, jutaan ton batu tumpah ke laut yang menyebabkan tsunami
-gunung meletus mengeluarkan , abu, batu dan uap panas
-1927 300 m di bawah selat sunda gunung krakatau meletus lagi seperti yg diramal verbeek gunubg baru akan terbentuk dengan kecepatan 5 m/th dan orang indonesia menyebut gunung tersebut anak krakatau
Isnurpratiwi Qusrinie
Nama : Isnurpratiwi Qusrinie
Nim : 2310101200
Kelas : Lj1 alih jalur S1 kebidanan
1. Ontologi :
A. Sering terjadi gempa bumi
B. Hewan-hewan gelisah/bertingkah aneh dan kera-kera dan burung tidak tinggal di pohon. Ayam tidak bertelur
C. Munculnya banyak asap dari krakatau
D. Terdapat ledakan 0 ledakan dari krakatau
E. 2 bulan mengeluarkan uap
F. Asapnya menimbulkan warna biru dan hijau terkena matahari
G. Penduduk yang yakin gunung Krakatau amat berbahaya
H. Air laut surut
2. Epistemologi
A. Mengukur abu menggunakan mkd dasar
B. Krakatau bukan 3 gunung api berbeda tetapi satu dengan dapur magma yang sama
3. Perempuan-perempuan dalam vidio tersebut lebih peka terhadap tanda-tanda yang fi tunjukan alam. Dan lebih percaya terhadap perkataan atau mitos-mitos yang beredar di masyarakat
Laki-laki berbanding terbalik dengan perempuan yang ada di dalam vidio tersebut laki-laki lebih mengedepankan logika dan tidak mempercayai mitos-mitos yang beredar di masyarakat dan tanda-tanda alam yang terjadi
Isnurpratiwi Qusrinie
Nama : Isnurpratiwi Qusrinie
Nim : 2310101200
Kelas : Lj1 alih jalur S1 kebidanan
1. Ontologi :
– Sering terjadi gempa bumi
– Hewan-hewan gelisah/bertingkah aneh dan kera-kera dan burung tidak tinggal di pohon. Ayam tidak bertelur
– Munculnya banyak asap dari krakatau
– Asapnya menimbulkan warna biru dan hijau terkena matahari
– Penduduk yang yakin gunung Krakatau amat berbahaya
– Air laut surut
2. Epistemologi
– Mengukur abu menggunakan mkd dasar
– Krakatau bukan 3 gunung api berbeda tetapi satu dengan dapur magma yang sama
3. Perempuan-perempuan dalam vidio tersebut lebih peka terhadap tanda-tanda yang di tunjukan alam. Dan lebih percaya terhadap perkataan atau mitos-mitos yang beredar di masyarakat
Laki-laki berbanding terbalik dengan perempuan yang ada di dalam vidio tersebut laki-laki lebih mengedepankan logika dan tidak mempercayai mitos-mitos yang beredar di masyarakat dan tanda-tanda alam yang terjadi
Tarisa Wilsa Athala_2310101179 LJ 1
1. ontologi
a). gempa yang sering terjadi
b) hewan hewan yang bertingkah tidak seperti biasanya
c) gunung krakatau mengeluarkan asap
d) krakatau mengeluarkan suara ledakan
e) asap krakatau yang terkena matahari menimbulkan warna biru dan hijau
f) pertujukkan wayang
g) masyarakat meyakini terdapat dewa diatas gunung krakatau
2. epistemologi
a) mengukur tingginya asap ledakan menggunkan mkd dasar
b) krakatau merupakan 3 gunung yang berbeda tetapi memiliki dasar yang sama
3.
perempuan : perempuan mempunyai naluri yang lebih peka terhadap tanda yang tidak seperti biasanya yang ada di alam, dan lebih percaya terhadap mitos-mitos atau perkataan yang beredar di masyarakat
laki-laki : laki-laki lebih mengedepankan logika dan berpikir secara logis dengan tidak mempercayai mitos-mitos yang telah beredar di masyarakat dan kejadian aneh yang terjadi,
Lola Aprillia
1. ontologis
a). gempa yang sering terjadi
b) hewan hewan yang bertingkah tidak seperti biasanya
c) gunung krakatau mengeluarkan asap
d) krakatau mengeluarkan suara ledakan
e) asap krakatau yang terkena matahari menimbulkan warna biru dan hijau
f) pertujukkan wayang
g) masyarakat meyakini terdapat dewa diatas gunung krakatau
2. epistemologis
a) mengukur tingginya asap ledakan menggunkan mkd dasar
b) krakatau merupakan 3 gunung yang berbeda tetapi memiliki dasar yang sama
3. Cara bersikap pada perempuan dan laki-laki
perempuan : perempuan mempunyai naluri yang lebih peka terhadap tanda yang tidak seperti biasanya yang ada di alam, dan lebih percaya terhadap mitos-mitos atau perkataan yang beredar di masyarakat.
laki-laki : laki-laki lebih mengedepankan logika dan berpikir secara logis dengan tidak mempercayai mitos-mitos yang telah beredar di masyarakat dan kejadian aneh yang terjadi.
