Ontologi merupakan salah satu cabang utama filsafat yang membicarakan hakikat keberadaan atau ada (being). Secara etimologis, istilah “ontologi” berasal dari bahasa Yunani ontos (ada) dan logos (ilmu atau wacana). Dengan demikian, ontologi dapat dipahami sebagai ilmu atau telaah tentang apa yang sungguh-sungguh ada, apa dasar dari segala sesuatu, dan bagaimana realitas itu dipahami.
Dalam sejarah filsafat, ontologi menempati posisi fundamental karena pertanyaan tentang “ada” adalah akar dari semua pengetahuan. Filsuf Yunani seperti Parmenides, Plato, dan Aristoteles telah mengawali perdebatan ini dengan menanyakan: apakah realitas itu bersifat tunggal atau jamak, statis atau dinamis, material atau immaterial. Aristoteles bahkan menyebut ontologi sebagai “filsafat pertama” (prote philosophia), sebab sebelum manusia membahas apa pun, ia harus lebih dahulu memahami hakikat keberadaan itu sendiri.
Ontologi juga menjadi dasar bagi cabang filsafat lainnya. Misalnya, epistemologi (filsafat pengetahuan) tidak mungkin berkembang tanpa pemahaman mengenai objek apa yang bisa diketahui. Begitu pula dengan aksiologi (filsafat nilai), yang membutuhkan pijakan ontologis mengenai manusia, alam, dan Tuhan sebelum membicarakan nilai baik dan buruk.
Dalam konteks modern, ontologi tidak hanya terbatas pada diskusi metafisis, tetapi juga merambah ke berbagai disiplin ilmu. Dalam ilmu komputer, ontologi dipakai untuk menyusun kerangka pengetahuan. Dalam ilmu sosial, ontologi dipakai untuk menjelaskan asumsi dasar tentang realitas sosial: apakah masyarakat itu sebuah entitas objektif di luar individu, ataukah hanya konstruksi dari interaksi manusia.
Dengan mempelajari ontologi, mahasiswa diajak untuk:
- Menyadari hakikat realitas – bahwa dunia tidak sekadar tampak seperti yang terlihat sehari-hari, melainkan memiliki dimensi yang lebih dalam.
- Berpikir kritis dan reflektif – tentang dasar-dasar dari segala pengetahuan dan pengalaman hidup.
- Membangun kerangka filosofis – sebagai landasan bagi pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan etika.
Oleh karena itu, pengantar materi ontologi ini bertujuan membuka ruang bagi mahasiswa untuk tidak hanya menghafal teori-teori, tetapi juga bertanya secara radikal: Apa yang sesungguhnya ada? Bagaimana sesuatu itu ada? Dan mengapa keberadaan itu penting bagi kehidupan manusia?

