Sejak awal peradaban, manusia tidak hanya hidup untuk bertahan, tetapi juga untuk memahami dan merawat tubuhnya. Gagasan tentang sehat dan sakit tidak pernah terlepas dari konteks budaya tempat manusia itu hidup. Dalam masyarakat purba, kesehatan erat kaitannya dengan kekuatan gaib, roh leluhur, dan keseimbangan alam. Sementara dalam kebudayaan-kebudayaan klasik seperti Mesir, Yunani, atau India kuno, muncul sistem-sistem pemikiran dan praktik pengobatan yang memadukan antara pengetahuan empiris, nilai religius, dan sistem kepercayaan lokal.
Seiring perjalanan sejarah, cara pandang terhadap kesehatan berkembang mengikuti perubahan struktur sosial, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Revolusi ilmiah dan kedatangan era modern membawa pendekatan baru: medis, biomedis, dan higienis. Namun, di tengah kemajuan itu, peran kebudayaan tetap penting karena praktik kesehatan selalu berakar dalam nilai, norma, dan simbol yang diyakini oleh suatu masyarakat.
Memahami kesehatan dari perspektif sejarah kebudayaan memungkinkan kita melihat bahwa praktik penyembuhan bukan sekadar urusan klinis, melainkan juga bagian dari sistem makna yang lebih luas. Ia merekam dinamika interaksi manusia dengan tubuh, lingkungan, kekuasaan, dan bahkan spiritualitas. Dengan demikian, mempelajari kesehatan dalam sejarah kebudayaan bukan hanya mempelajari masa lalu, tetapi juga merefleksikan bagaimana cara kita memahami tubuh dan kehidupan hari ini.