Nonik Nadila
1. ontologi
a). gempa yang sering terjadi
b) hewan hewan yang bertingkah tidak seperti biasanya
c) gunung krakatau mengeluarkan asap
d) krakatau mengeluarkan suara ledakan
e) asap krakatau yang terkena matahari menimbulkan warna biru dan hijau
f) pertujukkan wayang
g) masyarakat meyakini terdapat dewa diatas gunung krakatau
2. epistemologi
a) mengukur tingginya asap ledakan menggunkan mkd dasar
b) krakatau merupakan 3 gunung yang berbeda tetapi memiliki dasar yang sama
3.
perempuan : perempuan mempunyai naluri yang lebih peka terhadap tanda yang tidak seperti biasanya yang ada di alam, dan lebih percaya terhadap mitos-mitos atau perkataan yang beredar di masyarakat
laki-laki : laki-laki lebih mengedepankan logika dan berpikir secara logis dengan tidak mempercayai mitos-mitos yang telah beredar di masyarakat dan kejadian aneh yang terjadi,
Putri Maharani_2310101177
1. Ontologi
a). gempa yang sering terjadi
b) hewan hewan yang bertingkah tidak seperti biasanya
c) gunung krakatau mengeluarkan asap
d) krakatau mengeluarkan suara ledakan
e) asap krakatau yang terkena matahari menimbulkan warna biru dan hijau
f) pertujukkan wayang
g) masyarakat meyakini terdapat dewa diatas gunung krakatau
2. Epistemologi
a) mengukur tingginya asap ledakan menggunkan mkd dasar
b) krakatau merupakan 3 gunung yang berbeda tetapi memiliki dasar yang sama
3. Perempuan : perempuan mempunyai naluri yang lebih peka terhadap tanda yang tidak seperti biasanya yang ada di alam, dan lebih percaya terhadap mitos-mitos atau perkataan yang beredar di masyarakat
laki-laki : laki-laki lebih mengedepankan logika dan berpikir secara logis dengan tidak mempercayai mitos-mitos yang telah beredar di masyarakat dan kejadian aneh yang terjadi.
Pani
1. ontologi
a). gempa yang sering terjadi
b) hewan hewan yang bertingkah tidak seperti biasanya
c) gunung krakatau mengeluarkan asap
d) krakatau mengeluarkan suara ledakan
e) asap krakatau yang terkena matahari menimbulkan warna biru dan hijau
f) pertujukkan wayang
g) masyarakat meyakini terdapat dewa diatas gunung krakatau
2. epistemologi
a) mengukur tingginya asap ledakan menggunkan mkd dasar
b) krakatau merupakan 3 gunung yang berbeda tetapi memiliki dasar yang sama
3.
perempuan : perempuan mempunyai naluri yang lebih peka terhadap tanda yang tidak seperti biasanya yang ada di alam, dan lebih percaya terhadap mitos-mitos atau perkataan yang beredar di masyarakat
laki-laki : laki-laki lebih mengedepankan logika dan berpikir secara logis dengan tidak mempercayai mitos-mitos yang telah beredar di masyarakat dan kejadian aneh yang terjadi,
Khairunnisa (2310101203)
Nama : Khairunnisa
Nim : 2310101203
Kelas : LJ1, alih jalur s1 kebidanan
1. ontologi
a). gempa yang sering terjadi
b) hewan hewan yang bertingkah tidak seperti biasanya, misal ayam tidak bertelur
c) gunung krakatau mengeluarkan asap
d) krakatau mengeluarkan suara ledakan
e) asap krakatau yang terkena matahari menimbulkan warna biru dan hijau
f) pertujukkan wayang
g) masyarakat meyakini terdapat dewa diatas gunung krakatau
h) penduduk meyakini ledakan gunung krakatau sangat berbahaya
i) air laut yang surut
j) dewa yang marah
2. epistemologi
a) mengukur tingginya asap ledakan menggunkan mkd dasar
b) krakatau merupakan 3 gunung yang berbeda tetapi memiliki dasar yang sama
3.
perempuan : perempuan mempunyai naluri yang lebih peka terhadap tanda yang tidak seperti biasanya yang ada di alam, dan lebih percaya terhadap mitos-mitos atau perkataan yang beredar di masyarakat
laki-laki : lebih mengedepankan logika dan berpikir secara logis dengan tidak mempercayai mitos-mitos yang telah beredar di masyarakat dan kejadian aneh yang terjadi,