Loading...
The Lectures

Pengantar Filsafat Ilmu & Kemuhammadiyahan

Mata kuliah ini dirancang untuk memberikan landasan konseptual dan filosofis bagi mahasiswa dalam memahami hakikat ilmu, proses pencarian kebenaran, serta posisi Muhammadiyah dalam membangun tradisi keilmuan yang berakar pada nilai-nilai Islam berkemajuan. Filsafat ilmu tidak hanya membahas apa itu ilmu, melainkan juga bagaimana ilmu diperoleh (epistemologi), untuk apa ilmu digunakan (aksiologi), dan apa dasar ontologis yang menopang ilmu. Dengan perspektif ini, mahasiswa diharapkan tidak hanya mampu menguasai pengetahuan secara teknis, tetapi juga menghayati dasar filosofis di balik kegiatan ilmiah dan riset.

Dalam konteks Kemuhammadiyahan, filsafat ilmu menjadi fondasi untuk memahami misi dakwah, tajdid, dan risalah Islam berkemajuan. Muhammadiyah sejak awal berdiri menekankan pentingnya ijtihad rasional dan pemurnian ajaran, sekaligus mendorong pengembangan ilmu pengetahuan sebagai instrumen kemajuan umat dan bangsa. Maka, filsafat ilmu dalam bingkai Kemuhammadiyahan mengarahkan mahasiswa agar memiliki paradigma riset yang integratif: memadukan wahyu (al-Qur’an dan al-Sunnah) dengan akal dan pengalaman empiris dalam rangka memecahkan problem kemanusiaan.

Hubungan antara filsafat ilmu, Kemuhammadiyahan, dan riset terletak pada kesadaran bahwa penelitian bukanlah sekadar kegiatan teknis-metodologis, melainkan juga praksis filosofis. Ontologi riset menuntut mahasiswa memahami realitas yang dikaji; epistemologi menuntun pada pilihan metode yang tepat; dan aksiologi mengingatkan agar riset selalu bermanfaat untuk kemaslahatan. Di sinilah prinsip-prinsip Kemuhammadiyahan berperan: bahwa ilmu harus melayani kemajuan manusia, menjaga martabat, dan memberi kontribusi bagi peradaban.

Dengan demikian, mata kuliah ini tidak hanya mengajarkan teori filsafat ilmu secara umum, tetapi juga memberikan orientasi ideologis dan praksis ke-Muhammadiyahan. Mahasiswa akan diajak untuk:

  1. Mengkritisi dasar-dasar keilmuan dari perspektif filsafat.
  2. Mengintegrasikan nilai-nilai Islam berkemajuan dengan paradigma penelitian modern.
  3. Menyadari bahwa riset adalah amal ilmiah yang bernilai ibadah, sekaligus kontribusi nyata untuk masyarakat, bangsa, dan kemanusiaan.
BACA JUGA:   Sejarah Spesies Manusia

Melalui pengantar ini, mahasiswa diharapkan memiliki kesadaran filosofis dan ideologis yang kuat sehingga riset yang dilakukan tidak berhenti pada aspek teknis, melainkan bermakna bagi gerakan ilmu dan dakwah Muhammadiyah, serta turut memperkuat posisi Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *